Hitstat

09 June 2005

1 Yohanes Volume 2 - Minggu 4 Kamis

Hati Nurani Kaum Beriman (1)
1 Yohanes 3:19-20
"...Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu."

Setelah roh orang beriman dilahirkan kembali, hati nuraninya menjadi hidup. Darah adi Tuhan Yesus telah mencuci bersih hati nurani sehingga menjadi sangat peka, bisa bekerja menurut kehendak Roh Kudus.
Pekerjaan pengudusan dan pembaruan Roh Kudus di dalam manusia berhubungan dengan pekerjaan hati nurani. Kalau orang beriman ingin dipenuhi oleh Roh Kudus, ingin dikuduskan, ingin hidup sesuai dengan kehendak Allah, ingin sepenuhnya berperilaku menurut Roh, ia tidak bisa tidak mendengarkan suara hati nurani. Kalau kita tidak memberi hati nurani kedudukan yang seharusnya didapatkan olehnya, kita pasti terjerumus ke dalam kedudukan berperilaku menurut daging. Setia menanggulangi hati nurani adalah langkah pertama dari usaha untuk menjadi kudus. Berperilaku menurut hati nurani adalah tanda kerohanian yang sejati.
Kalau orang beriman yang karnal (bersifat daging) tidak membiarkan hati nurani bekerja dengan tuntas, dia tidak dapat memasuki dunia kerohanian. Meskipun orang lain dan dirinya sendiri mengira sudah rohani, tetapi kerohaniannya tidak mempunyai dasar. Dosa dan segala yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, dan yang tidak sesuai dengan tata krama kaum saleh, kalau tidak ditindak menurut suara hati nurani, berarti dasar kerohanian belum tersusun dengan baik, meskipun di atasnya terbangun banyak cita-cita rohani, semuanya akan runtuh.

Hati Nurani Kaum Beriman (2)
1 Yoh. 3:20

Pekerjaan hati nurani adalah bersaksi terhadap kita, menunjukkan apakah sikap kita sudah tepat terhadap manusia maupun Allah? Sesuaikah semua yang kita kerjakan, pikirkan, dan ucapkan, dengan kehendak Allah, dan apakah kita tidak mengkhianati Kristus?
Ketika kehidupan kristiani kita maju, ketajaman hati nurani kita pun lebih maju dari hari ke hari, sehingga bisa lebih padu dengan suara yang diberikan Roh Kudus. Ingatlah bahwa Roh Kudus berbicara kepada orang beriman melalui hati nurani. Perkataan rasul menunjukkan hal ini, "Suara hatiku (hati nuraniku) turut bersaksi dalam Roh Kudus" (Rm. 9:1).
Kalau hati nurani kita berkata kita salah, bagaimana pun juga kita pasti salah. Kalau hati nurani kita sudah menghakimi kita, kita harus segera bertobat, kita tidak bisa menutupinya atau menyuapnya dengan apa pun. Satu Yohanes 3:20 mengatakan, "Sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu." Teguran hati nurani adalah teguran Allah kepada kita.
Kalau kita bersalah, apa yang ditegur hati nurani pasti akan lebih dihakimi oleh Allah. Tingkatan kekudusan Allah pasti lebih tinggi daripada hati nurani kita. Sebab itu, kalau hati nurani berkata bahwa kita salah, kita pasti salah.
Lalu, bagaimanakah seharusnya sikap kita? Kalau perkaranya belum kita lakukan, lekaslah berhenti; kalau perkaranya sudah dilakukan, harus bertobat, mengakui dosa kita, mohon darah adi mencuci bersih segala dosa kita.
Yang paling disayangkan, hari ini banyak orang beriman tidak berbuat demikian. Begitu hati nurani menegur, dia berusaha menyuap hati nurani, berkompromi dengan hati nurani, supaya hati nurani tidak mengeluarkan teguran lagi. Cara yang paling mudah adalah memberi alasan kepada hati nurani, dengan alasan mencoba membenarkan dirinya. Alasan-alasan yang demikian, meskipun bisa memuaskan pikiran, tetapi tidak bisa memuaskan hati nurani. Jika apa yang dihakimi oleh hati nurani belum disingkirkan, hati nurani pasti tidak mau menerima alasan apa pun untuk menghentikan penghakimannya.

Penerapan:
Jangan meremehkan perasaan di dalam hati nurani kita, kapan kala dia mulai mengusik kita, kita perlu segera menaatinya. jangan membiarkan hati nurani kita menjadi bebal.

Pokok Doa:
"Tuhan Yesus, terima kasih kepada-Mu karena tinggal di dalam hatiku. Buatlah hati nuraniku tetap peka agar aku dapat mendengar suara-Mu dan menaati-Mu selalu."

No comments: