Hitstat

06 January 2014

Filipi - Minggu 20 Senin



Pembacaan Alkitab: Yoh. 15:4; Gal. 2:19-20; 4:19


Menurut ekonomi Allah yang diwahyukan dalam Perjanjian Baru, sasaran kehidupan orang Kristen ialah memperhidupkan Kristus. Semasih muda, saya diajarkan bahwa pemikiran utama Alkitab berkaitan dengan Kristus. Hanya mengatakan Kristus adalah pemikiran utama Alkitab itu sangat obyektif. Dalam pengalaman kita Kristus seharusnya sangat subyektif bagi kita. Misalnya, Tuhan Yesus berkata, “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu” (Yoh. 15:4). Ungkapan ini sederhana tetapi maknanya dalam. Ditinjau dari segi manusia, mustahil ada orang yang tinggal di dalam orang lain. Namun, tidaklah mustahil bagi hayat insani tinggal di dalam hayat ilahi, dan hayat ilahi tinggal di dalam hayat insani. Ini berarti Allah dapat tinggal atau berhuni di dalam kita, dan kita dapat berhuni di dalam Allah.

Dalam Galatia 2:19b-20 Paulus berkata, “Aku telah disalibkan dengan Kristus, namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” Mengatakan Kristus hidup di dalam kita itu lebih hebat daripada mengatakan Dia tinggal di dalam kita. Ketika saya mengunjungi suatu tempat, saya mungkin tinggal di rumah seorang saudara, tetapi saya tidak dapat mengatakan saya hidup di situ. Saya hanya untuk sementara waktu tinggal di sana dengan batasan tertentu. Tetapi, bila saya pulang ke rumah sendiri, saya dapat hidup di sana. Hidup di suatu tempat berarti menikmati kebebasan yang penuh. Apakah Anda tinggal di rumah Anda, atau hidup di sana? Sudah tentu Anda akan menjawab bahwa Anda hidup di rumah Anda. Tetapi Anda tidak dapat berkata bahwa Anda hidup di sebuah motel. Mengatakan Kristus hidup di dalam kita berarti Dia mempunyai kebebasan berbicara, bertindak, dan bergerak di dalam kita, Dia dapat melakukan apa saja yang Dia kehendaki di dalam kita; sebab Dia telah menebus kita, dan menjadikan kita tempat kediaman-Nya.

Berdasarkan Efesus 3, Paulus berdoa supaya Bapa menguatkan kita dengan Roh dalam manusia batiniah kita, agar Kristus dapat berumah di dalam hati kita. Pertama-tama Kristus tinggal di dalam kita, kemudian Dia hidup di dalam kita, dan selanjutnya Dia menetap, berumah di dalam seluruh manusia batiniah kita. Di satu aspek, Kristus hidup di dalam roh kita, tetapi di aspek lain, mungkin kita tidak memberi-Nya banyak ruang untuk hidup dalam pikiran, tekad, atau emosi kita. Dari pengalaman kita tahu, kadangkala kita mengekang atau membatasi Kristus di dalam roh kita. Ketika Dia mencoba menyebar dari roh kita ke dalam emosi kita, mungkin kita tidak mengizinkan Dia berbuat demikian. Sebagai contoh, seorang saudara mungkin berdoa pada pagi hari, menikmati Tuhan, dan mengatakan, “Haleluya, Tuhan Yesus hidup di dalam rohku!” Tetapi tidak lama berselang, ia tergoda untuk melakukan suatu hal. Sekalipun Tuhan yang hidup dalam rohnya tidak setuju, saudara yang hidup menurut emosi itu tetap melakukan hal itu. Dia beralasan dengan Tuhan, mencoba untuk membujuk Tuhan tetap tinggal dalam rohnya sambil memberinya kebebasan untuk hidup menurut emosinya. Bahkan ia berjanji, besok ia akan memberi Tuhan kebebasan untuk menyebar ke dalam emosinya. Tetapi, esoknya ia memungkiri janjinya. Jadi, Tuhan tidak diberi kebebasan untuk berumah dalam emosi saudara tersebut.

Karena kita tidak mudah memberikan kesempatan kepada Tuhan untuk berumah di dalam hati kita, maka Paulus merasa perlu berdoa supaya Bapa menguatkan kita dalam manusia batiniah kita oleh Roh itu, supaya Kristus dapat berumah di dalam hati kita. Menurut Alkitab, hati terdiri atas pikiran, tekad, emosi, dan hati nurani. Hati mengelilingi roh dan mencakup lebih besar daripada roh. Ketika kita menerima Tuhan Yesus, Dia masuk ke dalam roh kita, dan kini Dia hidup di dalam roh ini. Pada mulanya, kita bahkan tidak memberikan kebebasan kepada Tuhan untuk hidup di dalam roh kita. Kita hanya mengizinkan Dia tinggal di situ. Tetapi lambat laun kita memberi-Nya kesempatan untuk hidup dalam roh kita. Namun, kita tetap tidak mau memberi-Nya jalan masuk yang leluasa ke dalam manusia batiniah kita. Itulah sebabnya manusia batiniah kita, roh kita yang dilahirkan kembali perlu dikuatkan. Kemudian, Kristus dapat berumah dalam hati kita. Dia tidak hanya tinggal di dalam kita dan hidup di dalam kita, melainkan menyebar ke dalam setiap bagian dari manusia batiniah kita dan menetap di situ.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 2, Berita 39

No comments: