Hitstat

21 December 2005

Wahyu Volume 6 - Minggu 4 Rabu

Tidak Mencemarkan Diri Dengan Perempuan-Perempuan
Wahyu 14:4
“Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan,karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.”

Ayat 4 menyebutkan bahwa 144.000 orang itu “tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan.” Keperawanan di sini tentu mengacu kepada perihal membujang yang dibicarakan oleh Tuhan dalam Injil Matius 19:11-12. Prinsip keperawanan yaitu kita tidak seharusnya dicemarkan oleh segala sesuatu yang berasal dari bumi.
Untuk menjadi pemenang-pemenang yang masih hidup saat Tuhan datang kembali, kita perlu dijaga oleh anugerah Tuhan dari setiap pencemaran dan polusi, serta hidup di bumi seperti perawan. Dalam pandangan orang-orang dunia, nonton bioskop atau tidak itu perkara kecil. Tetapi dalam pandangan para pemenang, hal itu sangat serius. Jika kita berbuat demikian, kita akan tercemar. Kita harus menempuh hidup seperti perawan, hidup dengan suci dan murni. Kita tidak mau merokok dan minum minuman keras, karena kita tidak mau tercemar. Memang minum bir itu bukan dosa, namun kita tidak membiarkan perkara minum bir mencemari keperawanan kita. Ini sama sekali bukan perkara peraturan yang membuta, melainkan karena kita berminat menjaga diri kita seperti perawan bagi Tuhan. Kasihan sekali menganggap keselamatan Tuhan sebagai peraturan! Janganlah berkata, “Kita tidak berbuat demikian, karena gereja melarang kita berbuat demikian.” Bagi kita, itu bukan masalah peraturan, melainkan minat mengasihi Tuhan. Karena kita mengasihi Tuhan Yesus, maka mau menjadi perawan murni bagi-Nya.

Korban-Korban Sulung (Buah Bungar)
Why. 14:4

Wahyu 14:4b, “Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.” Dalam pasal 12 kita melihat anak laki-laki, sedang dalam pasal 14 kita melihat buah bungar. Anak laki-laki adalah untuk berperang dan mengalahkan Iblis. Buah bungar bukan untuk berperang, melainkan untuk memuaskan Allah dan Anak Domba.
Dalam perlambangan, buah bungar bukan dibawa pulang ke rumah petani, melainkan dibawa ke rumah Allah, Bait Suci, untuk kepuasan-Nya. Demikian juga dengan Tuhan Yesus sebagai buah bungar (1 Kor. 15:20, 23). Pada pagi hari kebangkitan-Nya, Tuhan tidak mengizinkan Maria menjamah-Nya. Kata-Nya, “Janganlah engkau menyentuh Aku, sebab Aku belum naik kepada Bapa” (Yoh. 20:17, TL.). Tuhan seolah-olah berkata, “Janganlah menyentuh Aku, karena Aku harus menyajikan kesegaran kebangkitan-Ku kepada Bapa-Ku. Bapa-Ku haruslah yang pertama mencicipi kesegaran kebangkitan-Ku.” Kita perlu belajar menyajikan diri kita secara segar, intim, dan penuh kasih kepada Tuhan untuk kenikmatan-Nya.
Para pemenang yang telah mati sepanjang abad akan menjadi anak laki-laki, para pejuang. Walaupun kita yang masih hidup sekarang ini juga harus berjuang melawan musuh, namun kita tidak perlu memeranginya setiap saat. Setelah kita mengkhotbahi si musuh, kita perlu melupakan dia. Pelajarilah strategi ini. Janganlah berbicara dengan Iblis terlalu lama, kita perlu menggunakan waktu kita untuk mengasihi Tuhan. Belajarlah meluangkan waktu untuk mengasihi Tuhan Yesus secara intim. Jika kita tidak pernah meluangkan waktu seperti ini, kita adalah orang yang dangkal. Hanya menjadi orang yang tidak berdosa tidaklah cukup. Juga tidak memadai jika hanya menjadi orang yang baik atau benar. Kita semua perlu jatuh cinta kepada Tuhan Yesus. Beritahukanlah kepada-Nya, “Tuhan, aku sangat senang memandang-Mu dan bercakap-cakap dengan-Mu. Aku ingin memuaskan-Mu, bersatu dengan-Mu dan tinggal di hadirat-Mu. O Tuhan Yesus, betapa aku mengasihi-Mu. Ya Tuhan, karena aku mengasihi-Mu, maka aku tidak mau melakukan perkara-perkara tertentu.” Demikianlah caranya menjadi seorang pemenang yang hidup untuk kepuasan-Nya.

Penerapan:
Menonton televisi bukanlah dosa, tetapi kita perlu menjaga diri agar tidak tercemar olehnya. Walau tidak ada yang melihat, tetapi si jahat mengetahuinya. Jika kita tercemar oleh televisi, kesaksian kita bagi Tuhan tidak akan mempunyai pengaruh yang kuat. Tetapi jika hati nurani kita dapat bersaksi bahwa kita tidak tercemar, maka kata-kata dan pembicaraan kita akan memiliki kekuatan.

Pokok Doa:
Kita perlu berdoa demikian setiap hari, “Tuhan Yesus, aku mengasihi Engkau. Karena kasihku pada-Mu, aku ingin tetap seperti perawan bagi-Mu. Tuhan, aku tidak ingin dicemari atau dikotori dengan perkara apa saja. Tuhan, aku ingin menjaga diriku bagi-Mu.”

No comments: