Hitstat

25 October 2007

Matius Volume 6 - Minggu 4 Jumat

Syarat Mengikut Yesus (1)
Matius 16:21
Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.

Untuk mengalami Kritus dan mempunyai gereja yang terbangun atas Kristus, kita perlu menempuh jalan salib. Kristus itu Pelopor, Pembuka jalan dalam menempuh jalan salib. Inilah jalan unik bagi Kristus untuk dibebaskan dan itu pula jalan unik bagi gereja untuk dibangunkan dengan Kristus dan di atas Kristus. Matius 16:21 mengatakan, “Sejak itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” Setelah wahyu tentang rahasia besar mengenai Kristus dan gereja, wahyu tentang penyaliban dan kebangkitan Kristus disingkapkan.
Dalam Matius 16:21 Tuhan pertama-tama mewahyukan kepada murid-murid-Nya penyaliban dan kebangkitan-Nya. Sebelum ini, Ia tidak pernah menyinggung apa pun tentang hal-hal ini. Setelah wahyu Kristus dan gereja, Tuhan Yesus mewahyukan kepada murid-murid yang diterangi-Nya tentang penyaliban dan kebangkitan-Nya. Hal ini sangat bermakna. Sesudah kita nampak Kristus dan gereja, kita harus bersiap-siap menempuh jalan salib. Menempuh jalan salib ialah tidak mengacuhkan ego kita sedikit pun. Tidak peduli betapa baik, benar, atau bergunanya kita, kita perlu disalibkan. Bagi kenikmatan atas Kristus dan pembangunan atas gereja, kita harus disalibkan. Tidak ada sesuatu pun dari diri kita yang boleh tetap tinggal.
Tuhan Yesus di sini membicarakan baik penyaliban-Nya maupun kebangkitan-Nya. Murid-murid mengerti hal penyaliban, tetapi mengabaikan hal kebangkitan. Di dalam mereka terdapat ketakutan bahwa Tuhan Yesus akan dibunuh. Karena itu ketika Tuhan membicarakan tentang kebangkitan-Nya, murid-murid tidak memahaminya.

Mat. 16:21-26; Luk. 9:25

Matius 16:22 mengatakan, “Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan mulai menegur Dia dengan keras, ‘Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali tidak akan menimpa Engkau.’” Perkataan Petrus menunjukkan bahwa orang alamiah tidak pernah mau menerima salib. Petrus pemberani dan baik hati kepada Tuhan. Tanpa Petrus, kita tidak akan mempunyai begitu banyak wahyu. Melalui keberaniannya membuat kesalahan, dia banyak memberi kita wahyu. Di sini Petrus cukup berani menegur Tuhan. Ketika Petrus menegur Tuhan, ekspresinya mungkin adalah ekspresi Iblis. Perkataan Petrus — “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu!” — kedengaran-Nya sangat baik, tetapi sebenarnya adalah suatu teguran. Petrus merasa kesal mengenai akan terbunuhnya Tuhan. Karena itu ia sepenuhnya berada di dalam dirinya sendiri, sesungguhnya ia menegur Tuhan Yesus.
Dalam Matius 16:23 kita nampak tanggapan Tuhan: “Lalu Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus, ‘Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.’” Kristus mengetahui bahwa bukan Petrus, melainkan Iblis yang mencegah-Nya memikul salib. Ini mewahyukan bahwa manusia alamiah kita, yang tidak mau memikul salib, bersatu dengan Iblis. Ketika kita mengarahkan pikiran kita tidak kepada hal-hal Allah, melainkan kepada hal-hal manusia, kita menjadi iblis, batu sandungan bagi Tuhan pada perjalanan-Nya menggenapkan tujuan Allah.
Selanjutnya dalam Matius 16:24, dikatakan bahwa, “Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, ‘Jika seseorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.’” Di sini Tuhan mengatakan tentang menyangkal diri. Menyangkal diri (ego) kita adalah melepaskan hayat jiwa kita, hayat alamiah kita (Mat. 16:26; Luk. 9:25). Dalam ayat selanjutnya Tuhan melanjutkan: “Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi siapa yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” Inilah jalan salib itu. Tanpa menempuh jalan semacam ini, kita tidak akan dapat berbagian dalam penggenapan tujuan Allah.

Doa:
Ya Tuhan, aku mengakui bahwa keadaanku bahkan lebih buruk daripada Petrus. Aku hanya memikirkan apa yang baik dan menguntungkan bagi dagingku, tetapi tidak memikirkan apa yang hendak Kaurampungkan. Ampunilah aku, ya Tuhan. Dalam hal kecil maupun besar, ajarlah aku untuk mengesampingkan ego, sehingga Engkau dapat melaksanakan pekerjaan-Mu.

No comments: