Hitstat

11 November 2009

Yohanes Volume 8 - Minggu 3 Kamis

Melatih Iman Murid-Murid-Nya
Yohanes 20:29
Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”

Ayat Bacaan: Yoh. 20:19-30; Ibr. 10:38; 11:1

Tuhan tidak saja melalui penyataan-Nya menanggulangi ketidakpercayaan Tomas, Ia pun melatih murid-murid-Nya agar memiliki iman meski mereka tidak melihat Dia. Tuhan melatih mereka mengalami kehadiran-Nya dan penyertaan-Nya yang tidak kelihatan. Kehadiran Tuhan dalam kebangkitan hari ini memang tidak lagi dapat dilihat secara kasat mata, namun sesuai dengan perkataan Tuhan, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya” (Yoh. 20:29b). Kita harus percaya seperti yang Tuhan katakan. Kalau kita ingin melihat baru percaya, itu keliru. Kita perlu memiliki iman ini sebab penyertaan Tuhan kini tidak lagi di dalam tubuh daging-Nya. Pada saat itu penyertaan-Nya dapat nampak, tetapi kini penyertaan-Nya tidak nampak. Kita harus dengan iman merealisasikannya bahwa Ia, Sang Imanuel beserta dengan kita sampai pada akhir zaman (Mat. 1:23; 28:20).
Apakah iman? Ibrani 11:1 mengatakan, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Jadi iman adalah berpegang pada apa yang telah difirmankan Allah dan mendoakannya agar janji Allah terwujud. Iman adalah percaya bahwa Allah akan melakukan sesuai dengan apa yang telah dikatakan-Nya. Iman adalah percaya bahwa Allah itu setia dan Dia pasti melaksanakan apa yang telah difirmankan-Nya. Kata “iman” dalam kitab Perjanjian Baru seluruhnya berjumlah lebih dari seratus lima puluh kali. Iman menduduki tempat yang sangat penting dalam kepercayaan orang Kristen.
Kapan saja kita menemui pencobaan atau ujian, kita harus percaya bahwa firman Allah selalu lebih dapat diandalkan dari pada perasaan kita. Asal kita percaya sepenuhnya kepada firman Allah, Dia akan bertanggung jawab untuk menggenapi firman-Nya. Iman yang sejati adalah percaya kepada firman Allah, tidak percaya kepada pengalaman diri sendiri, tidak percaya perasaan diri sendiri, tetapi dengan sederhana menerima setiap firman-Nya masuk ke dalam hati kita sampai kita dapat berkata, “Terima kasih Tuhan, Engkau tidak tidak pernah salah mengijinkan semua perkara ini menimpaku. Aku tetap mengasihi-Mu, tambahkanlah kasih karunia-Mu.”

No comments: