Hitstat

26 January 2016

Yakobus - Minggu 2 Selasa



Pembacaan Alkitab: Yak. 1:5-11


Yakobus terkenal sebagai orang yang berdoa. Dalam ayat 5 ia menyuruh para penerima Surat Kirimannya untuk berdoa meminta hikmat. Ini menyiratkan bahwa hikmatnya adalah pemberian Allah kepadanya melalui doa. Dalam Surat Kirimannya, ia menekankan doa (5:14‑18). Doa adalah kebajikan dari praktek kristiani yang sempurna.

Yakobus memberi tahu kita bahwa jika kita kekurangan hikmat, kita harus memintanya dari Allah. Untuk memiliki perilaku yang sempurna, keperluan yang mendasar adalah hikmat. Orang yang bodoh tidak mungkin sempurna. Jika kita penuh hikmat, maka di dalam setiap kegiatan hidup kita sehari‑hari, kita akan berkelakuan dengan sempurna. Ini menunjukkan bahwa kesempurnaan tercapai terutama melalui hikmat. Orang yang berhikmat dapat menjadi sempurna. Akan tetapi, jika kita tidak memiliki hikmat, kita bisa menyinggung orang lain dengan perkataan kita yang bodoh. Pembicaraan kita bisa menyatakan bahwa hikmat kita tidak memadai. Ketika kita kekurangan bikmat, kita perlu memintanya dari Allah.

Perkataan Yakobus di sini menunjukkan bahwa ia adalah orang yang saleh dan mengenal Allah. Dalam ayat ini Yakobus tidak mengatakan, "Jika kamu kekurangan hikmat, belajarlah dari aku. Aku akan memberikan beberapa pelajaran kepadamu atau beberapa buku untuk kamu baca. Kemudian kamu akan memiliki hikmat." Yakobus tidak berkata demikian, melainkan sebagai orang yang saleh, ia menganjuri para pembaca Surat Kirimannya untuk memintanya kepada Allah. Ia mengenal Allah dan khususnya, ia mengenal Allah itu murah hati. Dalam ayat ini Yakobus memberi tahu kita bahwa sewaktu Allah memberi, Ia memberikannya tanpa membangkit‑bangkit. Orang yang kikir tidak mau memberi, seandainya ia memberi, ia akan memberi dengan disertai celaan, dengan kata‑kata yang pedas. Tetapi Allah, yang memberi kepada semua orang dengan murah hati, tidak seperti orang yang semacam itu. Allah memberikan dengan murah hati, dan Ia memberikannya tanpa membangkit‑bangkit. Sebagai orang yang saleh, orang yang mengenal Allah, Yakobus menyadari hal ini.

Ayat 6‑8 menunjukkan bahwa Yakobus sungguh‑sungguh seorang yang saleh. Tidak usah diragukan, ia adalah seorang yang arif, seorang yang beriman, dan seorang yang berdoa. Sebagai orang semacam ini, ia mengenal Allah.

Dalam ayat 9‑10 Yakobus meneruskan, "Baiklah saudara seiman yang berada dalam keadaan yang rendah bermegah apabila ia ditinggikan, dan orang kaya bermegah apabila ia direndahkan sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput." Ketika seorang saudara yang berada dalam keadaan yang rendah bermegah dan bersukacita pada saat ia ditinggikan, secara spontan ia bisa memuji Tuhan (5:13). Ia tidak seharusnya bermegah secara sekuler, tanpa memuji Tuhan. Tidaklah sulit bagi seorang saudara yang berkedudukan rendah untuk bermegah, bersukacita, dan memuji Tuhan pada saat ia ditinggikan. Tidaklah mudah bagi seorang saudara yang kaya untuk melakukan hal tersebut pada saat ia direndahkan. Entah pada saat ditinggikan atau pada saat direndahkan, bersukacita dan memuji merupakan kebajikan dari praktek kristiani yang sempurna.

Dalam ayat 11 Yakobus menerangkan, "Karena matahari terbit dengan panasnya yang terik dan melayukan rumput itu, sehingga gugurlah bunganya dan hilanglah semaraknya. Demikian jugalah halnya dengan orang kaya; di tengah‑tengah segala usahanya ia akan lenyap." Benar‑benar suatu perkataan yang serius bagi mereka yang mengejar kekayaan! Tetapi merupakan suatu perkataan yang menghibur bagi orang kaya yang direndahkan melalui kehilangan harta mereka.


Sumber: Pelajaran-Hayat Yakobus, Berita 2

No comments: