Hitstat

31 May 2007

Matius Volume 2 - Minggu 4 Jumat

Bagaimana Mengikuti Yesus
Matius 4:18-20a
Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku,...”

Apakah yang dimaksud dengan mengikut Yesus? Kita tentu terkesan dengan perkataan Tuhan, “Ikutlah Aku.” Menurut pengajaran yang sering kita dengar, mengikuti Yesus berarti mengerjakan apa saja yang pernah Yesus lakukan. Sebagai contoh, Yesus mengasihi orang, maka kita juga seharusnya mengasihi satu sama lain. Yesus lemah lembut dan baik, maka kita juga seharusnya bersikap lemah lembut dan baik. Mengikuti Yesus menurut pengertian ini berarti berusaha meniru Yesus. Dapatkah manusia yang jatuh seperti kita ini meniru Yesus? Tidak mungkin! Mengikuti Yesus dengan jalan ini dapat dibandingkan dengan mengajarkan monyet untuk berperilaku seperti manusia. Seekor monyet bisa saja dilatih duduk, berdiri, dan berjalan seperti manusia, tetapi faktanya, monyet tetaplah monyet.
Tidak diragukan lagi, banyak orang Kristen mencoba mengikuti Kristus dengan jalan meniru Dia secara lahiriah. Akibatnya, sebagian besar menjadi frustrasi karena tidak pernah bisa seperti Yesus. Kita tidak dapat meniru kehidupan insani Tuhan secara luaran, kecuali Tuhan sendiri hidup di dalam kita. Inilah jalan untuk menjadi serupa dengan Kristus. Untuk memperhidupkan Kristus, kita harus menerima Dia sebagai persona kita dan hayat kita.
Dalam kehidupan kekristenan mudah sekali kita mengikuti cara-cara tertentu. Mengikuti suatu cara adalah satu hal, sedang memperhidupkan Kristus adalah satu hal yang lain. Yang terhitung dalam pandangan Allah adalah Kristus dan memperhidupkan Kristus. Jangan membiarkan hal apa pun mengalihkan kita dari pengalaman yang pribadi dan langsung akan Kristus. Kita perlu berdoa, “Tuhan, aku bersyukur kepada-Mu karena aku dapat berlatih memperhidupkan Engkau. Tuhan, dalam diriku sendiri aku tidak dapat melakukannya. Aku mohon Engkau memberiku anugerah yang kuperlukan untuk hal ini.”

Mat. 4:18-20; 1 Kor. 15:45; 2 Tim. 4:22; Gal. 5:16-25

Kita sering mendengar pengajaran bahwa kita harus mengikuti Kristus dengan menjadikan Dia sebagai teladan kita. Karena Kristus mengasihi manusia, kita harus meniru Dia dengan mengasihi orang lain. Karena ketika berada di bumi, Kristus baik dan rendah hati, maka kita mengira bahwa kita juga harus demikian. Meneladani Kristus dengan cara ini adalah tidak mungkin. Cara yang terbaik untuk mengikuti Tuhan adalah menerima diri-Nya masuk ke dalam kita melalui makan Dia. Hidup kristiani bukanlah perkara meneladani Kristus, mengikuti Kristus secara luaran. Hidup kristiani adalah perkara makan Kristus, menerima Kristus ke dalam kita, dan mencerna apa adanya Kristus ke dalam diri kita.
Mengikuti Tuhan adalah mengambil bagian atas Dia, menikmati Dia, mengalami Dia, dan membiarkan Dia menjadi apa adanya kita. Untuk bisa mengikuti Tuhan dengan cara ini, kita perlu menyangkal diri kita. Kita perlu menerapkan pengakhiran Kristus yang telah dirampungkan pada salib. Ini berarti bahwa untuk memikul salib kita adalah menerapkan pengakhiran Kristus pada diri kita. Ketika kita melakukan ini, kita menjadi orang yang tersalib, bukan menjadi orang yang menderita. Kemudian kita dapat bersaksi, “Aku telah disalibkan dengan Kristus, bukan lagi aku sendiri yang hidup, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.” Salib tidak hanya suatu penderitaan; terlebih adalah suatu pembunuhan. Salib membunuh dan mengakhiri penjahat. Kristus pertama-tama memikul salib dan kemudian disalibkan. Kita, kaum beriman-Nya, pertama-tama disalibkan dengan Dia dan kemudian memikul salib dari hari ke hari. Bagi kita, memikul salib adalah tinggal di bawah pembunuhan kematian Kristus bagi pengakhiran diri kita, sifat alamiah kita, dan manusia lama kita. Dalam melakukan ini, kita menyangkal diri kita sehingga kita bisa mengikut Tuhan.
Sebelum penyaliban Tuhan, murid-murid mengikuti Dia secara luaran. Tetapi sejak kebangkitan-Nya, kita mengikuti Dia secara batini. Karena di dalam kebangkitan, Dia telah menjadi Roh pemberi hayat (1 Kor. 15:45) berhuni di dalam roh kita (2 Tim. 4:22), maka kini kita mengikuti Dia di dalam roh kita (Gal. 5:16-25).

Doa:
Tuhan Yesus, selamatkanlah aku dari kepura-puraan dan ketidaktulusan. Tuhan, aku mau dilatih, diajar, dan dibantu oleh belas kasih dan karunia-Mu untuk berperilaku dalam kesederhanaan, ketulusan, kemurnian, dan kemurahan. Terhadap diriku sendiri, aku tidak mempunyai keyakinan sedikitpun dan tidak berani mengandalkan diri sendiri. Tuhan, Engkaulah keperluanku dan hiduplah di dalamku.

No comments: