Hitstat

10 September 2007

Matius Volume 5 - Minggu 3 Selasa

Jalan untuk Menghasilkan Buah
Matius 13:3
Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.”

Tujuan Allah menabur benih adalah untuk menuai. Sekarang kita harus melihat bagaimana prinsip Allah menuai. Yohanes 12:24 mengatakan, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati ia akan menghasilkan banyak buah.” Firman di sini mengacu kepada bagaimana Tuhan Yesus mati, bagaimana membagikan hayat kepada kita. Di sini kita nampak, jalan penuaian harus melalui kematian, harus melalui salib. Tujuan Allah menabur adalah supaya sebiji gandum menghasilkan banyak butir, menghasilkan tuaian yang berlimpah.
Allah bukan hanya mengutus seorang nabi untuk menjelaskan firman-Nya, tetapi terlebih mengutus Anak-Nya, mengambil Anak-Nya sebagai sebutir biji gandum, supaya Ia jatuh ke dalam tanah dan mati, lalu menghasilkan banyak butir. Apakah maknanya bagi kita? Artinya untuk menghasilkan buah, diperlukan lebih dari sekedar khotbah yang jelas atau penguasaan Alkitab. Untuk menghasilkan banyak buah, kita harus “jatuh ke dalam tanah dan mati”. Inilah pekerjaan salib.
Dalam Injil Yohanes 12:25, Tuhan berkata, “Siapa saja yang mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi siapa saja yang membenci nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.” Ayat selanjutnya mengatakan, “Siapa saja yang melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada.” Semua orang yang melayani Tuhan harus demikian. Sebutir biji gandum jatuh ke dalam tanah dan mati, bukan mengacu kepada penebusan dosa, melainkan mengacu kepada penyingkiran hayat ego. Prinsipnya, setelah mati baru bisa mendapatkan hayat. Paulus berkata, “Maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu” (2 Kor. 4:12). Inilah prinsip penting untuk menghasilkan banyak buah.

Mat.13:3; Yoh. 12:24-26; 2 Kor. 4:12

Sebutir biji gandum harus jatuh ke dalam tanah dan mati, baru bisa menghasilkan banyak butir. Sebutir biji gandum yang belum jatuh ke dalam tanah, biasanya masih memiliki kulit luar yang utuh. Lapisan kulit ini bisa menjaga agar benih itu tidak terluka, tetapi juga bisa menyebabkan benih itu tidak menghasilkan buah. Kalau kulit luarnya tidak pecah, hayat di dalam benih itu tidak bisa keluar. Sampai sebutir biji gandum itu ditanam di dalam tanah, terkena kelembaban tanah, kemudian kulit itu pecah, terusak, barulah hayat yang di dalam benih itu keluar.
Tuhan adalah sebutir biji gandum yang jatuh ke dalam tanah. Biji gandum itu mati, lalu menghasilkan banyak butir. Melalui kematian, Ia mendapatkan hayat untuk menghasilkan buah. Inilah yang terjadi pada diri Tuhan dan demikian pula seharusnya pada diri kita. Sebab itu, prinsip menghasilkan buah tidak tergantung pada berkhotbah atau suatu pergerakan terorganisir, melainkan tergantung pada pengalaman akan salib. Siapa yang pernah “jatuh ke dalam tanah dan mati”, orang yang menyentuhnya akan mengetahui. Bagaimana dengan kita? Adakah kita pengalaman jatuh ke tanah dan mati?
Apakah ciri dari seorang yang telah “jatuh ke dalam tanah dan mati”? Kulit luar atau hayat alamiahnya telah terusak. Tidak peduli watak alamiah kita itu keras atau lembut, semua itu adalah kulit luar yang menghalangi keluarnya hayat Allah melalui kita. Kalau salib bekerja di atas diri kita, barulah “kulit luar” kita itu tersingkir. Jika kita berbicara dengan orang yang “kulit luarnya” telah diremukkan oleh Allah, maka dengan segera kita akan menjamah hayat.
Di hadapan Allah, hanya orang yang telah “jatuh ke dalam tanah dan mati”, baru memiliki buah. Orang yang tidak pernah melalui “mati”, tidak akan pernah memiliki buah. Mungkin saja ada ratusan, bahkan ribuan orang mengikuti kita, tetapi di hadapan Allah, kita sama sekali tidak ada buah. Prinsip berbuah adalah setelah mati, lalu menghasilkan banyak butir; kalau tidak mati tetap satu butir saja. Kalau satu butir benih tidak pernah mati, ia tidak akan pernah berbuah. Semoga Allah membelaskasihani kita, supaya kita bisa menjadi benih Allah yang jatuh ke dalam tanah dan mati, sehingga melalui diri kita Allah mendapatkan banyak buah bagi kemuliaan-Nya.

Doa:
Tuhan Yesus, terangilah aku agar nampak bahwa yang Kauperhatikan adalah pertumbuhan benih ilahi di dalamku, bukan kesibukan pelayanan yang di luaran. Karena itu bantulah aku mengenal bagian mana dari diriku yang perlu ditanggulangi sehingga hayat-Mu dengan leluasa dapat bertumbuh dewasa di dalamku.

No comments: