Hitstat

24 May 2007

Matius Volume 2 - Minggu 3 Kamis

Janganlah Engkau Mencobai Tuhan, Allahmu!
Mazmur 40:6
Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatan-Mu yang ajaib dan maksud-Mu untuk kami..... Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung.

Pencobaan pertama Iblis terhadap Raja baru berhubungan dengan perkara penghidupan manusia. Setelah gagal dalam hal ini, Iblis beralih ke pencobaan yang kedua, perkara agama, dengan mencobai Raja baru untuk memamerkan diri bahwa Dia adalah Anak Allah, melalui menjatuhkan diri-Nya dari bubungan Bait Allah (Mat. 4:6). Tuhan Yesus tidak perlu melakukan hal ini. Dia tidak perlu memamerkan diri bahwa sebagai Anak Allah, Dia mampu melakukan mukjizat. Pikiran yang timbul untuk melakukan hal-hal yang berbau mukjizat merupakan bagian dari pencobaan Iblis.
Hal-hal mencengangkan dalam agama adalah mukjizat-mukjizat. Menurut konsepsi manusia, agama yang tidak memiliki mukjizat itu tidak memiliki kekuatan. Agama yang kuat adalah agama yang penuh dengan mukjizat. Sebab itu Iblis membawa Raja yang baru ke bubungan bait dan mencobai Dia untuk menjatuhkan diri, dan berkata bahwa malaikat-malaikat akan melindungi Dia. Jangan mengira bahwa kita tidak pernah mempunyai pikiran untuk melakukan hal bodoh semacam ini. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering berpikir ingin melakukan hal ajaib untuk menunjukkan kepada khalayak ramai bahwa kita adalah seorang yang memiliki kekuatan supranatural. Tidakkah kita pernah mempunyai konsepsi demikian dalam kehidupan kristiani kita?
Dalam pekerjaan Tuhan, memang terkadang diperlukan keajaiban. Bukankah Yesus pun menyembuhkan orang sakit secara ajaib? Bukankah Tuhan Yesus tetap sama, baik kemarin, hari ini, dan sampai selamanya? Benar. Namun, masalahnya bukan di pihak Tuhan, tetapi di pihak kita. Kita sering berkhayal tentang berapa besar kemuliaan yang akan kita terima seandainya kita berdoa bagi orang yang sakit dan secara ajaib dia disembuhkan. Motivasi yang demikian sudah pasti adalah pencobaan dari Iblis!

Mat. 4:6-7

Alangkah ajaibnya kita dalam pandangan orang banyak bila kita mendoakan seseorang, lalu tiba-tiba terjadi mukjizat pada orang itu. Pikiran demikian adalah pencobaan! Pikiran ini sama dengan menjatuhkan diri dari bubungan bait untuk memamerkan diri sendiri. Pada prinsipnya, setiap orang Kristen pasti pernah dicobai secara demikian.
Seandainya Iblis tidak mencobai kita dalam masalah penghidupan kita, ia pasti mencobai kita dalam masalah keagamaan. Kita mungkin mendambakan menjadi tokoh agama, ingin diakui sebagai orang yang kuat. Kalau orang lain harus dengan perlahan berjalan turun dari bubungan bait, kita malah bernafsu ingin melompatinya. Dengan melakukan ini kita bermimpi untuk menjadi seorang tokoh besar dalam kekristenan. Hampir semua agamawan "besar" adalah mereka yang menyerah pada godaan ini. Jika kita ingin termashyur dalam dunia agama Kristen, ingin diakui sebagai orang yang "super", maka kita telah menyerah pada godaan ini. Kita telah dikalahkan oleh musuh.
Apabila kita bermaksud mengalahkan musuh dalam ujian ini, kita pasti tidak akan meloncat dari bait; sebaliknya kita akan berjalan menuruni tangga dengan hati-hati. Apabila kita ingin mengalahkan musuh, kita harus menolak usulan Iblis untuk menjadi seseorang yang istimewa (somebody). Jangan pernah melakukan sesuatu untuk membuktikan bahwa kita mampu. Biarlah orang-orang mengira kita tidak ada apa-apanya. Sesungguhnya, kita bukanlah apa-apa, Kristus itulah segala sesuatu. Jika kita mengambil kedudukan sebagai orang yang bukan apa-apa, maka kita akan membunuh musuh, si pencoba itu.
Ketika Iblis mencobai Yesus untuk menjatuhkan diri dari bubungan bait, Yesus berkata kepadanya, "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" (Mat. 4:7). Iblis mencobai Yesus juga dengan mengutip Alkitab, namun secara licik. Tetapi Tuhan Yesus berkata, "Ada pula tertulis..." Kata "ada pula" ini sangat kuat. Jangan mengira kita mampu mengutip Alkitab dan musuh tidak. Iblis tahu banyak tentang Alkitab daripada kita. Sebab itu penjagaan terbaik ialah memiliki kata "Ada pula..." sebagai persediaan atau penegasan. Demikianlah, dalam pencobaan kedua, musuh pun gagal dan kalah.

Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah aku yang suka menonjolkan diri sendiri, suka memamerkan apa yang kumiliki kepada orang lain. Bahkan apa yang kusebut "bersaksi" bukanlah suatu kesaksian, melainkan perkataan sia-sia untuk memegahkan diri sendiri. Tuhan, tanggulangilah alamiahku agar aku beroleh bagian dalam kekudusan Allah dan menghasilkan buah-buah damai sejahtera.

No comments: