Hitstat

07 August 2007

Matius Volume 4 - Minggu 3 Rabu

Umat Kerajaan tidak Menghakimi Orang Lain
Matius 7:1-2
Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.

Ada seorang gembala di sebuah gereja yang memiliki suatu metode untuk menghadapi anggota jemaatnya yang suka mengkritik atau menghakimi orang lain. Gembala tersebut menyediakan sebuah buku khusus di meja kerjanya. Ketika seorang saudara datang kepadanya untuk mengadukan kesalahan saudara yang lain, ia akan berkata, “Baiklah, di sini ada buku keluhan. Saya akan mencatat semua yang Anda keluhkan terhadapnya, dan nanti tolong Anda tanda tangani di bawahnya. Jangan lupa tulis pula nama Anda di situ. Segera setelah itu, saya akan membawa buku itu dan menemui dia.” Dalam 40 tahun pelayanan gembala tersebut di gereja itu, sudah ratusan kali ia membuka buku keluhan yang sama, tetapi tidak satu halaman pun yang terisi. Tidak ada satu catatan pun di sana.
Pengaturan surgawi atas umat kerajaan menuntut mereka memperhatikan kepentingan orang lain. Dalam hal apa pun yang kita lakukan, kita harus memikirkan kepentingan orang lain. Apakah kita memikirkan orang lain? Jika kita memikirkan orang lain, kita tidak akan mengkritik atau menghakimi mereka. Dalam Matius 7:1 Tuhan berkata, “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” Kita seharusnya hidup di dalam roh yang rendah hati di bawah pemerintahan surgawi kerajaan, sehingga tidak menghakimi orang lain.
Roma 14:10 mengatakan, “Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah.” Perkataan ini menegaskan bahwa kita tidak layak menghakimi saudara kita, sebab penghakiman bukan hak kita. Hanya Allah yang layak menghakimi. Hak kita bukan menghakimi, tetapi berdoa. Gunakanlah hak kita untuk mendoakan saudara kita yang lemah. Doa yang demikian pasti diperkenan Allah.

Mat. 7:1-5; Rm. 14:10; 2 Kor. 5:10

Selumbar atau serpihan kayu di mata saudara kita seharusnya mengingatkan kita akan balok di mata kita sendiri. Tuhan mengatakan, “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu” (Mat. 7:3, 5). Asalkan balok itu masih berada di mata kita, pandangan kita pasti kabur dan kita tidak akan nampak jelas. Dalam hal menunjukkan kesalahan saudara, kita harus menyadari bahwa sebenarnya kita mempunyai kesalahan yang lebih besar.
Setiap orang di antara kita harus memberi pertanggungjawaban masing-masing di depan takhta pengadilan Kristus (2 Kor. 5:10). Penghakiman pada takhta pengadilan Allah akan dilaksanakan sebelum Kerajaan Seribu Tahun, yang segera tiba sesudah kembalinya Kristus (1 Kor. 4:5; Im. 16:27, 25:19; Luk. 19:15). Pelayanan dan kehidupan kita akan dihakimi pada saat itu (Why. 22:12; Mat. 16:27; 1 Kor. 4:5; 3:13-15; Mat. 25:19; Luk. 19:15). Penghakiman ini tidak berhubungan dengan keselamatan kita, sebab setiap orang yang tampil di hadapan takhta pengadilan Allah adalah orang yang telah beroleh selamat. Penghakiman ini akan menghakimi kehidupan dan pelayanan kita setelah kita terhitung sejak kita percaya. Penghakiman ini akan menentukan pahala kita dalam Kerajaan Seribu Tahun (Mat. 25:21, 23; Luk. 19:17, 19; 1 Kor. 3:14-15; Mat. 16:27; Why. 22:12; Luk. 14:14; 2 Tim. 4:8).
Setiap orang beriman akan berdiri di hadapan takhta penghakiman Kristus untuk memberi pertanggungjawaban kepada Allah atas kehidupan dan pekerjaannya. Oleh karena itu, kita tidak seharusnya bertengkar dengan siapapun dan janganlah mengecam orang lain. Tetapi hendaklah kita mempersiapkan diri sendiri, sebab pada suatu hari kelak, kita akan berdiri di hadapan takhta pengadilan Allah, untuk memberikan pertanggungjawaban atas kehidupan maupun pelayanan kita kepada Allah. Kita harus nampak, bahwa diri kita bukanlah apa-apa, tidak lebih baik dari siapapun. Bila kita mengenal daging kita sendiri, kita pasti tidak akan berani lagi menghakimi siapapun.

Doa:
Tuhan Yesus, singkapkanlah keadaanku yang penuh kelemahan dan kegagalan ini sehingga aku sadar bahwa aku sama sekali tidak bersyarat menghakimi sesamaku. Ampunilah kebutaanku selama ini, ya Tuhan. Biarlah terang penghakiman-Mu menyadarkan aku dari kesalahanku. Aku mau bertobat dan menggunakan hakku untuk berdoa bagi saudara yang lemah, bukan menghakimi.

No comments: