Hitstat

01 August 2010

PP SPIA Minggu 1 - Senin

Kaum saleh terkasih,
Mulai minggu ini, selama 4 minggu, Arus Hayat akan diisi dengan bahan mengenai Iman, Hayat, Gereja dan Injil.
Setelah 4 minggu, maka Arus Hayat akan kembali dilanjutkan dengan Arus Hayat Kitab Roma.

Selamat menikmati:

Rm. 10:17
Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.

Ibr. 11:6
Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab siapa yang berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah adalah, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.

1 Tim. 1:19
Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka.

Rawatan Pagi:
Mengenai iman ada dua aspek, yaitu aspek obyektif dan aspek subyektif. Secara obyektif, iman adalah apa yang kita percayai. Secara subyektif, iman adalah kepercayaan kita. Karena itu, iman menekankan tindakan percaya dan apa yang kita percayai. Dalam hubungannya dengan tindakan percaya kita, iman itu subyektif, sedangkan dalam hubungannya dengan apa yang kita percayai, iman itu obyektif. Ketika kita mendengarkan tentang hal-hal yang kepadanya kita percaya, maka iman itu dihasilkan di dalam kita. Semakin kita mendengar tentang hal-hal yang baik ini, kita akan semakin mengapresiasinya. Dengan spontan, apresiasi ini menghasilkan kepercayaan kita kepada hal-hal yang telah kita dengar. Karena itu, iman itu obyektif dan subyektif. (Life-study of Galatians, hal. 122)

Bacaan Hari Ini:
Aspek iman yang subyektif ini sedikitnya menunjukkan delapan butir. Pertama, iman…berasal dari pendengaran. Firman yang kita dengar itu mencakup perihal Allah, Kristus, Roh itu, salib, penebusan, keselamatan, pengampunan, dan hayat yang kekal. Ini juga mencakup fakta bahwa Allah telah melalui proses untuk menjadi Roh pemberi hayat yang almuhit. Menurut Perjanjian Baru, injil memberi tahu kita tentang semua perkara ini. Ketika injil diberitakan dengan tepat, orang-orang yang mendengarnya akan terangsang dan penuh dengan apresiasi. Pendengaran mereka terhadap firman injil ini adalah permulaan kepercayaan mereka. Alasan mengapa orang Kristen kekurangan dalam iman itu adalah karena pendengaran mereka miskin. Jika mereka mendengar tentang satu berita yang hidup tentang bagaimana Allah Tritunggal telah melalui proses menjadi Roh pemberi hayat yang almuhit, maka tidak diragukan lagi pendengaran ini akan menghasilkan iman di dalam mereka.
Kedua, iman juga menunjukkan apresiasi. Setelah mendengar firman tentang injil, maka dengan spontan apresiasi itu akan bangkit di dalam mereka yang mendengarnya. Ini benar bukan hanya bagi mereka yang baru pertama kali mendengar injil, melainkan juga bagi semua kaum beriman dalam Kristus. Kapan kala kita mendengar firman dengan tepat, maka pendengaran ini membangkitkan lebih banyak apresiasi kepada Tuhan.
Apresiasi ini diikuti dengan berseru, yaitu butir yang ketiga yang ditunjukkan di dalam aspek iman yang subyektif. Semua orang yang mengapresiasi Tuhan Yesus dengan spontan akan berseru kepada nama-Nya. Jika pemberitaan injil kita dingin, tumpul, dan mati, maka kita perlu merangsang orang untuk berdoa dan berseru kepada nama Tuhan. Tetapi jika pemberitaan kita mustika, kaya, hidup, penuh ilham, dan menggerakkan orang, maka kita tidak perlu merangsang orang lagi. Sebaliknya, mereka akan dengan spontan berseru, “O Tuhan Yesus.” Mungkin bukannya berseru kepada-Nya dengan cara ini, mereka malah akan mengucapkan kata-kata apresiasi kepada Tuhan. Mungkin mereka akan berkata, “O betapa baiknya Tuhan Yesus itu!”
Keempat, iman berarti menyambut. Melalui mengapresiasi Tuhan Yesus dan berseru kepada-Nya, maka kita dengan spontan akan menyambut Dia.
Setelah menyambut, kita memiliki aspek yang kelima, yaitu menerima. Adalah mungkin menyambut sesuatu tanpa menerimanya. Iman mencakup menyambut dan menerima. Orang-orang yang mendengar injil dan mengapresiasi Tuhan Yesus secara otomatis akan menerima Dia juga menyambut-Nya.
Keenam, iman meliputi diikatkan kepada Tuhan Yesus. Melalui menyambut dan menerima Dia, kita diikatkan kepada-Nya.
Kemudian, butir yang ketujuh dan kedelapan, kita mengambil bagian di dalam-Nya dan menikmati Dia. Iman mengambil bagian dan menikmati apa yang kita sambut dan kita terima.
Di dalam pemberitaan injil, orang-orang mendengar tentang kasih karunia Allah. Kemudian mereka mengapresiasinya dan berseru kepada Tuhan. Mereka selanjutnya menyambutnya, menerimanya, mengikatkan diri, mengambil bagian dan menikmati kasih karunia ini, yang adalah Allah Tritunggal yang telah melalui proses menjadi segala sesuatu bagi kita. Inilah iman itu. (Life-study of Galatians, hal. 122-124)

No comments: