Hitstat

08 February 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 3 Jumat

Yakub Mempersembahkan Kurban
Kejadian 46:1
“Jadi berangkatlah Israel dengan segala miliknya dan ia tiba di Bersyeba, lalu dipersembahkannya korban sembelihan kepada Allah Ishak ayahnya.“

Kejadian 46:1 berbunyi, “Jadi berangkatlah Israel dengan segala miliknya dan ia tiba di Bersyeba, lalu dipersembahkannya kurban sembelihan kepada Allah Ishak ayahnya.” Dalam Kejadian 35:1 Allah menyuruh Yakub bangkit dan menuju ke Betel serta mendirikan di sana sebuah mezbah bagi Allah. Tetapi dalam Kejadian 46:1 Yakub pergi atas inisiatifnya sendiri ke Bersyeba dan mempersembahkan kurban sembelihan. Ayat ini bukan menyinggung satu kurban persembahan belaka, melainkan “bermacam-macam kurban persembahan” (TL.). Ia mengunjungi Bersyeba dengan maksud mempersembahkan macam-macam kurban persembahan kepada Allah.
Kejadian 46:1 tidak memberitahukan kita Yakub berdoa, memuji atau bersyukur kepada Allah, melainkan dikatakan bahwa ia mempersembahkan bermacam-macam kurban persembahan. Ia berbuat demikian supaya memperoleh persekutuan yang sejati dengan Allah. Dengan istilah Perjanjian Baru, kita dapat mengatakan bahwa Yakub mempersembahkan Kristus yang telah dialaminya dalam bermacam-macam aspek supaya Allah dipuaskan. Inilah penyembahan yang Allah inginkan dari kita. Tetapi penyembahan ini bertalian erat dengan pertumbuhan hayat kita. Kapan kita sudah matang atau dewasa, dengan sendirinya kita akan sering menyembah Allah dengan cara yang demikian. Satu hal yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa walau Allah tidak menuntut Yakub untuk mempersembahkan kurban persembahan di Bersyeba, Yakub dengan kerelaannya sendiri mau mempersembahkan Kristus bagi kepuasan Allah. Pada titik ini, Yakub telah sangat maju dalam mengenal kehendak Allah.

Yakub Berangkat ke Mesir dan Bertemu dengan Yusuf
Kej. 46:2-4; 29-30

Kejadian 46:2 mencatat, “Berfirmanlah Allah kepada Israel dalam penglihatan-penglihatan waktu malam” (TL.). Semalaman itu di Bersyeba, Allah paling sedikit sudah dua kali memperlihatkan diri kepada Yakub, sambil berbicara kepadanya. Dalam penyembahan ini Yakub bersekutu dengan Allah, dan Allah menampakkan diri kepadanya. Ini benar-benar merupakan aspek yang lain dari manifestasi kematangan Yakub. Kita tidak dapat meniru tingkatan hayat Yakub. Tingkatan hayat kita tergantung pada pertumbuhan hayat kita. Tanpa hayat kita bertumbuh, mustahillah mempunyai tingkatan itu. Kita tidak dapat berpura-pura atau bermain sandiwara, berlaku seolah kita telah dewasa dalam hayat ilahi. Kita semua perlu bertumbuh. Kapankala kita bertumbuh sampai tingkatan tertentu, dengan sendirinya kita akan memiliki manifestasi hayat tingkatan itu.
Lalu berfirmanlah Allah kepada Yakub, “Akulah Allah, Allah ayahmu, janganlah takut pergi ke Mesir, sebab Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar di sana. Aku sendiri akan menyertai engkau pergi ke Mesir dan tentulah Aku juga akan membawa engkau kembali; dan tangan Yusuflah yang akan mengatupkan kelopak matamu nanti” (Kej. 46:3-4). Kemudian berangkatlah Yakub dari Bersyeba beserta anak-anak dan isteri mereka, juga ternak dan harta benda yang mereka peroleh di tanah Kanaan. Lalu tibalah mereka di Mesir, yakni di tanah Gosyen. “Lalu Yusuf memasang keretanya dan pergi ke Gosyen, mendapatkan Israel, ayahnya. Ketika ia bertemu dengan dia, dipeluknyalah leher ayahnya dan lama menangis pada bahunya. Berkatalah Israel kepada Yusuf: ‘Sekarang bolehlah aku mati, setelah aku melihat mukamu dan mengetahui bahwa engkau masih hidup’” (Kej. 46:29-30). Ketenangan Yakub ketika bertemu kembali dengan Yusuf adalah tanda dari kematangan hayatnya.
Setelah tiba di Mesir, Yakub tidak meminta barang sesuatu apa pun kepada Yusuf. Hal ini sangat berbeda dengan sikap pada masa mudanya. Dulu Yakub selalu mengharapkan segala sesuatu bagi dirinya sendiri. Tetapi dalam kematangannya ia tidak pernah minta barang sesuatu. Menurut posisinya setelah tiba di Mesir, ia seharusnya mempunyai kedudukan untuk menuntut setiap sesuatu. Tetapi ia tidak meminta barang sesuatu. Inilah tanda yang kuat daripada kematangannya. Orang yang telah matang tidak banyak meminta. Sebaliknya, Yakub malahan mengulurkan tangannya untuk memberkati orang lain. Apabila kita mengemis, meminta dan mengharapkan, ini membuktikan bahwa hayat kita masih mentah atau muda. Kita, kaum saleh, tidaklah pada tempatnya untuk saling mengharapkan sesuatu antara satu sama lain. Akan tetapi, hal ini tidak mungkin terjadi kecuali kita telah bertumbuh dalam hayat.

Penerapan:
Tatkala kita berada dalam pertemuan ibadah, kita harus menyadari kewajiban kita. Kita harus membuka mulut kita untuk bersaksi, mempersembahkan syukur, puji-pujian, dan doa. Jangan mengatakan “Oh, saya terlalu lemah!” Memang kita lemah, tetapi dalam Kristus kita tidak lemah. Jangan berkata, “Saya tidak punya apa-apa.” Ya, memang kita tidak punya apa-apa, namun di dalam Kristus kita punya segalanya.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, Engkaulah yang membuat aku bisa berfungsi di dalam gereja. Di dalam Dikau, aku kuat, aku bisa, dan aku memiliki sesuatu untuk dilayankan kepada orang lain. Tuhan, aku tidak mau kehilangan fungsiku di dalam Tubuh. Amin

No comments: