Hitstat

22 December 2017

Matius - Minggu 12 Jumat

Pembacaan Alkitab: Mat. 7:3-6
Doa baca: Mat. 7:6
Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.


Sebagai umat kerajaan, yang hidup di dalam roh yang rendah hati di bawah pemerintahan surgawi kerajaan, kita harus mengetahui (memikirkan) balok di mata kita sendiri, ketika kita melihat serpihan kayu di mata saudara kita (ay. 3). Serpihan kayu di mata saudara kita seharusnya mengingatkan kita kepada balok di mata kita sendiri. Asalkan balok mata itu masih berada di mata kita, pandangan kita kabur dan kita tidak akan nampak jelas. Dalam hal menunjukkan kesalahan saudara, kita harus menyadari bahwa kita mempunyai kesalahan yang lebih besar. Kesalahan saudara kita diibaratkan seperti serpihan dan kesalahan kita seperti balok. Jadi, sekali lagi saya katakan, maksud Tuhan ialah agar kita memperhatikan orang lain. Setiap kali Anda mencoba menunjukkan kesalahan seseorang, Anda mungkin hanya memperhatikan kesalahannya, namun tidak memperhatikan orangnya. Jika Anda menjadikan kesalahan orang lain sebesar balok, itu menunjukkan bahwa Anda hanya memperhatikan kesalahannya, bukan memperhatikan orangnya. Jika Anda memperhatikan saudara, Anda tidak akan hanya memperhatikan kesalahannya, sebaliknya Anda akan mengatakan, “Kesalahannya hanyalah serpihan kayu jika dibandingkan dengan kesalahanku yang sebesar balok. Karena itu aku senang melupakan kesalahannya.”

Matius 7:6 juga bersangkutan dengan hal memperhatikan orang lain. Sering kali ketika Anda nampak sesuatu kebenaran, doktrin, atau terang, Anda memberi tahu orang lain tanpa mengindahkan apakah mereka itu “anjing”, “domba”, atau “serigala”. Anda hanya memperhatikan perasaan senang Anda. Anda mungkin mengatakan, “Oh, aku telah nampak terang mengenai hidup gereja! Gereja adalah mulia dan ajaib!” Dalam kegirangan Anda, mungkin Anda membagikan nikmat ini kepada orang yang tidak layak menerimanya. Inilah arti memberikan barang yang kudus kepada anjing. Jika Anda hendak memberikan sesuatu yang kudus kepada orang lain, Anda harus memikirkan orang tersebut. Jangan memberikan barang yang kudus kepada anjing, atau melemparkan mutiara di depan babi. Jika Anda berbicara kepada orang lain tentang sesuatu yang kudus, kebenaran, mutiara, atau pengalaman-pengalaman, Anda harus memperhatikan prinsip dasar mengenai memperhatikan orang lain. Anda harus memastikan apakah orang itu dapat (layak) menerima apa yang Anda ingin bagikan. Anda pun harus mengerti berapa banyak mereka mampu menerimanya. Dengan perkataan lain, ketika Anda berbicara kepada orang lain tentang hal-hal rohani, jangan berbicara menurut perasaan atau kesenangan Anda, melainkan berbicara kepada mereka sesuai dengan kapasitas mereka untuk menerima apa yang harus Anda katakan.

Umat kerajaan seharusnya merupakan umat yang paling berhikmat. Ketika kita berkontak dengan orang lain, kita harus mengetahui temperatur mereka, juga memperhatikan situasi mereka. Kita harus berbuat dengan tepat, agar tidak menyebabkan anjing-anjing menggigit kita atau babi-babi menyerang kita. Jika tidak, bisa jadi mereka berpaling dan merobek-robek kita.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 23

No comments: