Hitstat

24 November 2017

Matius - Minggu 8 Jumat

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:3-12
Doa baca: Mat. 5:3
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga.


Meskipun kita harus adil, serius terhadap diri sendiri, tetapi kita harus belajar berbelas-kasihan terhadap orang lain dan tidak menuntut mereka. Sangatlah keliru bila orang Kristen menuntut orang lain. Jika Anda benar-benar serius dan ketat terhadap diri sendiri, Anda akan mengetahui bagaimana berbelas-kasihan terhadap orang lain. Tanpa terlebih dulu benar terhadap diri Anda sendiri, jangan berpikir untuk membelaskasihani orang lain. Setiap orang yang kendur selalu berbelas-kasihan terhadap orang lain, karena mereka telah berbelas-kasihan terhadap diri mereka sendiri. Jika seseorang bangun kesiangan setiap pagi, maka ia akan berbelas-kasihan terhadap orang lain yang bangun siang hari. Belas kasihan sedemikian ini bukan berbelas-kasihan yang benar, melainkan mutlak keliru. Tidak seorang pun yang kendur mengetahui bagaimana cara berbelas-kasihan terhadap orang lain. Hanya orang yang serius dan ketat, yaitu orang yang benar, yang mengetahui bagaimana cara berbelas-kasihan. Jika Anda ingin berbelas-kasihan terhadap orang lain sesuai dengan berkat yang kelima di atas, pertama-tama Anda harus benar terhadap diri Anda sendiri sesuai dengan berkat yang keempat.

Kita harus benar (adil) dan serius (ketat) terhadap diri sendiri, dan jangan sekali-kali memberi celah kepada diri sendiri. Tetapi bila orang lain melukai perasaan kita, dan dengan demikian menyingkapkan kekurangan mereka sendiri, kita harus berbelas-kasihan terhadap mereka. Semua orang yang membenarkan diri sendiri selalu menghakimi orang lain dan tidak membiarkan orang lain lewat. Perkataan yang dikatakan oleh Tuhan di atas gunung sama sekali berbeda dengan hal tersebut. Terhadap diri sendiri kita harus benar dan ketat, serius, dan jernih. Tetapi, terhadap orang lain, kita harus berbelas-kasihan. Terhadap diri-Nya sendiri Allah adalah benar. Tetapi jika Dia memperlakukan kita dengan sepenuh-nya benar (adil), kita akan mati terbunuh. Sebagai manusia berdosa yang telah jatuh, kita sungguh-sungguh memerlukan hati belas kasihan Allah. Kita juga harus belajar bersikap benar terhadap diri sendiri, dan berbelas-kasihan terhadap orang lain. Masalah benar terhadap diri sendiri dan berbelas-kasihan terhadap orang lain terutama bukanlah masalah kelakuan yang di luar; melainkan sikap yang di dalam, yaitu insan batiniah kita.

Berdasarkan rangkaian berkat dalam Matius 5, suci hati datang setelah pernyataan belas kasihan terhadap orang lain. Hal ini juga sesuai dengan pengalaman kita. Jika Anda tidak adil (benar) terhadap diri sendiri, tidak berbelas-kasihan terhadap orang lain, Anda akan merasa sulit menjadi orang yang suci hati terhadap Allah. Untuk menjadi suci hati di hadapan Allah, Anda harus serius dan ketat dalam memperlakukan diri sendiri, dan berbelas-kasihan dalam memperlakukan orang lain. Secara logika, hal ini sepertinya tidak beralasan. Tetapi, pengalaman riil kita membuktikan hal ini. Jika Anda tidak adil (benar) terhadap diri Anda sendiri, tidak berbelas-kasihan terhadap orang lain, Anda tidak akan suci hati terhadap Allah. Ketika kita adil (benar) terhadap diri sendiri, berbelas-kasihan terhadap orang lain, kita akan melihat Allah. Tetapi jika kita kendur terhadap diri sendiri dan menghakimi orang lain, kita akan buta, dan kita tidak dapat melihat Allah. Jika Anda memaafkan diri sendiri, tetapi menghakimi orang lain, hati Anda tidaklah suci. Hati yang suci terhadap Allah hanya datang dari perlakuan yang adil (benar) terhadap diri sendiri, dan perlakuan yang berbelas-kasihan terhadap orang lain.


Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 15

No comments: