Hitstat

03 August 2007

Matius Volume 4 - Minggu 2 Sabtu

Perihal Berpuasa
Matius 6:17-18a
Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi.

Berpuasa adalah salah satu perbuatan benar umat kerajaan yang diperkenan oleh Bapa yang di surga. Walau demikian, cara kita berpuasa janganlah seperti orang munafik. Tuhan berkata, “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya” (Mat. 6:16). Kita berpuasa disebabkan kita sedang menanggung kehendak Allah, bukan karena ingin dilihat dan dipuji oleh orang. Semakin sedikit orang yang mengetahui bahwa kita sedang berpuasa, semakin baik. Bahkan bila tidak seorang pun mengetahui kalau kita sedang berpuasa, justru itulah yang terbaik. Mengapa? Karena Bapa yang ada di tempat tersembunyi melihat apa yang tersembunyi pula. Dilihat oleh Bapa berarti diperkenan oleh Bapa, dihargai oleh Bapa, juga dibalas/diberi upah oleh Bapa.
Berpuasa berarti melepaskan hak kita yang sah. Dalam hidup manusia, tidak ada perkara yang lebih sah daripada makan. Setelah Allah menciptakan manusia, pengaturan pertama bagi manusia adalah masalah makan. Dalam Kejadian pasal satu, setelah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya, Allah segera menetapkan makanan bagi manusia. Jadi, makan adalah sah bagi manusia. Karena itu berpuasa berarti, demi menanggung kehendak Allah, kita rela melepaskan hak yang sangat sah tersebut. Karena berpuasa berarti melepaskan hak yang sah, maka atas banyak hal kita pun harus belajar melepaskan hak yang sah. Jika dalam kehidupan sehari-hari masih tidak bisa melepaskan hak kita yang sah, lalu hanya melakukan tindakan berpuasa, berpuasa yang demikian tidak ada artinya. Karena itu, meskipun kita tidak setiap hari berpuasa, namun setiap hari kita hidup di dalam prinsip berpuasa.

Mat. 6:16-18

B erpuasa adalah semacam pernyataan yang muncul dengan sendirinya dari seseorang yang menerima satu tanggung jawab yang besar di hadapan Allah. Pada saat demikian, ia dengan sendirinya akan berpuasa. Ketika kita menerima satu perkara yang besar dari Allah dan di dalam kita ada perasaan yang sangat dalam, tanpa harus sengaja berpuasa kita sudah berpuasa. Selain itu, berpuasa merupakan pernyataan bahwa seseorang berdiri di pihak Allah untuk menentang Iblis. Lebih jauh lagi, berpuasa berarti tidak memperhatikan dirinya sendiri, bahkan tidak menyayangi jiwanya. Inilah yang dikatakan sebagai orang yang tidak memperhatikan hidup atau mati. Makan sangat berkaitan dengan keberadaan manusia; tanpa makan, manusia bisa mati kelaparan. Arti berpuasa ialah aku rela mati, asalkan perkara ini tergenapi. Aku bergumul dengan mati dan hidup, bahkan sampai mati tidak akan rela membiarkan perkara ini lewat, lebih baik mati namun bisa membiarkan perkara ini terus maju. Pergumulan yang demikian inilah pernyataan yang sejati dari berpuasa.
Di satu pihak, orang Kristen memang tidak boleh sembarangan berpuasa, di pihak lain, orang Kristen harus belajar berpuasa. Orang Kristen yang tidak pernah berpuasa adalah orang Kristen yang bermasalah. Jika selamanya kita tidak pernah merasakan bahwa Allah telah mengamanatkan satu tanggung jawab yang berat kepada kita, ini menyatakan bahwa kita tidak pernah ada satu sikap yang teguh yang menyatakan kepada Allah bahwa kita mau kehendak Allah, kita mau berdiri di pihak Allah. Kita memandang perkara Allah sebagai hal yang tak berarti, remeh, boleh memberitakan Injil, juga boleh tidak memberitakan Injil; orang dosa beroleh selamat itu baik, tidak beroleh selamat juga baik; semuanya tidak penting, kita hanya berdoa bagi mereka, setelah berdoa, kita masih bisa bersenang-senang dan makan minum. Jika sikap kita begitu, kita benar-benar orang Kristen yang tidak wajar! Asal kita mau sedikit saja bersimpati kepada hati Allah, pasti beban Injil akan melanda kita; kita akan berdoa, “Ya Allah, di sini Engkau harus menyelamatkan sejumlah orang, jika tidak, aku tidak bisa makan, tidak bisa minum.” Inilah berdoa puasa.

Doa:
Ya Bapa, ampunilah aku karena besarnya keperluan-Mu belum dapat membuat aku berpuasa dan berdoa. Aku mohon terangilah aku, perlihatkanlah keperluan-Mu yang besar itu, maka aku akan belajar melepaskan hakku yang sah atas makanan, berpuasa dan berdoa demi keperluan-Mu. Ya Bapa, ajarlah aku untuk hidup dalam prinsip berpuasa.

No comments: