Hitstat

01 November 2009

Yohanes Volume 8 - Minggu 2 Senin

Bapa-Ku dan Bapamu, Allah-Ku dan Allahmu
Yohanes 20:17b
“...tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.”

Ayat Bacaan: Yoh. 20:17; Rm. 8:15

Allah tidak hanya ingin menjadi Allah bagi manusia, terlebih lagi menjadi Bapa bagi manusia. Dia tidak hanya ingin manusia menerima-Nya sebagai Allah, terlebih lagi Dia ingin manusia mempunyai hayat-Nya, sehingga bisa bersatu dengan Allah. Melalui kematian dan kebangkitan yang menyalurkan hayat, Tuhan telah menjadikan murid-murid-Nya satu dengan diri-Nya. Karena itu, Bapa-Nya juga adalah Bapa dari murid-murid-Nya, Allah-Nya juga adalah Allah murid-murid-Nya.
Dengan membuat Bapa-Nya menjadi Bapa mereka dan Allah-Nya menjadi Allah mereka, Putra membawa mereka ke dalam kedudukan-Nya di hadapan Allah dan Bapa, yaitu kedudukan Putra, yang memungkinkan mereka mengambil bagian di dalam Bapa dan Allah-Nya. Jadi, baik atas hayat dan sifat secara batini maupun atas kedudukan secara lahiriah, mereka sama dengan Putra. Semua murid adalah putra-putra Allah. Kita sama seperti Putra sulung dan Dia sama seperti kita. Inilah gereja dalam kebangkitan-Nya. Terpujilah Dia!
Mengapa Tuhan memberi tahu Maria bahwa Dia akan pergi kepada Bapa dan Allah? Di satu pihak, Tuhan adalah Anak Allah, karenanya Dia akan menghadap Bapa sebagai Anak. Di lain pihak, Dia masih tetap sebagai Anak Manusia, karenanya Dia akan menghadap Allah sebagai manusia. Kita, kaum beriman-Nya, di satu pihak juga adalah manusia dan di pihak lain adalah putra-putra Allah. Pada saat ini, karena kita adalah manusia pun putra-putra Allah, maka kita mempunyai Allah maupun Bapa.
Setelah dilahirkan kembali, kita tidak hanya ciptaan Allah; kita adalah anak-anak-Nya. Karena kita telah dilahirkan dari Allah dan berhubungan dengan Dia dalam hayat, sangatlah normal dan manis bagi kita untuk memanggil Dia “Bapa” (Rm. 8:15; Gal. 4:6). Kita tidak perlu meragukan apakah kita adalah putra-putra Allah atau tidak. Ketika kita memanggil, “Abba, Bapa,” apakah kita memiliki perasaan yang manis dan intim atau tidak? Jika ya, itu membuktikan bahwa kita adalah putra Allah dan kita memiliki Roh keputraan. Selama kita dapat memanggil, “Abba, Bapa” dengan manis, maka dapat dipastikan bahwa kita adalah putra Allah.

No comments: