Hitstat

26 February 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 2 Selasa

Kekuasaan dan Kerajaan Kristus
Kejadian 49:10
“Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa.”

Kemenangan Kristus sekaligus mendatangkan kerajaan (Kej. 49:10). Di mana ada kemenangan, di sanalah ada kerajaan. Ketika Kristus naik ke surga, di sana ia diberi semua kekuasaan dan menerima kerajaan (Ef. 1:20-21). Kalau kita mempunyai pandangan ilahi, niscaya kita akan nampak bahwa seluruh bumi ini justru merupakan kerajaan Kristus. Hari ini bangsa-bangsa di dunia semuanya menggunakan kalender Kristus. Fakta bahwa bangsa-bangsa di dunia menggunakan kalender Kristus, menunjukkan bahwa mereka itu adalah bagian dari kerajaan-Nya. Bahkan bangsa-bangsa yang menentang Kristus pun memakai dan mengikuti sistim penanggalan-Nya. Dengan demikian secara tidak langsung, mereka justru mengakui bahwa Kristuslah Raja mereka. Kristus itulah Raja. Setiap orang adalah di bawah penguasaan-Nya. Pada akhirnya, seluruh bumi ini akan menjadi kerajaan Kristus (2 Ptr. 1:11; Why. 17:14).
Kristus telah diserahi semua kekuasaan, baik di surga maupun di bumi. Ini tak boleh hanya teori bagi kita. Kita wajib menyadari bahwa kita ini berada di bawah kekuasaan-Nya. Kejadian 49:10 mengatakan, “Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya.” Dalam bahasa Ibrani tidaklah salah untuk menterjemahkan “tongkat kerajaan” dengan “kekuasaan”. Dikatakan tongkat kerajaan takkan beranjak dari Yehuda, berarti kekuasaan takkan beranjak dari Yehuda. Tongkat kerajaan di sini melambangkan kuasa kebesaran dan kerajaan. Kristus memiliki kekuasaan ini dan kita semua wajib tunduk di bawah pemerintahan-Nya. Kita, umat kerajaan, berada di bawah penguasaan surgawi Kristus.

Hidup di bawah Kekuasaan Kristus
Kel. 14:15-16; Kej. 49:10; Mat. 14:22-32

Sebagai orang Kristen, kita perlu berlatih melaksanakan kekuasaan Kristus. Tatkala kita menghadapi sesuatu kesulitan, hendaklah kita berdoa dengan melaksanakan kekuasaan. Sewaktu anak-anak Israel dikejar-kejar orang Mesir, Tuhan menyuruh Musa mengangkat tongkat dan mengulurkan tangan ke atas laut (Kel. 14:15-16), maka Musa berbuatlah demikian. Itulah pelaksanaan kekuasaan ilahi. Karena kita berada di bawah penguasaan surgawi, maka kita berkedudukan dan berhak mengatakan kepada kesulitan, kemelut dan serangan-serangan, “Enyahlah, aku tak mengizinkan kau tinggal di sini.” Kita semua wajib belajar memakai kekuasaan itu. Agar dapat menggunakan kekuasan ini, mula-mula kita harus tunduk di bawah penguasaan Kristus. Bilamana kita sendiri membangkang dan hendak memerintahkan Setan enyah, niscayalah Setan akan berkata, “Siapakah engkau?” Karena itu, kita harus menjadi umat kerajaan yang taat. Ketaatan kita memberi kita kedudukan untuk menjalankan kekuasaan Raja. Inilah kerajaan. Dalam kerajaan segala sesuatunya telah genap, setiap musuh telah dikalahkan dan setiap masalah sudah ditanggulangi.
Kejadian 49:10 mengatakan bahwa tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya sampai ia (Silo; Shiloh, KJV) datang. Silo berarti Pembawa damai. Kerajaan yang tepat adalah suatu wilayah yang damai. Kapankala kita tidak memiliki kedamaian, berarti kita tidak tengah berada dalam realitas kerajaan. Sang Raja seharusnya Pemberi damai, dan Pembawa damai. Ketika Raja kita kembali, Ia akan datang sebagai Silo agung yang membawa damai kepada seluruh bumi. Tetapi, kita tidak perlu menunggu sampai hari itu baru dapat menikmati Dia sebagai Silo kita. Kita sudah dapat menikmati Kristus sebagai Silo kita pada hari ini juga di dalam roh kita.
Renungkanlah tentang kehidupan keluarga. Dalam suatu pengertian, kehidupan keluarga bagaikan lautan yang mengamuk dan topan yang menderu. Pengalaman kita mirip dengan pengalaman murid-murid di atas laut yang bergelora karena angin topan (Mat. 14:22-23). Setelah berdoa di atas bukit, Tuhan mendatangi murid-murid-Nya dengan berjalan di atas air (Mat. 14:25). Begitu Ia naik ke perahu, anginpun redalah (Mat. 14:32). Ini sangat bermakna. Angin ribut mereda Yesus berada di sana. Angin ribut tunduk kepada Raja surgawi. Badai dapat menganggu kita, namun tak dapat mengusik Dia, karena Dia berjalan di atas gelombang. Karena itu, di tengah-tengah lautan kehidupan keluarga yang dilanda topan, kita harus belajar berdoa demikian: “Tuhan, Engkau berjalan di atas air. Engkaulah Sang Raja yang empunya kekuasaan. Kini hamba memakai kekuasaan-Mu untuk menguasai situasi yang penuh angin ribut ini.”

Penerapan:
Kita perlu belajar taat terhadap kekuasaan Kristus. Dalam kehidupan gereja, kita semua harus belajar tunduk pada wewenang Allah, belajar untuk tidak mengkririk, tidak menyalahkan orang atau situasi. Memang dahulu kita hidup seperti orang-orang durhaka, tetapi sekarang kita harus belajar hidup sebagai anak-anak terang yang dipimpin oleh Roh Allah.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, oleh karena Engkau taat sampai mati maka kami semua hari ini bisa beroleh selamat. Tuhan ajarilah kami hari ini untuk belajar taat kepada orang tua, atasan, peraturan yang ada, seperti kami taat kepada-Mu. Amin.

No comments: