Hitstat

07 July 2018

Markus - Minggu 4 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Mrk. 2:1-12
Doa baca: “Orang itu pun bangun, segera mengangkat tikarnya dan pergi ke luar dari hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya, 'Yang begini belum pernah kita lihat.'” (Mrk. 2:12)

Dalam ayat 12 kita dapati kata penutup mengenai peristiwa ini, “Orang itu pun bangun, segera mengangkat tikarnya dan pergi ke luar dari hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya, ‘Yang begini belum pernah kita lihat.’” Di sini kita dapati penggenapan perkataan Hamba-Penyelamat, “Bangunlah, angkatlah tikarmu.” Mengatakan “dosa-dosamu sudah diampuni”, lebih mudah daripada mengatakan “bangunlah, angkatlah tikarmu dan berjalanlah.” Karena yang terakhir telah digenapi, maka yang pertama, yang lebih mudah, tentu juga telah digenapi. Ini adalah bukti yang kuat bahwa Hamba-Penyelamat mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa-dosa di bumi.
Orang lumpuh itu dibawa kepada Tuhan oleh orang lain, tetapi ia pulang sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa bukan orang dosa itu mampu datang ke hadapan Tuhan, melainkan orang dosa itu mampu pulang dari hadapan Tuhan oleh karunia ke-selamatan Tuhan.
Dalam peristiwa ini kita nampak sifat insani maupun sifat ilahi Hamba-Penyelamat. Ketika Tuhan menyebut orang lumpuh itu sebagai anak, Tuhan bersikap sangat insani. Tuhan menyapanya secara akrab, dengan penuh kebaikan insani. Tetapi ketika Tuhan menyuruh orang lumpuh itu bangun, mengangkat tikarnya, dan pulang ke rumah, Ia mengekspresikan keilahian-Nya. Jadi, keilahian Tuhan terekspresi pada keinsanian Tuhan. Keinsanian-Nya penuh dengan kebajikan, dan keilahian-Nya penuh dengan kuasa. Kemuliaan Tuhan yang kita tampak di sini adalah ekspresi dari kekuasaan Tuhan. Jadi, dalam kasus ini kita nampak keinsanian Tuhan tertampil dalam kebajikan dan kesempurnaan insani, keilahian-Nya termanifestasi dalam kemuliaan dan kehormatan.


Sumber: Pelajaran-Hayat Markus, Buku 1, Berita 7

No comments: