Hitstat

12 May 2008

Markus Volume 4 - Minggu 1 Selasa

Kehilangan Hayat Jiwa Karena Tuhan dan Injil-Nya
Markus 8:35
Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.

Ayat Bacaan: Mrk. 8:35; 10:23; 1 Tes. 5:17

Bagaimanakah seharusnya sikap kita terhadap Tuhan dan Injil-Nya? Tuhan mengatakan barangsiapa kehilangan hayat jiwanya (nyawanya, LAI) karena Tuhan dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya (Mrk. 9:35). Hayat jiwa mempunyai satu tujuan yang paling utama, yakni mempertahankan eksistensi dirinya sendiri dan paling enggan menelan rugi. Mengasihani diri sendiri, menyayangi diri, takut menderita sengsara, dan mundur ketika menghadapi salib merupakan ekspresi dari hayat jiwa. Tetapi, jika kita pada zaman ini mengijinkan jiwa kita menderita kerugian karena Tuhan dan karena Injil, maka dalam kerajaan yang akan datang jiwa kita akan memiliki kenikmatan yang penuh. Ini adalah janji Tuhan kepada kita.
Kita mungkin merasa telah meninggalkan dunia, dan secara lahiriah telah kehilangan segalanya demi Tuhan dan Injil-Nya. Tetapi di dalam batin mungkin tetap ada kedambaan terhadap kemewahan dunia. Itulah pekerjaan hayat jiwa. Pekerjaan hayat jiwa selalu membuat kita merasa tidak rela membuang benda-benda atau perkara yang kita senangi. Dalam contoh yang sederhana, sikap kita terhadap harta akan menunjukkan apakah kita masih memelihara hayat jiwa, atau telah rela kehilangannya. Perkara atau benda duniawi benar-benar merupakan batu ujian untuk menyatakan apakah kita masih mempertahankan hayat jiwa kita atau tidak. Orang yang masih mengkhawatirkan perkara-perkara dunia, sulit mengikut Tuhan (Mat. 10:23).
Kita harus belajar pelajaran untuk selalu menyangkal jiwa kita, ego kita, dan hanya memperhatikan roh kita, melatih roh kita. Di satu pihak kita perlu menyangkal diri sendiri, di pihak yang lain kita perlu melatih roh kita untuk berkontak dengan Dia. Jalan yang terbaik untuk melatih roh kita adalah dengan belajar berdoa. Kita dapat berkata, “Tuhan, aku cinta pada-Mu. Aku serahkan diriku kepada-Mu. Aku mau melepaskan segala sesuatu untuk mengikuti Engkau.” Dalam Satu Tesalonika 5:17, Paulus menasihati kita untuk berdoa senantiasa. Doa yang demikian akan menyelamatkan kita dari ego sekaligus menjaga hati kita terus berpaling kepada Tuhan.

No comments: