Hitstat

30 August 2011

1 Korintus - Minggu 25 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 14:3-14


Saya ingin menekankan fakta bahwa dalam Perjanjian Baru bernubuat/bertutur-sabda ini terutama bukanlah untuk meramal, melainkan terutama untuk berbicara bagi Tuhan dan mengutarakan Tuhan. Bahkan dalam Kitab Yesaya dan Yeremia pun perkara bernubuat ini terutama bukanlah perkara meramal, melainkan berbicara bagi Allah dan mengutarakan Allah. Tentunya, unsur meramal itu termasuk di dalamnya. Di seluruh Alkitab, bernubuat itu berarti berbicara bagi Allah dan mengutarakan Allah, dan yang kedua, meramal. Bertutur-sabda adalah memberi tahu, mengutarakan, dan meramalkan sesuatu. Inilah pemahaman yang tepat tentang bernubuat dalam Alkitab.

Bertutur-sabda dalam hal memberi tahu dan mengutarakan ini memerlukan banyak pertumbuhan dalam hayat. Untuk ini, kita perlu mengenal Allah dan kita perlu mengalami Kristus. Jika kita tidak memiliki pengetahuan yang memadai terhadap Allah dan pengalaman terhadap Kristus, kita tidak akan memiliki apa-apa untuk mengatakan sesuatu bagi-Nya, dan kita tidak dapat mengutarakan Dia. Bertutur-sabda dalam hal memberitahukan sesuatu sebelumnya, yaitu meramalkan sesuatu sebelum hal itu terjadi, adalah tanda ajaib dan tidak memerlukan pertumbuhan dalam hayat.

Bertutur sabda, berbicara bagi Tuhan dan mengutarakan Tuhan tidak hanya membangun orang-orang kudus secara perorangan, juga membangun gereja. Sebaliknya, berkata-kata dengan bahasa lidah tidak membangun gereja. Maksud hati Paulus bukanlah agar orang-orang Korintus itu menuntut karunia berkata-kata dengan bahasa lidah; melainkan mendorong mereka untuk bertutur-sabda supaya gereja dapat terbangun (ay. 5). Beban Paulus adalah pembangunan gereja. Inilah perhatian yang dalam yang ada di dalam hatinya.

Dalam ayat 7 Paulus dengan tepat menunjukkan bahwa orang-orang Korintus seharusnya berhenti mengucapkan bunyi-bunyi yang tidak berarti. Hari ini banyak orang mempraktekkan berbahasa lidah secara tidak berarti. Dalam banyak kasus, orang-orang yang berbicara itu malah tidak tahu apa yang sedang mereka katakan.

Dalam ayat 13-14 Paulus berkata, "Karena itu, siapa yang berkata-kata dengan bahasa lidah, ia harus berdoa, supaya ia dapat menafsirkannya. Sebab jika aku berdoa dengan bahasa lidah, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak menghasilkan apa-apa." Menggunakan dan melatih roh kita dalam doa, sangatlah sehat bagi kehidupan rohani kita. Tetapi jika pikiran kita tidak berfungsi dan juga tidak digunakan, ini mutlak tidak sehat. Ketika kita berdoa kepada Tuhan, kita harus menggunakan roh kita yang telah dilahirkan kembali beserta pikiran kita yang telah diperbarui. Pikiran kita harus diletakkan di atas roh kita (Rm. 8:6), dan seharusnya tidak pernah terlepas darinya, sekalipun dalam hidup kita sehari-hari, terlebih lagi dalam doa kita. Doa kita seharusnya bermula dari roh kita yang telah berkontak dan sedang berkontak dengan Roh Allah, dan melalui pikiran kita yang jernih dan memahami, diutarakan dengan kata-kata yang jelas dan dapat dimengerti, demikian doa kita dapat menjamah Allah, dapat merawat, menguatkan diri sendiri, dan membangun orang lain.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 61

No comments: