Hitstat

06 May 2008

Markus Volume 3 - Minggu 4 Rabu

Mengenal Kristus melalui Wahyu dan Pengalaman
Markus 8:29
Ia bertanya kepada mereka, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Petrus, “Engkaulah Mesias!”

Ayat Bacaan: Mrk. 8:27-29; Flp. 3:10

Di tengah perjalanan ke desa-desa di sekitar Kaisarea Filipi, Tuhan Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Aku ini?” (Mrk. 8:27). Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, yang lain mengatakan: Elia, yang lain lagi mengatakan: Seorang dari para nabi” (Mrk. 8:28). Jawaban murid-murid ini menunjukkan bahwa tanpa wahyu, orang-orang hanya mengetahui bahwa Yesus adalah nabi yang paling besar. Tanpa wahyu surgawi, tidak seorang pun dapat mengenal bahwa Dia sesungguhnya adalah Mesias (Kristus).
Kemudian Tuhan bertanya lagi kepada murid-murid-Nya, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?’ Jawab Petrus, ‘Engkaulah Mesias!” (Mrk. 8:29). Di sini kita melihat bahwa Petrus segera menjawab bahwa Yesus adalah Kristus. Pengenalan Petrus terhadap Tuhan adalah berdasarkan wahyu, bukan berdasarkan apa yang dikatakan orang pada umumnya tentang Tuhan. Bila seseorang mendapatkan wahyu, ia akan memiliki pengenalan yang tepat terhadap Tuhan. Pengenalan yang demikian bukan hanya pengenalan di dalam otak, tetapi pengenalan yang subyektif melalui berkontak, bersekutu, dan berjumpa dengan Tuhan Yesus di dalam roh.
Ketika kita baru dilahirkan kembali, pengenalan kita terhadap Tuhan mungkin masih dangkal. Namun hari demi hari, pengenalan kita terhadap-Nya harus lebih dalam. Bahkan sampai hari ini kita harus memiliki kedambaan untuk lebih mengenal Dia melalui persekutuan kita yang akrab dengan-Nya (Flp. 3:10). Jangan mengenal Tuhan hanya secara doktrinal saja. Kita perlu mengenal Tuhan secara pengalaman sehingga pengenalan itu mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Misalnya,orang lain mungkin heran mengapa kita tidak pergi ke sebuah klub malam untuk menikmati hiburan. Alasan kita tidak pergi ke sana adalah karena kita mengenal Tuhan, mengenal sifat-Nya yang kudus. Sifat kudus-Nya tidak mengijinkan kita untuk pergi ke sana; itulah sebabnya kita menahan diri untuk tidak pergi. Lihatlah, pengenalan yang demikian sangat subyektif, karena pengenalan yang demikian menuntun kita untuk hidup menurut sifat dan karakter Tuhan, hidup menurut apa adanya Dia.

No comments: