Hitstat

10 November 2017

Matius - Minggu 6 Jumat

Pembacaan Alkitab: Mat. 4:5-7
Doa baca: Mat. 4:7
Yesus berkata kepadanya, “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”


Sekarang kita tiba pada butir ujian yang pertama. Pada saat pembaptisan Kristus, Bapa membuka surga sambil mendeklarasikan, “Inilah Anak-Ku yang terkasih” (3:17). Segera setelah deklarasi ini, Roh Kudus membawa manusia ini ke padang gurun untuk diuji dan melihat apakah Dia memperhatikan kehidupan jasmani-Nya ataukah kehidupan rohani-Nya. Kemudian, berdasarkan deklarasi Allah Bapa, si pencoba datang untuk mencobai manusia ini dengan berkata, “Jika engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti” (ayat 3). Tetapi Dia menjawab dengan perkataan Alkitab, “manusia ... ,” yang menunjukkan bahwa Dia berdiri pada kedudukan manusia untuk menanggulangi musuh. Setan-setan menyebut Yesus sebagai Anak Allah (8:29), tetapi roh-roh jahat tidak mengakui bahwa Yesus datang dalam tubuh daging (1 Yoh. 4:3), karena dengan mengakui Yesus sebagai manusia, mereka menyatakan bahwa mereka sudah kalah. Meskipun setan-setan mengakui Yesus sebagai Anak Allah, Iblis tidak akan membiarkan manusia mempercayai Dia sebagai Anak Allah, karena dengan berbuat demikian, manusia akan beroleh selamat (Yoh. 20:31).

Raja yang baru diurapi menghadapi pencobaan musuh bukan hanya dengan perkataan-Nya sendiri, tetapi dengan firman Alkitab, yang dikutip dari Ulangan 8:3. Perkataan ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus mengambil firman Allah dalam Alkitab sebagai makanan-Nya dan Dia hidup berdasarkan firman itu.

Pencobaan pertama Iblis terhadap Raja baru berhubungan dengan perkara penghidupan manusia. Setelah kalah dalam hal ini, Iblis beralih ke pencobaan yang kedua, perkara agama, dengan mencobai Raja baru untuk memamerkan bahwa Dia adalah Anak Allah, melalui menjatuhkan diri-Nya dari bubungan Bait Allah (ay. 6). Tuhan Yesus tidak perlu melakukan hal ini. Ini hanyalah suatu pencobaan yang membujuk Dia untuk memamerkan bahwa sebagai Anak Allah, Dia mampu bertindak dengan mukjizat. Pikiran untuk melakukan hal-hal yang berbau mukjizat dalam agama adalah pencobaan Iblis.

Ujian kedua mengenai keagamaan. Hal-hal mencengangkan dalam agama adalah mukjizat-mukjizat. Menurut konsepsi manusia, agama yang tidak memiliki mukjizat itu tidak memiliki kekuatan. Agama yang sangat kuat adalah agama yang penuh dengan mukjizat. Sebab itu Iblis membawa Raja yang baru ke bubungan bait dan mencobai Dia untuk menjatuhkan diri, dan berkata bahwa malaikat-malaikat akan melindungi Dia. Jangan mengira bahwa Anda tidak pernah mempunyai pikiran untuk melakukan hal semacam ini. Dalam kehidupan sehari-hari saya sering berpikir ingin melakukan perkara-perkara untuk menunjukkan kepada khalayak ramai bahwa saya adalah seorang yang ajaib dan saya memiliki kekuatan-kekuatan gaib. Tidakkah Anda mempunyai konsepsi demikian dalam kehidupan kristiani Anda? Kadang-kadang kita diuji pada saat perlu melakukan sesuatu, dan di saat lain kita diuji ketika tidak ada keperluan untuk melakukan sesuatu. Dalam perkara ini, Yesus tidak perlu menjatuhkan diri-Nya dari bubungan bait.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 11

No comments: