Hitstat

10 June 2005

1 Yohanes Volume 2 - Minggu 4 Jumat

Pemerintahan Allah Dalam Hati Nurani
1 Yohanes 3:20
"sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu."

Saat hati nurani menyalahkan kita, kita sering melakukan banyak perkara untuk menghibur hati nurani. Sebenarnya, kita tidak mau menaati suara hati nurani, tidak mau menuruti petunjuknya untuk mendapatkan perkenan Allah, namun di pihak lain, kita takut penghakiman hati nurani, karena penghakiman hati nurani akan membuat kita tidak tenang, menyebabkan kita merasa tidak nyaman. Itulah sebabnya, kita berusaha melakukan sesuatu untuk menutupinya. Kita berusaha melakukan perkara baik yang lain untuk menggantikan kehendak Allah.
Kita tidak mau menaati Allah, tetapi kita berkata bahwa apa yang sedang kita lakukan sekarang, sama baiknya dengan yang ditunjukkan oleh Allah, mungkin lebih baik, lebih indah, lingkupannya lebih luas, keuntungannya lebih banyak, kegunaannya lebih besar, pengaruhnya lebih kuat daripada yang ditunjukkan oleh Allah. Kita pikir, bukankah pekerjaan yang demikian itu sangat baik? Tetapi kalau kita teruskan, tidak peduli bagaimana penilaian orang lain, dari sudut pandang Allah, sedikit pun tidak berfaedah dalam kerohanian.
Allah tidak melihat berapa banyak lemaknya, berapa banyak kurban bakarannya, tetapi berapa banyak ketaatan kita kepada Allah. Kalau Allah dalam roh mewahyukan bahwa barang-barang itu harus dimusnahkan, tidak peduli seberapa baik motivasi kita, tidak peduli seberapa gemuk lembu dan domba itu, tidak peduli seberapa berat emas dan perak itu, semuanya tidak bisa menggerakkan hati Allah. (Bandingkan 1 Sam. 15:22)

Allah Lebih Besar Daripada Hati Kita
1 Yoh. 3:19-22

Dalam ayat 20, Yohanes mengatakan bahwa Allah lebih besar daripada hati kita; yaitu, Allah lebih besar daripada hati nurani kita. Allah mempunyai satu pemerintahan, dan pemerintahan ini mempunyai satu daerah pelaksanaan di dalam kita. Daerah pelaksanaan pemerintahan Allah ini adalah hati nurani kita. Jika hati nurani kita menyalahkan kita, menangkap kita, dan menghukum kita, tentu saja Allah juga akan menghukum kita, karena Dia lebih besar daripada hati nurani kita dan mengetahui segala hal.
Hati nurani sebenarnya adalah jendela roh orang beriman, terang surgawi menyorot masuk dari sini, supaya roh orang beriman dan seluruh dirinya penuh dengan terang. Seluruh diri dan roh orang beriman juga melihat terang surgawi dari sini. Kapan kala apa yang kita pikirkan, ucapkan, dan lakukan tidak baik, tidak sesuai dengan tata krama kaum saleh, terang surgawi akan menyorot masuk dari hati nurani, menyatakan kesalahan kita, menghakimi kegagalan kita. Kalau kita membiarkan hati nurani bekerja, lalu menaatinya, menyingkirkan apa yang dihakiminya, terang surgawi selanjutnya akan lebih besar. Kalau kita tidak mengaku salah, juga tidak mau menyingkirkan dosa, maka bekas dosa masih tetap tertinggal, hati nurani masih tercemar (Tit. 1:15), karena tidak bertindak menurut pengajaran terang Allah.
Ketajaman perasaan hati nurani bisa bertambah, juga bisa berkurang. Kalau orang beriman memberi tempat bagi hati nurani untuk bekerja, jendelanya pasti makin lama makin terang. Kalau dia tidak mempedulikan suara hati nurani, atau dengan alasan menggantikan tuntutan hati nurani, maka hati nurani akan berulang-ulang berbicara, atau setelah berbicara belasan kali, lalu hati nurani seolah-olah tidak berbicara lagi, karena dia tidak punya perasaan lagi. Satu kali orang beriman tidak mendengarkan suara hati nurani, hayat rohaninya akan terluka sekali, jika demikian terus maka tidak lama lagi ia akan mutlak terjerumus ke dalam kedudukan milik daging.

Penerapan:
Satu dosa ditambah satu dosa, satu bekas ditambah satu bekas, akan menyebabkan jendela itu makin buram dari hari ke hari, terang juga sulit tembus ke dalamnya. Karenanya, kita perlu datang ke hadapan Tuhan setiap hari untuk membersihkan "kaca" hati nurani kita dari segala dosa, pelanggaran, kecemaran, yang kita perbuat dengan bersandar pada pembasuhan darah.

Pokok Doa:
"Tuhan Yesus, aku tidak mau kehilangan senyum-Mu. Aku mau selalu bersekutu dengan-Mu. Basuhlah dosa-dosaku, terangilah aku, agar aku tidak menyisakan apa pun di hatiku yang tidak diperkenan oleh-Mu. Tolonglah aku, Tuhan, agar aku tidak mengeraskan hati

No comments: