Hitstat

31 August 2007

Matius Volume 5 - Minggu 1 Sabtu

Rela Kehilangan Nyawa Karena Tuhan
Matius 10:39
Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Menyatukan diri kita dengan kematian Kristus adalah memikul salib, dan memikul salib adalah menyangkal hayat jiwa kita. Tuhan berkata, “Barangsiapa mempertahankan nyawanya (psuche, Gerika), ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Mat. 10:39). Mempertahankan nyawa (jiwa; psuche) adalah membiarkan jiwa mendapatkan kenikmatannya dan tidak menderita. Kehilangan nyawa adalah membuat jiwa kita menderita kehilangan kenikmatannya. Jika para pengikut Tuhan membiarkan jiwa mereka mendapatkan kenikmatannya di zaman ini, maka mereka akan membuat jiwa mereka menderita kehilangan kenikmatannya di zaman kerajaan yang akan datang. Sebaliknya, mereka yang membiarkan jiwa mereka menderita kehilangan kenikmatan di zaman ini demi Tuhan, mereka akan berbagian dalam sukacita Tuhan memerintah atas bumi ini (Mat. 25:21, 23).
Mempertahankan jiwa berarti memperhatikan bahkan mengejar kesenangan jiwa, khususnya hal-hal materi dan kesenangan duniawi. Bila hidup kita diarahkan pada hal-hal tersebut, maka suatu hari kelak, kita pasti akan kehilangan jiwa kita. Hari ini banyak orang rela menjual jiwanya untuk membeli kemakmuran, kemajuan, simpanan, pengetahuan, posisi, ketenaran, dan kekayaan. Banyak anak Tuhan malu memberitakan injil dan malas keluar mencari jiwa, dengan alasan sibuk atau letih. Namun anehnya mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk kesenangan jiwa, seperti menonton televisi atau jalan-jalan di pusat perbelanjaan. Jika kita hari ini hanya mementingkan kenikmatan jiwa dan tidak mengikut Kristus dengan setia dan menderita demi Injil-Nya, maka kelak kita akan menderita hukuman Tuhan atas jiwa kita. Tetapi jika hari ini kita rela kehilangan kenikmatan jiwa karena Tuhan, kita akan beroleh kenikmatan penuh atas Tuhan bagi seluruh diri kita di zaman yang akan datang, terutama bagi jiwa kita.

Mat. 10:39-41; 25:21, 23; Bil. 18:15; Luk. 14:14

Sebagai orang-orang yang diutus, murid-murid Tuhan berada dalam kesatuan dengan Tuhan sendiri. Tuhan mengatakan, “Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku” (Mat. 10:40). Orang yang diutus tidak hanya memiliki kekuasaan Raja, damai sejahtera, dan Roh Bapa, tetapi juga berbaur dengan Raja dan bersatu dengan Dia. Menerima seorang utusan Raja berarti menerima Raja sendiri, sebab orang yang diutus bersatu dengan Raja. Untuk berbagian dalam kesatuan yang sedemikian dengan Raja Surgawi, kita harus mengasihi Dia melebihi segalanya, membayar harga apa pun, dan mengikuti Dia dengan menempuh jalan salib yang sempit.
Selanjutnya Tuhan berkata, “Siapa saja yang menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan siapa saja yang menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar” (Mat. 10:41). Nabi adalah orang yang berbicara bagi Allah dan menyampaikan Allah. Orang benar adalah orang yang mencari kebenaran, yang mempraktekkan kebenaran, dan yang dianiaya karena kebenaran demi kerajaan (Mat. 5:6, 10, 20; 6:1). Raja Surgawi adalah nabi yang diutus oleh Allah (Bil. 18:15) dan Sang Benar (Kis. 3:14). Karena rasul-rasul yang diutus oleh-Nya telah diserupakan dengan Dia, demikian juga nabi-nabi dan orang-orang benar, maka siapa pun yang menyambut mereka berarti menyambut Dia dan akan menerima upahnya. Orang yang menyambut nabi bersatu dengan perkataan nabi itu, dan orang yang menyambut orang benar bersatu dengan kebenaran orang benar itu.
Terakhir, Tuhan juga mengatakan, “Siapa saja yang memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Ia tidak akan kehilangan upahnya.” Upah ini akan diberikan pada zaman kerajaan yang akan datang (Luk. 14:14). Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak pernah melupakan perbuatan baik seseorang yang ia lakukan terhadap murid-Nya, bahkan yang terkecil sekalipun. Memperlakukan orang Kristen dengan baik bukanlah perkara yang kecil, karena ada upah yang Tuhan sediakan bagi mereka yang berbuat demikian.

Doa:
Tuhan, aku mau menjawab panggilan-Mu dan pergi mengikut Engkau. Untuk itu, ajarlah aku menyangkal hayat jiwaku dan kesenangannya. Tuhan, bukalah mata rohaniku agar nampak bahwa kesenangan jiwa yang kulepaskan hari ini tidak berarti apa-apa bila dibandingkan dengan kemuliaan yang Kausediakan bagi setiap orang yang menang.

No comments: