Hitstat

26 April 2016

1 Petrus - Minggu 8 Selasa



Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 1:13
Doa baca: 1 Ptr. 1:13
Sebab itu, siapkanlah akal budimu, waspadalah dan berharaplah sepenuhnya pada anugerah yang akan diberikan kepadamu pada saat Yesus Kristus menyatakan diri-Nya kelak.


Kata "Sebab itu" pada permulaan ayat 13 ini berdasar pada semua kebenaran ilahi yang ada dalam ayat 1-12. Masalah terpilihnya kita menurut pengenalan dini Allah tidak hanya doktrin, melainkan kebenaran, realitas. Adalah suatu realitas bahwa Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus telah melahirkan kita kembali kepada pengharapan yang hidup. Selain itu, adalah suatu kebenaran bahwa pengharapan yang hidup ini adalah suatu warisan yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar, dan tidak dapat layu, yang disimpan bagi kita di surga. Dalam kedua belas ayat ini kita memiliki sejumlah besar kebenaran, realitas.

Dengan semua kebenaran ini sebagai dasar, Petrus mendorong kita untuk menyiapkan pikiran kita dan waspada. Kita tidak seharusnya membiarkan pikiran kita mengembara, dan kita tidak seharusnya mabuk atau terbius. Waspada adalah tidak terbius, siuman dari pingsan. Karena itu, dalam ayat 13 Petrus menyuruh orang beriman Yahudi melupakan latar belakang agamawi mereka, waspada, dan tidak lagi mengembara dalam pikiran mereka.

Menyiapkan pikiran kita sesungguhnya adalah menyucikan jiwa kita. Setiap kali pikiran kita mengembara, jiwa kita tidak bersih. Pikiran yang menyimpang membuat pikiran kita mengembara. Pikiran yang menyimpang ini bisa memasuki pikiran kita sebagai panah api. Ketika pikiran kita mulai mengembara, jiwa kita menjadi tidak bersih. Jika situasi kita demikian, kita perlu menyucikan jiwa kita. Tetapi bagaimana kita dapat menyucikan jiwa kita? Kita memurnikan jiwa kita melalui menyiapkan pikiran kita, menaruhnya pada satu hal, tidak mengizinkannya mengembara.

Panah api dari pikiran yang menyimpang tidak hanya mengganggu pikiran kita, tetapi juga mengotori emosi dan tekad kita. Akibatnya, kita tidak bersih di dalam Tuhan dan di hadapan Tuhan. Hal ini membuat kita sulit bagi kita untuk memuji Tuhan dengan tulus.

Pencemaran ini juga dapat merusak tekad kita. Kita sulit mengambil keputusan, karena kita memiliki dua sasaran. Karena itu, seluruh jiwa kita menjadi tidak murni. Pikiran kita mengembara, emosi kita terbagi, dan tekad kita terusak. Dalam kasus yang sedemikian ini, kita perlu penyucian jiwa kita.

Allah tidak akan menyucikan jiwa kita bagi kita. Kita perlu melakukan hal ini sendiri melalui ketaatan kita kepada kebenaran yang kita dengar dan terima. Misalkan seorang saudara bergumul sejangka waktu mengenai pemulihan Tuhan. Akhirnya, demi belas kasihan Allah dan pergerakan dari Roh yang menguduskan di dalam dia, dia menyatakan, "Puji Tuhan! Pikiranku disiapkan dengan satu tujuan. Emosiku sepenuhnya ditujukan kepada satu Persona yaitu Tuhan itu sendiri. Aku tidak memiliki sasaran yang lain untuk dikasihi. Karena itu, tekadku akan membuat keputusan yang kuat: aku bagi Tuhan, dan aku bagi pemulihan Tuhan. Aku tidak mempedulikan apa-apa lagi." Ini adalah ketaatan kepada kebenaran. Ketaatan yang sedemikian ini kepada kebenaran menjadi sarana yang dengannya kita menyucikan jiwa kita. Karena itu, dalam ayat 22 Petrus memberi tahu kaum beriman Yahudi bahwa mereka telah menyucikan jiwa mereka dengan ketaatan kepada kebenaran. Kebenaran ini disalurkan dalam firman pengudusan Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 1, Berita 14

No comments: