Hitstat

30 September 2011

2 Korintus - Minggu 1 Jumat

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 1:12-14


Dalam ayat 12 Paulus mengacu kepada kesaksian hati nurani. Kita harus memiliki hati nurani yang murni (2 Tim. 1:3), hati nurani yang tidak bercela (Kis. 24:16), yang mempersaksikan apa adanya kita dan apa yang kita lakukan. Hati nurani Paulus bersaksi bahwa ia tulus, setia, dan jujur. Terutama, ia memiliki kesaksian dari hati nuraninya bahwa ia tulus. Ia tidak memakai cara manusia untuk membereskan situasi. Ia tidak menggunakan pengetahuannya, kemampuannya, kekuatannya, atau hikmatnya. Ia tidak memakai kebijaksanaan apa pun, dan ia tidak bermain politik. Sebaliknya, ia tulus, sederhana. Hati nuraninya bersaksi mengenai hal ini. Kesaksian ini adalah kemegahannya. Maka, Paulus dapat berkata, "Kami hidup, berperilaku, bertindak tanduk, dan bekerja hanya di dalam Allah, bukan di dalam cara apa pun yang berasal dari diri kami sendiri. Satu-satunya jalan kami ialah Allah kebangkitan. Allah yang membangkitkan orang mati adalah satu-satunya jalan kami. Karena itu, kami tidak bermain politik, dan kami tidak menggunakan hikmat kami. Kami mutlak sederhana, sesederhana orang yang telah mati. Kami tidak bersandar apa pun selain kepada Persona hidup yang adalah Allah kebangkitan. Inilah kemegahan kami, inilah juga kesaksian hati nurani kami."

Dalam ayat 12 Paulus membicarakan tentang ketulusan dan kemurnian Allah. Kemurnian Allah adalah satu kebajikan ilahi, kebajikan dari apa adanya Allah. Berperilaku dalam kebajikan yang demikian berarti mengalami Allah sendiri. Karena itu, berperilaku dalam kebajikan yang demikian berarti berada dalam kasih karunia Allah seperti yang disebut dalam ayat ini.

Allah itu bijaksana dan mahakuasa. Tetapi dalam satu aspek, Dia juga tulus, Dia sangat sederhana. Ketika Tuhan Yesus berada di bumi, Dia itu bijaksana; namun Dia juga sederhana dan tulus. Saya sangat menikmati berkontak dengan Tuhan Yesus karena ketulusan dan kesederhanaan-Nya. Namun, ketika Anda berbicara kepada saudara-saudara tertentu, Anda menemukan bahwa mereka itu sangat rumit. Tetapi Allah kita sederhana. Kapan kala kita berbicara kepada-Nya, kita akan menemukan bahwa Dia tidak rumit. Bila Dia mengatakan ya, itu berarti ya, dan bila Dia mengatakan tidak, itu berarti tidak. Demikian juga, bila Dia mengatakan putih atau hitam, itu berarti putih atau hitam, bukan abu-abu. Tidak peduli bagaimana perasaan Allah terhadap kita pada waktu tertentu, Dia selalu tulus. Dia mungkin tidak senang terhadap kita atau Dia mungkin senang, tetapi Dia sendiri sederhana.

Hanya orang yang tulus adalah orang yang murah hati. Jika Anda kekurangan tulus, Anda tidak mungkin menjadi murah hati atau penuh rahmat terhadap orang lain. Allah kita penuh rahmat terhadap kita karena Dia itu tulus. Bayangkan, apa yang akan terjadi atas kita jika Allah tidak tulus, sebaliknya memikirkan tentang kita secara rumit. Dia mungkin tidak akan memperhatikan kita lagi. Apakah Anda rela membiarkan Allah memeriksa situasi Anda dan menguji Anda secara teliti? Apakah Anda rela bila Allah mengamati Anda dari kepala sampai ke kaki dan memeriksa apa adanya Anda secara batiniah dan secara lahiriah? Tidak akan ada satu pun dari antara kita yang akan diperkenan Allah, jika Dia memeriksa kita secara demikian. Tetapi karena ketulusan dan kemurahan Allah, kita menerima banyak berkat dari Dia.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 2

No comments: