Pembacaan
Alkitab: Luk. 22:1-22; 1 Kor. 10:17
Doa
baca: “Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu
tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.” (1 Kor.
10:17)
Domba yang Menjadi Roti melalui Proses
Kematian dan Kebangkitan
Dalam Paskah, hal utama yang dinikmati oleh umat
pilihan Allah adalah domba. Daging domba adalah untuk dimakan oleh mereka.
Tetapi dalam meja Tuhan, butir utama untuk kita nikmati sebagai kaum beriman
Perjanjian Baru bukanlah domba tetapi roti. Ketika Tuhan Yesus dipersembahkan
kepada Allah bagi penebusan kita, Dia bukan dipersembahkan sebagai roti
melainkan sebagai Domba, namun hasilnya adalah roti. Domba adalah satu entitas,
sedangkan roti adalah sesuatu yang korporat. Tidak mungkin satu butir biji
gandum membentuk satu ketul roti. Satu ketul adalah kesatuan yang korporat,
sesuatu yang terbentuk dan tersusun dari banyak butir gandum. Sebelum
kematian-Nya, Tuhan Yesus itu Domba yang tunggal dan individu. Tetapi yang dihasilkan
dari kematian-Nya dalam kebangkitan-Nya adalah satu kesatuan yang korporat.
Kesatuan ini adalah ketul roti yang menyatakan satu Tubuh yang korporat.
Dalam 1 Korintus 10:17, roti ini bukan hanya
menyatakan tubuh jasmani Penyelamat, tetapi juga menyatakan Tubuh mistikal-Nya,
yakni gereja. Ini bukan perihal individu, melainkan perihal Tubuh yang
korporat. Kita semua adalah satu roti, satu Tubuh, karena kita semua mengambil
bagian dalam roti yang satu itu. Kita mengambil bagian dalam roti yang satu itu
mempersaksikan bahwa kita semua adalah satu. Dengan mengambil bagian dalam
Kristus itu kita semua menjadi satu Tubuh-Nya.
Roti ini bukan lagi Kristus yang individu, sekarang
roti ini adalah Kristus yang korporat (1 Kor. 12:12), yang meliputi Tuhan Yesus
dan kaum beriman yaitu kita. Di meja Tuhan kita memamerkan, memaparkan,
kematian Tuhan; tetapi kita memamerkan kematian-Nya dalam kebangkitan-Nya.
Kapan saja kita datang ke meja Tuhan, kita harus ingat bahwa kita bukan berada
dalam kematian-Nya, melainkan dalam kebangkitan-Nya.
Sumber: Pelajaran-Hayat Lukas, Buku 2, Berita 50
No comments:
Post a Comment