Hitstat

02 May 2005

1 Yohanes Volume 1 - Minggu 3 Senin

Mempertahankan Persekutuan Hayat
1 Yohanes 1:9a
"Jika kita mengaku dosa kita, …."

Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, di dalam Surat 1 Yohanes ada dua kata kunci, yaitu hayat kekal dan persekutuan hayat. Baik hayat kekal maupun persekutuan hayat, keduanya ada di pihak Allah. Akan tetapi, keadaan-keadaan, syarat-syarat, kewajiban-kewajiban, yang olehnya kita dapat menikmati persekutuan hayat ada di pihak kita.
Mudah untuk menerima hayat kekal dan dibawa masuk ke dalam persekutuan hayat. Tetapi bukanlah satu hal yang mudah untuk memelihara persekutuan ini dan tetap tinggal di dalamnya. Karena itulah, pada bagian ini, Rasul Yohanes sangat menitikberatkan syarat-syarat yang harus dipenuhi jika kita ingin tetap tinggal di dalam persekutuan hayat.
Ada dua syarat utama yang diungkapkan di dalam Surat 1 Yohanes 1:5—2:11, yaitu mengaku dosa-dosa (1:5-2:2) dan mengasihi Allah serta saudara-saudara (2:3-11).
Terang yang kita dapatkan melalui persekutuan, pasti menyingkapkan kepada kita berbagai dosa dan kesalahan yang kita buat, baik di hadapan Tuhan maupun manusia. Selain itu, terang juga menyingkapkan apakah kita sungguh-sungguh mengasihi Allah dan saudara-saudara seiman.
Saudara saudari, marilah kita bertindak-tanduk berdasarkan terang. Apa saja yang diterangi, harus segera kita bereskan dengan tuntas, agar persekutuan kita dengan Tuhan dapat terus terpelihara.

Sikap Terhadap Dosa
Ef. 2:19; 5:8; 1 Yoh. 3:1

Kaum beriman adalah anak-anak terang (Ef. 5:8) dan anak-anak Allah (1 Yoh. 3:1); sekarang kita bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota keluarga Allah (Ef. 2:19). Itulah sebabnya kita wajib memiliki corak hidup keluarga Allah.
Sebagai anak Allah, kita harus memiliki sikap yang tepat terhadap dosa. Bagaimana sikap Allah Bapa terhadap dosa, demikian juga seharusnya sikap kita. Bagaimana penilaian Bapa terhadap dosa, demikian juga seharusnya penilaian kita. Bagaimana Bapa menghakimi dosa sebagai dosa, demikian juga kita. Bila seorang anak Allah berbuat dosa, ia harus menghakimi dosa sebagai dosa, sama dengan sikap Bapa.
Bila orang beriman berbuat dosa, harus mengakuinya, jangan dosa itu diberi satu sebutan yang indah untuk memaafkan diri sendiri. Misalkan, kita berdusta. Dusta itu dosa, kita harus mengaku bahwa Anda sudah berbuat dosa, jangan kita berkata, “Aku hanya kelebihan bicara (atau kekurangan) sedikit,” kita harus berkata, “Aku sudah berbuat dosa.” Kita tidak boleh menjelaskan atau menutupinya dengan perkataan lain. Kita harus mengakuinya di hadapan Allah, bahwa kita sudah melakukan dosa berdusta; kita harus menghakimi dusta sebagai dosa.
Saudara saudari, sering kali hati nurani kita tidak bisa tidur, ia selalu mengusik kita dengan masalah tersebut. Terhadap setiap dosa yang belum kita bereskan, terasa ada satu ganjalan di sana. Meskipun hati nurani bisa kita tekan sehingga tidak bersuara, tapi ia tidak akan selamanya tidak bersuara. Hanya orang yang mengaku dosa yang akan dibelaskasihani, hanya orang yang mengaku dosa yang akan mendapatkan perhentian. Dosa yang kita perbuat tidak akan berdiam diri atau duduk tenang, ia tidak akan menjauhi kita, sebaliknya akan mengejar kita. Hanya pemberesan dosa, pengakuan dosa yang dapat menyelesaikan masalah ini.

No comments: