Hitstat

08 June 2005

1 Yohanes Volume 2 - Minggu 4 Rabu

Menyerahkan Nyawa Untuk Saudara-Saudara Kita
Yohanes 3:16
"Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara"

Tuhan Yesus kita memberikan contoh kasih yang tertinggi saat Ia menyerahkan hidupnya bagi kita. Setelah menunjukkan kasih Kristus yang sedemikian, Yohanes mengatakan bahwa kita juga harus menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. Ini berarti bahwa hidup kita seharusnya adalah pencurahan terus menerus untuk kaum beriman yang lain.
Kita mungkin tidak akan pernah layak untuk mati bagi orang lain, tetapi kita semua bisa menyatakan kasih persaudaraan melalui pemberian-pemberian kita. Itulah yang dikatakan dalam 1 Yohanes 3:17, "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?"
Jika ayat 16 mengusulkan hal maksimum yang bisa kita lakukan untuk saudara kita, maka ayat 17 mengusulkan hal yang paling minimal yang harus kita lakukan untuk saudara kita.
Di jaman Yesus hidup, kebanyakan orang relatif miskin. Upah mereka satu dinar sehari, untuk diri sendiri saja sudah terbatas. Tetapi Yohanes Pembaptis berkata, "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian" (Luk. 3:11). Dalam kondisi yang minim pun, kita harus membagi kelebihan kita. Inilah kasih persaudaraan.

Mengasihi Dengan Perbuatan
1 Yoh. 3:17-18, Yak. 2:15-16, Luk. 10:29-35

Rasul Yohanes tidak menganggap bahwa kasih hanya sekadar masalah emosional atau perasaan sentimentil saja, karena setiap referensinya selalu mengacu kepada tindakan. Kasih Allah dinyatakan dengan menyerahkan nyawanya untuk kita, dan kita diharapkan mengikuti jejak-Nya.
Perintahnya adalah kita harus mengasihi dengan perbuatan-perbuatan kita. Kita jangan menutup pintu hati kita dari rasa simpati, tetapi kita harus membantu saudara kita yang sedang membutuhkan. Jika kita memulai dengan tindakan yang manis dan mengasihi, maka kita akan memiliki perasaan yang sama.
Ketika kita merasa bahwa perasaan kasih kita terhadap orang tertentu telah mati, kita perlu berusaha untuk kembali menemui orang yang tidak kita senangi itu dan mulai melakukan tindakan kasih, membuat orang yang kita benci menjadi pusat dan sasaran pelayanan kita, maka hasilnya adalah seperti sebuah sumber perasaan simpati yang membual dan menyegarkan.
Jangan menunggu sampai timbul perasaan mengasihi, tetapi mulailah dengan menunjukkannya. Karena ini adalah sebuah perjuangan dan juga merupakan tanggung jawab kita untuk mulai melangkah keluar dengan iman yang sederhana dan kita akan menemukan bahwa Allah akan membuat kasih itu melimpah melalui kasih karunia-Nya. Kasih sejenis ini tidak egois, dan kasih ini merupakan karunia Roh Allah. Perkembangan yang luar biasa ini tidak dapat dihasilkan oleh hati kita yang dingin; hati manusia mustahil memilikinya. Mungkin ada sedikit, tetapi sangat kecil dibandingkan dengan kasih Allah. Kasih adalah milik Allah, karena Allah adalah kasih. Kasih mengalir keluar dari sifat Allah sendiri, dan ditebarkan dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. "Buah Roh adalah kasih," dan ketika kita melalui iman bersatu dengan Kristus, kasih Allah juga akan ditebarkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus, sehingga kita bisa mengasihi dengan kasih Allah.
Kita tahu bahwa kita dilahirkan dari atas, pada saat kita memutuskan untuk mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri kita sendiri.

Penerapan:
Marilah kita mewujudkan kasih yang menyerahkan nyawa ini melalui pemberian-pemberian kita. Dapatkah kita mengorbankan uang jajan kita atau pesta-pesta kita dalam minggu ini dan mempersembahkan uangnya kepada gereja untuk keperluan orang miskin?

Pokok Doa:
"Tuhan Yesus, bukalah hatiku, jangan biarkan aku terus menutup pintu hatiku terhadap saudara saudari. Tambahkan kasih-Mu di dalamku, agar aku dapat mengasihi saudara saudari dengan kasih ilahi ini, kasih yang tidak terbatas."

No comments: