Hitstat

22 November 2017

Matius - Minggu 8 Rabu

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:6-12
Doa baca: Mat. 5:12
Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.


Kebenaran dalam 5:6 menyatakan tingkah laku kita yang benar. Kebenaran ini berhubungan dengan apa adanya batiniah kita. Hal ini ditunjukkan oleh fakta bahwa kita diberi tahu agar lapar dan haus akan kebenaran, sehingga kita dipuaskan. Kebenaran di sini adalah Kristus. Kebenaran ini adalah kebenaran yang unggul, yaitu kebenaran yang berada pada taraf yang paling tinggi, yang hanya dapat dicapai oleh Kristus. Karena Tuhan adalah Dia yang menghasilkan kebenaran yang paling tinggi, maka kita harus menuntut-Nya. Kita perlu berdoa, “Tuhan, buatlah aku menjadi lapar. Berilah aku nafsu makan atas Dikau. Berilah aku hasrat untuk menuntut kebenaran yang unggul.” Jika Anda menuntut kebenaran seperti itu, Anda akan dipuaskan. Anda akan memperoleh apa yang Anda tuntut.

Berbelas-kasihan (ay. 7) adalah memberi seseorang apa yang tidak sepatutnya ia dapatkan. Demi Kerajaan Surga, kita bukan hanya perlu bersikap adil atau benar, melainkan juga berbelas-kasihan. Menerima belas kasihan adalah menerima apa yang tidak sepatutnya kita dapatkan. Jika kita berbelas-kasihan kepada orang lain, Tuhan akan membelaskasihani kita (2 Tim. 1:16, 18), terutama di takhta penghakiman-Nya (Yak. 2:12-13).

Benar adalah terhadap diri sendiri; berbelas-kasihan adalah terhadap orang lain; sedangkan suci hati (murni) adalah terhadap Allah. Terhadap diri sendiri, kita harus serius dan ketat. Terhadap orang lain, kita harus berbelas-kasihan, memberikan lebih banyak daripada yang layak mereka terima. Terhadap Allah, kita harus suci hati, tidak menuntut apa pun selain Dia. Pahala bagi orang yang suci hatinya ialah melihat Allah (ay. 8). Allah itu pahala kita. Tidak ada pahala yang lebih besar daripada Allah sendiri. Kita memperoleh pahala ini melalui serius dan ketat terhadap diri sendiri, berbelas-kasihan terhadap orang lain, dan suci hati terhadap Allah.

Jika kita lapar dan haus akan kebenaran, kita akan dianiaya karena kebenaran (ay. 10). Demi Kerajaan Surga kita perlu membayar harga karena kebenaran yang kita cari. Jika kita benar, kita akan mengalami penghakiman, tentangan, dan dianiaya. Karena itu, kita akan menderita aniaya. Jika kita mencari kebenaran dengan membayar harga, Kerajaan Surga akan menjadi milik kita: kita berada di dalam realitasnya sekarang, dan kita diberi pahala berupa manifestasinya dalam zaman yang akan datang.

Ketika kita hidup untuk Kerajaan Surga berdasarkan sifat rohaninya dan menurut prinsip surgawinya, kita akan dicela, dianiaya, dan difitnah, terutama oleh kaum agamawan, yang berpegang pada konsepsi-konsepsi agama tradisional mereka. Kaum agamawan Yahudi melakukan hal-hal itu terhadap para rasul pada masa awal Kerajaan Surga (Kis. 5:41; 13:45, 50; 2 Kor. 6:8; Rm. 3:8). Demikian pula hari ini. Jika Anda benar-benar menuntut Kristus, banyak orang dalam “denominasi” akan bangkit melawan Anda. Inilah yang kita derita hari ini. Kita menderita celaan, aniaya, dan fitnahan.

Dalam ayat 12 Tuhan Yesus mengatakan kata-kata hiburan kepada mereka yang dianiaya karena Dia. Upah bahagia yang kesembilan ini menunjukkan bahwa hasil dari delapan bahagia yang di atas juga merupakan upah. Upah ini besar dan berada di surga; ini adalah upah surgawi, bukan upah bumiah.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 14

No comments: