Hitstat

18 May 2007

Matius Volume 2 - Minggu 2 Sabtu

Jenis Kehidupan yang Berkenan kepada Allah
Ibrani 11:6
Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.

Setelah menyelesaikan tugas pelayanannya yang melelahkan dari pagi hingga petang, Spurgeon segera pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang itu, ia merasa amat letih dan jiwanya tertekan. Tiba-tiba suatu ayat muncul di benaknya, “Kasih karunia-Ku cukup bagimu.” Spurgeon berkata dalam hati, “Tuhan, seandainya aku tahu ayat itu dari dulu,” lalu ia tertawa. Dalam kesempatan lain, ia bersaksi, “Aku seperti seekor ikan kecil yang haus, yang selalu khawatir kalau-kalau sungai di mana aku hidup tiba-tiba mengering. Tetapi sungai itu berkata, ‘Minumlah, ikan kecil, arusku cukup bagimu.’ Aku pun seperti seekor tikus kecil yang tinggal di salah satu lumbung di Mesir setelah tujuh tahun masa kelimpahan, yang takut mati kelaparan. Tetapi Yusuf berkata, ‘Bangunlah, tikus kecil, lumbung-lumbungku cukup bagimu.’” Pada akhir khotbahnya, Spurgeon berkata, “Iman yang kecil akan membawa jiwa kita ke surga, tetapi iman yang besar akan membawa surga kepada kita.”
Iman merupakan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang untuk diperkenan Allah (Ibr. 11:6). Apakah iman? Iman adalah menghentikan diri sendiri, tidak melakukan sesuatu dari diri sendiri, supaya Allah yang menggenapkan segala sesuatu bagi kita (Gal. 2:19b-20a). Percaya kepada Allah menyiratkan bahwa dalam segala hal Dialah yang melakukan, Dialah sumbernya, bukan kita.
Ibrani 10:38 mengatakan, “Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.” Kita harus mempunyai satu sikap yaitu sepenuh hati menuntut perkenan Tuhan dan jangan pernah mengundurkan diri. Dalam hal membaca Alkitab, dalam hal berdoa, atau dalam hal bersaksi, walaupun adakalanya terasa tidak ada kekuatan, kita tidak boleh mundur. Tidak peduli bagaimana perasaan kita, janganlah mundur, karena kasih karunia Tuhan cukup bagi kita.

Ibr. 11:6; 10:38; Gal. 6:10; 2:19-20; 3:7-9

Setelah kita dipanggil Allah, kita perlu hidup berdasarkan iman. Agar hidup kita diperkenan oleh Allah yang telah memanggil kita, kita harus hidup berdasarkan iman. Dalam Alkitab, iman berlawanan dengan apa yang kelihatan. Sejak kita dipanggil Allah, kita harus hidup berdasarkan iman, bukan berdasarkan apa yang kelihatan. Pandanglah dunia hari ini, tidak perlu disangsikan lagi kalau itu merupakan hasil tuaian hidup manusia yang ditabur di Babel. Sebuah benih telah ditabur di Babel dan dunia hari ini merupakan tuaian besar dari benih itu. Orang-orang mendirikan kota-kota besar bagi kehidupan mereka dan mendirikan menara tinggi bagi kemasyhuran mereka. Manusia dididik untuk hidup berdasarkan pengertian, tekad, dan kekuatannya sendiri untuk mencapai kesuksesan. Inilah situasi yang umum di bumi ini. Tetapi kita adalah orang-orang yang telah dipanggil. Apa yang harus kita perbuat? Kita harus hidup berdasarkan iman. Apakah arti hidup berdasarkan iman? Yaitu dalam segala hal hidup bersandar Tuhan.
Mula-mula Abraham adalah orang yang terpanggil, kemudian menjadi orang yang beriman. Dia telah meninggalkan segalanya dan tidak ada jalan lain kecuali bersandar kepada Allah. Jika kita pelajari sejarah hidup Abraham, kita akan tahu bahwa hidupnya adalah hidup yang bersandar iman. Allah tidak mengharapkan Abraham berbuat apa-apa. Percaya kepada Tuhan Yesus berarti kita harus mengakhiri diri kita sendiri, mengakui bahwa kita bukan apa-apa, tidak memiliki apa-apa, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Tiap langkah dan tiap saat, kita wajib bersandar kepada-Nya. Kita tidak tahu bagaimana cara berbuat sesuatu, kita hanya tahu bagaimana bersandar kepada Tuhan. Kita telah dipanggil keluar dari segala yang bukan Allah, sekarang kita percaya kepada segala perkara Allah. Kita percaya kepada-Nya dan kita percaya akan segala sesuatu yang telah Ia rampungkan bagi kita. Kita percaya kepada apa yang dapat Ia lakukan bagi kita dan percaya kepada apa yang akan Ia lakukan bagi kita. Kita bersandar sepenuhnya kepada-Nya. Inilah kesaksian kaum yang terpanggil dan yang beriman. Sebagai anak-anak Abraham, bapa orang beriman, kita wajib menempuh hidup seperti Abraham (Gal. 3:7-9).

Doa:
Tuhan Yesus, walaupun aku masih bisa gagal, tetapi firman Allah tetap dapat diandalkan dan tidak pernah gagal. Karena itu, bantulah aku untuk dapat mempercayai firman-Mu dan hidup bersandar firman, sehingga semua kegelapan dalam hidupku berlalu. Tuhan aku tidak mau tertipu oleh perasaanku yang berubah-ubah. Aku tidak mau percaya pada diri sendiri. Aku mau masuk ke dalam pengalaman hidup oleh iman.

No comments: