Hitstat

27 January 2016

Yakobus - Minggu 2 Rabu



Pembacaan Alkitab: Yak. 1:12


Ayat 2‑12 menyinggung tentang pencobaan. Pencobaan datang dari lingkungan kaum beriman untuk menguji iman mereka (ayat 2‑3) melalui penderitaan (ayat 9‑11). Kaum beriman harus menahan pencobaan dengan segala sukacita (ayat 2) karena kasih mereka terhadap Tuhan, supaya mereka bisa menerima berkat mahkota hayat. Mahkota hayat mengacu kepada kemuliaan hayat, ekspresi hayat. Kaum beriman menahan pencobaan bersandarkan hayat Allah, ini akan menjadi kemuliaan mereka, ekspresi mereka, yaitu mahkota hayat, sebagai pahala bagi mereka pada saat Tuhan menyatakan diri, untuk kenikmatan mereka dalam kerajaan yang akan datang (2:5).

Dalam ayat 3‑11 Yakobus menunjukkan cara untuk menanggung pencobaan‑pencobaan. Jika kita mau menanggung berbagai pencobaan, mula‑mula kita perlu memohon hikmat kepada Allah. Jika kita tidak menanggung pencobaan‑pencobaan, ini berarti kita kekurangan hikmat, karena seorang yang arif selalu menanggung pencobaan. Misalnya, seorang saudara yang baru menikah telah dilukai oleh istrinya. Kemudian ia mulai mempertimbangkan kemungkinan untuk bercerai. Itu adalah pikiran yang bodoh. Jika saudara ini berhikmat, ia tidak akan memikirkan perceraian. Saudara ini memerlukan hikmat agar bisa bertindak wajar dengan istrinya. Tanpa hikmat, kelakuan kita sebagai orang Kristen tidak bisa sempurna. Untuk menjadi sempurna dan khususnya untuk menanggung berbagai pencobaan, kita memerlukan hikmat. Kalau kita mau menanggung pencobaan, hal pertama yang perlu kita lakukan adalah berdoa agar Tuhan memberikan hikmat kepada kita. Tentu saja, berdoa semacam ini harus dengan iman.

Kedua, jika kita mau menanggung pencobaan, janganlah mempercayai lingkungan kita sedikit pun, karena lingkungan bisa berubah. Entah kita ditinggikan atau direndahkan, sikap kita terhadap lingkungan haruslah tetap sama. Kemudian kita memerlukan suatu pengertian yang tepat tentang kesia‑siaan hidup manusia. Entah kita kaya atau miskin, tinggi atau rendah, hidup manusia sia‑sia. Jika kita menyadari hal ini, kita akan sanggup menanggung berbagai pencobaan dan berbahagia.

Jika kita tidak memiliki hayat ilahi, kita tidak akan sanggup menanggung pencobaan. Kaum saleh yang menya­dari bahwa mereka memiliki hayat ilahi di dalam mereka dan yang melatih hayat ini akan memiliki hayat ilahi yang berkembang menjadi mahkota. Mahkota ini adalah suatu ekspresi yang mulia dari hayat ilahi batiniah yang kita terima melalui kelahiran ilahi kita. Mahkota ini merupakan pahala yang Tuhan berikan kepada mereka yang mengasihi‑Nya.

Kita telah nampak bahwa Yakobus adalah seorang yang saleh, seorang yang mengenal Allah dan mengasihi Tuhan. Tidak hanya demikian, Yakobus adalah seorang yang berhikmat, seorang yang berdoa dan beriman, seorang yang memahami situasi nyata dari hidup manusia, dan juga seorang yang sanggup dan mau menanggung penderitaan dengan sukacita. Akan tetapi, mungkin saja seorang yang saleh seperti itu tidak memiliki visi yang jelas mengenai ekonomi Allah. Dari abad ke abad, banyak sekali orang beriman yang saleh seperti Yakobus. Namun mereka masing‑masing tidak memiliki visi yang jelas mengenai ekonomi Allah. Hari ini mungkin ada jutaan orang beriman seperti ini. Kebanyakan orang Kristen mengira menjadi seorang yang saleh seperti Yakobus sudahlah cukup. Mereka mengira mengenal Allah, mengasihi Allah, menjadi orang yang berdoa dan beriman, dan sanggup menanggung berbagai pencobaan dengan sukacita sudahlah cukup. Tetapi bagi kita, hanya dengan menjadi orang yang saleh seperti itu tidaklah cukup, karena orang‑orang semacam Yakobus itu mungkin saja tidak mempunyai visi yang tepat mengenai pergerakan Allah di berbagai zaman.


Sumber: Pelajaran-Hayat Yakobus, Berita 2

No comments: