Hitstat

06 September 2011

1 Korintus - Minggu 26 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 14:26-33


Setelah berkata, "yang seorang mazmur," Paulus menyinggung tentang pengajaran, penyataan Allah, bahasa lidah, dan penafsirannya. Pengajaran-pengajaran itu harus menurut pengajaran para rasul, dan penyataannya harus memperlihatkan sesuatu yang tersembunyi tetapi yang sekarang telah disingkapkan. Di dalam sidang-sidang kita perlu firman pengajaran dan juga firman wahyu. Kita telah menunjukkan bahwa pengajaran yang berasal dari guru dan wahyu yang berasal dari nabi ini harus mengajarkan dan melayankan Kristus dengan gereja sebagai Tubuh-Nya kepada orang. Dalam prinsipnya, bahasa lidah yang sejati dan penafsiran bahasa lidah juga harus demikian, keduanya harus memiliki Kristus dengan gereja sebagai inti dan isinya. Ini berarti hal-hal itu harus berpusat pada Kristus sebagai rahasia Allah dan gereja sebagai rahasia Kristus, bukan berpusat pada hal-hal lainnya. Bahasa lidah yang tepat haruslah mengenai Kristus dan gereja. Ini berdasar pada konteks dari seluruh kitab 1 Korintus, kitab yang membicarakan tentang Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah, adalah rahasia Allah, juga membicarakan tentang gereja sebagai Tubuh untuk mengekspresikan Kristus dan sebagai sarana untuk melaksanakan pemerintahan Allah.

Ayat 32 menunjukkan dengan jelas bahwa roh kita harus tunduk kepada kita, bukan kita yang harus tunduk kepada roh kita. Namun, beberapa orang dalam aliran Pentakosta pada hari ini memaafkan diri mereka sendiri dengan mengatakan bahwa apa saja yang mereka lakukan di dalam sidang-sidang itu adalah menurut roh. Mereka menyatakan bahwa mereka dibawa oleh roh mereka. Misalnya, seseorang mungkin berteriak dengan suara nyaring dengan tidak mempedulikan orang lain atau hal lainnya lagi. Bila ada seseorang bertanya kepadanya mengapa ia berteriak begitu nyaring, ia mungkin akan menjawab: "Ini bukanlah berasal dari saya, melainkan saya dibawa oleh roh." Ini bertentangan dengan perkataan Paulus. Ia mengatakan dengan tegas bahwa kita tidak boleh tunduk kepada roh; sebaliknya, roh itulah yang harus tunduk kepada kita.

Selama bertahun-tahun saya telah menunjukkan perlunya melatih roh. Ini menunjukkan bahwa roh kita itu tunduk kepada kita. Kita melatih roh; bukan roh itu yang melatih kita. Apakah Anda melatih roh atau roh itukah yang melatih Anda? Ungkapan "melatih roh" ditujukan kepada orang-orang yang berpikiran sehat, khususnya kepada orang-orang yang cenderung duduk dengan tenang di dalam sidang-sidang. Semua orang demikian perlu melatih roh. Tetapi bagi orang-orang seperti orang-orang Korintus yang hanyut oleh kegembiraan mereka, Paulus berkata, "Jangan menundukkan diri Anda kepada roh, tetapi biarlah roh Anda tunduk kepada Anda. Berpalinglah dari kegembiraan Anda dan buatlah roh Anda tunduk kepada Anda." Janganlah memaafkan diri Anda dengan mengatakan bahwa segala sesuatu yang Anda lakukan adalah menurut roh. Penggunaan karunia harus secara teratur, bukan dengan cara yang tidak terkendali. Roh kita harus tunduk kepada kita. Ini berarti kita harus memiliki pemikiran yang sehat untuk menggunakan roh kita dengan tepat.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 63

No comments: