Hitstat

29 December 2011

2 Korintus - Minggu 14 Kamis

Pembacaan Alkitab: Kel. 25:16; 38:21


Kita memerlukan definisi yang tepat tentang kebenaran. Orang-orang yang tidak percaya, tentunya tidak mengenal kebenaran dalam Alkitab. Tetapi banyak orang beriman di dalam Kristus juga tidak memiliki pemahaman yang penuh tentang makna kebenaran. Tegasnya, dalam Alkitab kebenaran mengacu kepada ekspresi gambar Allah. Ini berarti, menurut Alkitab, kebenaran adalah Allah diekspresikan.

Bagaimana kita dapat mengatakan bahwa kebenaran dalam Alkitab adalah ekspresi Allah? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu nampak bahwa dalam firman Tuhan, kebenaran pertama-tama ditujukan kepada menggenapkan hukum Taurat. Jika kita memelihara hukum Taurat dan menggenapkannya, kita adalah benar; kita memiliki kebenaran. Tetapi jika kita melanggar hukum Taurat, atau jika kita bersalah kepada orang lain dengan melanggar hukum Taurat, kita tidak benar; kita tidak memiliki kebenaran. Jadi, makna yang pertama dari kebenaran dalam Alkitab adalah menggenapkan hukum Taurat.

Hukum Taurat menekankan Sepuluh Perintah. Tetapi apakah makna dari Sepuluh Perintah itu? Perjanjian Lama dengan jelas menunjukkan bahwa Sepuluh Perintah itu adalah kesaksian Allah. Tabut perjanjian disebut tabut kesaksian (Kel. 25:16), dan kemah, disebut kemah kesaksian (Kel. 38:21). Kesaksian di sini mengacu kepada hukum Taurat. Karena itu, hukum Taurat adalah kesaksian Allah.

Jika Anda mempelajari Sepuluh Perintah, Anda akan melihat bahwa Allah kita adalah kudus, Dia tidak umum. Dia itu terpisah, berbeda dengan segala sesuatu di luar diri-Nya. Karena itu salah satu dari perintah-perintah itu menyatakan bahwa kita hanya boleh memiliki satu Allah dan tidak boleh membuat patung-patung atau menyembah berhala. Selain itu, kita tidak boleh menyebut nama Tuhan dengan sia-sia, dan kita harus mengenal bahwa hari Sabat adalah hari peringatan terhadap Allah sebagai Pencipta satu-satunya.

Jika kita memelihara Sepuluh Perintah, kita memiliki kebenaran. Kebenaran ini adalah ekspresi Allah, yaitu gambar Allah. Karena itu, menurut makna yang alkitabiah, kebenaran adalah memelihara hukum Taurat untuk menampilkan gambar Allah, ekspresi Allah, kepada orang lain. Dengan demikian kita tahu Allah yang bagaimanakah yang kita sembah. Jika kita benar, penuh dengan kebenaran, kebenaran ini menjadilah ekspresi Allah yang kita sembah dan yang kita layani.

Misalnya seseorang mengaku bahwa dirinya milik Allah, juga mengatakan bahwa ia menyembah Allah dan melayani Allah. Namun, orang ini mencuri, berdusta, dan tamak. Ini akan membuat orang lain mengatakan bahwa mereka tidak mungkin mau percaya kepada Allah orang itu. Orang yang demikian akan memberikan kesan yang salah tentang Allah kepada orang lain. Tetapi jika kita yang menyembah Allah, melayani Allah, dan menyatakan bahwa kita milik Allah, menempuh satu kehidupan yang kudus, terpisah bagi Allah, menempuh satu kehidupan yang benar dan penuh kasih dan terang, bersimpati kepada orang lain; kita menghormati orang tua kita, tidak mencuri, tidak menjadi saksi dusta, dan tidak tamak. Dengan kata lain, kita melayani Allah, menyembah Allah, dan juga benar. Hasilnya, kita memiliki ekspresi, gambar Allah. Maka orang lain akan nampak bahwa Allah kita benar-benar Allah yang sejati. Mereka akan mau menerima Allah ini sebagai Allah mereka.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 28

No comments: