Hitstat

07 June 2005

1 Yohanes Volume 2 - Minggu 4 Selasa

Pindah Dari Dalam Maut Ke Dalam Hidup
1 Yohanes 3:14
"Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut."

Dalam seluruh Alkitab, perkataan "pindah dari dalam maut ke dalam hidup" hanya tercantum di dua tempat. Yohanes 5:24 mengatakan, " … barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup." Di sini dikatakan, orang yang percaya sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.
Satu Yohanes 3:14 mengatakan, "Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut." Berpindah dari dalam maut ke dalam hidup mempunyai satu bukti, yaitu mengasihi saudara.
Fakta yang luar biasa bahwa ketika seseorang diselamatkan, ia sepenuhnya memiliki sikap yang berbeda terhadap orang-orang Kristen. Seorang yang tidak mengasihi anak Allah yang sejati, mungkin dikenal sebagai orang Kristen, tetapi Alkitab mengatakan, ia tetap di dalam maut.
Iman memang membuat kita pindah dari dalam maut ke dalam hidup, menjadi anggota keluarga Allah, tetapi iman tidak saja mempertemukan kita dengan Bapa, juga mempertemukan kita dengan saudara-saudara kita.
Begitu kita mendapatkan hayat Allah, dengan sendirinya kita akan menyadari betapa banyaknya orang yang memiliki hayat yang sama di dalam dunia ini, dan dengan spontan pula hayat ini membuat kita senang mendekati mereka, bergaul dengan mereka, dan mengasihi mereka.

Membenci = Pembunuh
1 Yoh. 3:15, Mat. 5:21-22

Satu Yohanes 3:15 mengatakan, "Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya."
Dalam pandangan dunia, kebencian bukanlah hal yang paling jahat, tetapi Allah menyebutnya pembunuh. Membenci sebenarnya adalah motivasi pembunuhan. Dengan kata lain, membenci adalah pembunuh dalam bentuk embrio. Motifnya ada di sana, meskipun tindakannya belum dilakukan. Setiap orang yang membenci saudaranya adalah pembunuh manusia.
Keadaan yang normal adalah demikian: misalkan ada seorang saudara melakukan banyak perkara yang tidak dapat dibenarkan, kita boleh menasihati dan menegurnya, tetapi hati kita tidak boleh membencinya. Jika perbuatannya sampai membuat kita marah, kita pun boleh memarahi serta menegurnya dengan kata-kata yang sangat keras, tetapi hati kita tetap tidak boleh membencinya. Kalaupun kita harus menyampaikan persoalannya kepada gereja, seperti yang tercantum dalam Matius 18, tujuan kita tetaplah ingin mendapatkan dan memulihkannya. Kalau terhadapnya kita hanya ingin mengecam dan meruntuhkan saja, tanpa bermaksud memulihkannya, itu membuktikan kita bukan seorang saudara. Maksud menyampaikan persoalannya kepada gereja ialah agar kita bisa mendapatkan saudara itu kembali. Jadi masalahnya ialah, kita ingin meruntuhkannya atau ingin mendapatkannya? Ini adalah perkara yang sangat serius. Janganlah kita menyepelekan perkara ini.
Saudara saudari, kalau seseorang hanya dapat menghakimi, namun tidak dapat meratapi; hanya dapat menyalahkan, tanpa merasa pilu; itu membuktikan bahwa dia tidak mengetahui makna kasih persaudaraan. Kalau ada seorang saudara menegur saudara lain hanya dengan maksud menjatuhkannya, itu membuktikan di dalamnya tidak ada kasih, hanya ada kebencian. Membenci saudara berarti membunuh saudara! Alangkah seriusnya hal ini! Kiranya kita semua bisa terhindar dari dosa membenci ini.

Penerapan:
Marilah kita belajar mengasihi semua saudara saudari. Bagaimana kita bisa mengasihi jika kita tidak pernah mengenal mereka? Luangkan sedikit waktu untuk memberi salam dan berkenalan dengan saudara saudari disekitar kita sebelum atau sesudah pertemuan ibadah.

Pokok Doa:
"Tuhanku, aku orang yang tidak patut dikasihi tetapi Engkau telah begitu mengasihi aku dan keluargaku. Sungguh luar biasa karena aku orang dosa ini telah menerima rahmat yang begitu besar. Tuhan, perbesarlah kapasitasku, agar aku juga bisa mengasihi anak-anak-Mu tanpa pamrih. Jangan biarkan aku terus melihat kelemahan mereka, tetapi sebagaimana Engkau memandang mereka demikianlah hendaknya aku memandangnya."

No comments: