Hitstat

29 January 2014

Filipi - Minggu 23 Rabu



Pembacaan Alkitab: Yoh. 15:4, 7; Flp. 1:21


Dalam Alkitab terang dan hayat adalah satu, hayat dan kasih adalah satu, kasih berkaitan dengan kekudusan, dan kekudusan berkaitan dengan kebenaran. Bila semua itu digabungkan, itulah kekuatan kita. Atribut-atribut ilahi ini — terang, hayat, kasih, kekudusan, kebenaran, dan kekuatan — sebenarnya adalah Allah Tritunggal itu sendiri yang datang kepada kita sebagai Roh melalui firman. Ketika kita berkontak dengan Allah Tritunggal sebagai Roh melalui firman, kita akan mengalami-Nya sebagai terang, hayat, kasih, kekudusan, kebenaran, dan kekuatan. Inilah Kristus dalam pengalaman kita. Kalau kita mengalami Kristus dengan cara yang subyektif ini, kita pasti akan dengan spontan memperhidupkan dia.

Firman hayat tidak hanya satu dengan Kristus, tetapi juga dengan atribut-atribut ilahi ini. Dari pengalaman kita dapat bersaksi setiap kali kita menggores firman dengan roh kita, kita akan beroleh terang. Firman hayat akan menjadi terang dalam pengalaman kita. Tidak hanya demikian, firman akan menjadi hayat yang mencakup kasih, kekudusan, kebenaran, kekuatan, tenaga, dan kekuasaan. Inilah kesatuan firman hayat dengan Kristus yang hidup juga dengan berbagai macam atribut dari Allah Tritunggal.

Kita tidak boleh menganggap Alkitab hanya sekadar kitab teologi yang mewahyukan apa dan siapa Allah, dan apa yang Allah kehendaki kita lakukan untuk berkontak dengan Dia. Alkitab bukan hanya wahyu yang obyektif tentang Allah dan tuntutan-Nya. Alkitab seharusnya juga menjadi pohon hayat untuk kita makan. Bagi kita Alkitab mungkin adalah sejilid kitab pengetahuan atau kitab hayat, pohon pengetahuan atau pohon hayat. Pohon pengetahuan mendatangkan kematian, tetapi pohon hayat mendatangkan suplai hayat ilahi. Saya akui dahulu saya menuntut banyak sekali pengetahuan melalui membaca Alkitab sebagai pohon pengetahuan. Akibatnya saya dimatikan, saya terbunuh oleh Alkitab yang dicetak dengan huruf hitam di atas kertas putih. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan Paulus, “Hukum yang tertulis mematikan” (2 Kor. 3:6). Alkitab yang harfiah dapat membunuh. Ini adalah akibat kita menerima Alkitab sebagai pohon pengetahuan. Tetapi jika kita memakai roh kita untuk memakan firman, Alkitab akan menjadi kitab hayat dalam pengalaman kita. Dengan demikian kita akan tersuplai dengan hayat melalui setiap ayatnya. Banyak orang Kristen yang telah terbunuh oleh Alkitab yang harfiah. Yang mereka perlukan bukan doktrin yang bertumpuk-tumpuk, melainkan hayat dari Roh itu. Mereka perlu menerima Alkitab sebagai pohon hayat.

Kita tidak saja perlu mengontak firman dengan pikiran kita, tetapi juga dengan roh kita yang dilahirkan kembali. Bila kita memakai roh kita untuk mengontak firman, maka firman akan menjadi satu dengan Tuhan sendiri dalam pengalaman kita. Dengan demikian firman akan menjadi hidup, memberi energi, dan penuh dengan atribut ilahi seperti terang, hayat, kasih, kekudusan, kebenaran, dan kekuatan. Melalui menerima firman sedemikian inilah baru kita dapat memperhidupkan Kristus.

Saya tidak menaruh syak bahwa kehidupan Paulus sesungguhnya adalah kehidupan yang memperhidupkan Kristus. Ia dapat berkata, “Bagiku hidup adalah Kristus” (Flp. 1:21). Ia pun menyuruh kita untuk membiarkan perkataan Kristus tinggal dengan kayanya di dalam kita (Kol. 3:16). Seperti telah kita tunjukkan, kata “tinggal” dalam Kolose 3:16 berarti “berumah” atau “bersemayam”. Membiarkan perkataan Kristus berumah di dalam kita berarti membiarkan firman itu menjenuhi seluruh diri kita. Akhirnya, ketika dalam pengalaman kita firman, Kristus, dan Allah Tritunggal berbaur menjadi satu, maka kita akan memperhidupkan Kristus. Kita akan memiliki satu kehidupan yang penuh dengan atribut-atribut ilahi, seperti terang, hayat, kasih, kekudusan, kebenaran, dan kekuatan. Inilah kehidupan orang Kristen yang wajar.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 3, Berita 45

No comments: