Hitstat

23 December 2011

2 Korintus - Minggu 13 Jumat

Pembacaan Alkitab: Why. 22:17


Ministri kita di dalam gereja-gereja lokal haruslah merupakan ministri penulisan. Ministri kita tidak seharusnya hanya pengajaran belaka. Jika kita hanya mengajar orang lain, esens ilahi tidak akan dapat dituliskan ke dalam mereka. Pengajaran tidak memerlukan esens apa pun; namun, penulisan benar-benar memerlukan satu esens, sama seperti menulis dengan pena itu memerlukan tinta. Jika Anda berusaha menulis dengan pena yang kosong, tidak mungkin ada kata-kata di atas kertas. Untuk menulis, kita harus mempunyai tinta sebagai esens penulisan. Demikian, semakin kita menulis, semakin banyak kata-kata yang dituliskan di atas kertas itu. Demikian juga, kita harus memiliki esens ilahi untuk menuliskannya ke dalam kaum saleh.

Ministri penulisan ini unik, dan esens yang dipakai untuk penulisan ini juga unik. Petrus tidak melakukan semacam penulisan dengan semacam esens, dan Paulus melaksanakan penulisan lainnya dengan esens yang berbeda. Tidak, para rasul tidak terpecah belah; di antara mereka juga tidak ada perpecahan. Sebaliknya, mereka semua mempraktekkan penulisan yang sama dengan esens yang sama. Namun, para pengkhotbah hari ini mempunyai penulisan yang berbeda-beda, dan pengajaran yang berbeda-beda. Hasilnya, semakin mereka mengajar dan memberitakan, semakin banyak perpecahan yang timbul. Karena itu, penulisan yang unik ini harus dengan esens yang unik.

Esens unik apakah yang perlu dituliskan ke dalam kaum saleh? Esens yang unik ini adalah Allah Tritunggal sebagai Roh itu. Istilah "Roh itu" seperti yang dipakai dalam Perjanjian Baru sangat bermakna. Roh itu menekankan Allah Tritunggal yang telah melalui proses untuk menjadi Roh pemberi-hayat yang almuhit.

Dalam Kejadian 1:2 kita membaca tentang Roh Allah. Di tempat lainnya, Perjanjian Lama membicarakan tentang Roh Yehova (TUHAN). Dalam Perjanjian Baru dipakai istilah Roh Kudus. Kemudian dalam Kisah Para Rasul 16:7 kita membaca tentang Roh Yesus; di dalam Roma 8:9, tentang Roh Kristus; dan dalam Filipi 1:19, tentang Roh Yesus Kristus. Dalam Roma 8 kita diperintah untuk berjalan di dalam Roh itu. Dalam Perjanjian Baru penekanannya bukanlah pada berjalan di dalam Roh Kudus atau di dalam Roh Allah; penekanannya adalah pada berjalan di dalam Roh itu. Akhirnya, pada akhir Alkitab, yaitu dalam Wahyu 22:17, kita membaca tentang Roh itu dan pengantin perempuan. Jadi, Alkitab berakhir bukan dengan perkataan tentang Roh Allah, atau Roh Kudus, melainkan tentang Roh itu. Roh itu dalam Wahyu 22:17 adalah Allah Tritunggal yang telah melalui proses.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 26

No comments: