Hitstat

15 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 1 Senin

Demi Sejumlah Uang, Yudas Menyerahkan Yesus
Lukas 22:4-5
Lalu pergilah Yudas kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka. Mereka sangat gembira dan bermupakat untuk memberikan sejumlah uang kepadanya.

Ayat Bacaan: Luk. 22:4-6; Kel. 21:32; Yoh. 13:27; 6:70-71; 1 Tim. 6:10; Bil. 22:7; 2 Ptr. 2:15

Menurut catatan dalam Matius 26:15, uang yang dijanjikan imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah kepada Yudas adalah 30 keping uang perak. Jumlah ini adalah nilai dari seorang budak (Kel. 21:32). Yudas benar-benar telah dipenuhi dan dirasuki Iblis (Luk. 22:3; Yoh. 13:27). Dalam Yohanes 6:70 dan 71, Tuhan Yesus menunjukkan bahwa Yudas adalah seperti Iblis. Jadi Yudas menjadi perwujudan Iblis. Angan-angan untuk mengkhianati Tuhan Yesus tidak berasal dari dirinya sendiri, melainkan dari musuh, yaitu si Iblis.
Yudas rela mengkhianati Tuhan Yesus demi sejumlah uang. Perbuatannya ini membuktikan kebenaran firman dalam 1 Timotius 6:10 yang berkata, “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang....” Kecintaannya yang sangat terhadap uang itu telah merusak dan membinasakan dia. Yudas tidak lagi peduli siapakah Tuhan, diapun lupa akan segala kebaikan Tuhan. Yang ada di dalam hatinya adalah bagaimana secepatnya menjual Tuhan demi sejumlah uang.
Contoh lain di dalam Alkitab adalah Bileam. Bileam adalah seorang nabi yang tamak akan upah yang tidak halal. Ia tergiur oleh upah penenung, dan ingin mengutuk orang Israel. Karena tidak jadi mengutuk orang Israel, ia lalu mengajar Balak menaruh batu sandungan di hadapan orang Israel, yakni menyuruh mereka memakan sesaji berhala dan berzina. Karena menginginkan keuntungan uang, ia meninggalkan jalan yang benar dan tersesatlah dia (Bil. 22:7, 15-17; 2 Ptr. 2:15; Yud. 11).
Kita harus mengakui, hari ini, semua orang mencintai uang. Dalam perasaan orang, uang benar-benar lebih menyenangkan daripada apa saja. Orang sering memakai istilah “nyawa yang kedua”. Kita berkata, nama adalah nyawa yang kedua, keluarga adalah nyawa yang kedua. Tetapi sesungguhnya, uang adalah nyawa yang kedua. Nyawa yang pertama adalah diri sendiri, nyawa yang kedua adalah uang. Manusia mencintai diri sendiri, juga mencintai uang. Saudara saudari kekasih, jangan biarkan uang merebut hati kita. Jangan sekali-kali menukar Tuhan kita dan kehendak-Nya demi sejumlah keuntungan materi. Perbuatan yang demikian sungguh jahat dan memalukan.

No comments: