Hitstat

06 September 2007

Matius Volume 5 - Minggu 2 Jumat

Menikmati Sabat yang Sejati
Matius 12:1
Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya.

Pada waktu Tuhan memanggil orang untuk beristirahat dari segala usaha memelihara hukum Taurat dan peraturan-peraturan agama, Dia berjalan melintasi ladang gandum pada hari Sabat, dan murid-murid-Nya mulai memetik bulir gandum dan memakannya, seakan-akan melanggar hari Sabat. Anak kalimat “pada waktu itu” sangat penting, yang menunjukkan waktu Tuhan memanggil orang untuk masuk ke dalam perhentian-Nya. Pada saat itu, semua murid-Nya lapar. Ketika kita lapar, kita tidak punya perhentian. Perhentian mencakup juga kepuasan. Ketika kita puas, kita memiliki perhentian.
Ketika Tuhan memanggil orang masuk ke dalam perhentian, murid-murid-Nya lapar. Karena itu, Dia membawa mereka ke ladang gandum. Ini merupakan suatu lambang. Pada hari Sabat, hari perhentian, Tuhan memanggil orang-orang masuk ke dalam perhentian yang sejati, yaitu kepada diri-Nya sendiri. Hal ini Ia lakukan karena di dalam hari Sabat yang agamawi, tidak ada perhentian yang sejati. Itulah sebabnya Tuhan berkata, “Marilah kepada-Ku,..., Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
Hari ini banyak orang berkecimpung di dalam agama, namun tidak ada perhentian. Lihatlah apa yang terjadi di antara para penganut dan tokoh-tokoh agama hari ini. Perselisihan, pertengkaran, saling mengecam, bahkan bentrokan fisik pun sering terjadi. Bukankah ini pertanda bahwa mereka tidak memiliki perhentian? Kita harus berpaling dari ritual agama kepada Kristus, Persona yang hidup itu. Mengapa? Karena ritual dan peraturan agama hanya bisa menuntut kita melakukan ini dan itu, tetapi Tuhan memperhatikan rasa lapar kita. Dia selalu ingin memuaskan rasa lapar yang timbul dari batin kita. Begitu rasa lapar ini dipuaskan, kita pun segera menikmati perhentian. Sekarang, yang perlu kita lakukan adalah datang kepada-Nya.

Mat. 12:1-21; Kej. 2:2; Yeh. 20:12; Ul. 5:15

Orang Farisi menyalahkan apa yang dilakukan oleh murid-murid Tuhan, dengan mengatakan bahwa memetik bulir gandum tidak boleh mereka lakukan pada hari Sabat (Mat. 12:2). Apakah makna hari Sabat bagi umat Allah? Hari Sabat ditetapkan supaya orang-orang Yahudi mengingat penyelesaian penciptaan Allah (Kej. 2:2), memelihara tanda perjanjian yang diadakan oleh Allah dengan mereka (Yeh. 20:12), dan mengingat penebusan Allah yang sudah rampung bagi mereka (Ul. 5:15). Karena itu, melanggar hari Sabat adalah perkara yang serius dalam pandangan orang Farisi yang agamawi. Tetapi Tuhan menunjukkan kepada mereka bahwa mereka tidak memiliki pengenalan yang memadai mengenai Kitab Suci (Mat. 12:3-8). Mereka hanya memperhatikan tata cara memelihara hari Sabat, namun tidak memperhatikan rasa lapar orang. Alangkah bodohnya jika kita hanya memperhatikan tata cara yang sia-sia, namun mengabaikan kepuasan dan perhentian yang sejati!
Setelah Yesus menyampaikan pembelaan-Nya atas tuduhan orang-orang Farisi berkenaan dengan hari Sabat, Ia pun masuk ke rumah ibadat dan menyembuhkan seorang yang tangannya mati sebelah (Mat. 12:9-13). Hal itu dilakukan-Nya untuk menunjukkan bahwa Ia memperhatikan anggota-anggota-Nya. Tuhan mengibaratkan orang yang mati sebelah tangannya itu sebagai domba. Tangan adalah anggota tubuh, dan domba adalah anggota kawanan. Tuhan mau melakukan apa saja untuk menyembuhkan anggota-anggota-Nya, untuk menyelamatkan domba-Nya yang jatuh.
Hari Sabat atau bukan, yang Tuhan perhatikan adalah terpuaskannya rasa lapar murid-murid-Nya dan kesembuhan anggota Tubuh-Nya yang mati. Bagi Dia, peraturan-peraturan tidak menjadi masalah; menyelamatkan domba-Nya yang jatuh adalah segalanya. Adakah kita sikap seperti ini? Adakah kita memperhatikan “domba-domba” yang lapar dan menyelamatkan mereka yang jatuh? Peraturan apa pun yang menghalangi orang datang kepada Kristus untuk dipuaskan dan disembuhkan, tidak seharusnya kita pelihara. Orang yang lapar dan sakit tidak mungkin menikmati perhentian, kecuali mereka datang kepada Tuhan dan disembuhkan oleh-Nya, karena Dialah Sabat yang sejati itu.

Doa:
Tuhan Yesus, Engkaulah Sabat yang sejati. Selain Engkau, tidak ada satupun hal di dunia ini yang bisa memberikan kelegaan kepadaku. Baik dunia maupun agama hanya membuat beban hidupku bertambah berat. Karena itu aku mau datang kepada-Mu, puaskanlah rasa laparku dengan diri-Mu sendiri sehingga aku beroleh perhentian.

No comments: