Hitstat

11 May 2005

1 Yohanes Volume 1 - Minggu 4 Rabu

Di Dalam Tuhan
1 Yohanes 2:5b
"... dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia."

Frase "di dalam Dia" (2:5) pararel dengan "persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus" (1:3); "hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang" (1:7); dan "mengenal Allah" (2:3,4). Frase "di dalam Dia" mengacu pada diri kita yang hidup di dalam dan bersatu dengan Tuhan Yesus Kristus. Apakah tandanya bahwa kita tinggal di dalam Tuhan? Tanda pertama adalah kita mengenal Allah melalui pengalaman dalam hidup sehari-hari.
Kita memang mengenal bahwa Allah adalah Mahakuasa, sang Pencipta langit dan bumi. Namun, kita perlu juga mengenal Allah dalam pengalaman hidup kita sehari-hari. Orang lain mungkin heran mengapa kita tidak berbagian dalam berbagai macam kesenangan dunia. Alasannya karena kita mengenal sifat Allah yang kudus, yang tidak mengijinkan kita untuk berbagian dalam kesenangan itu; yang mempengaruhi cara kita berbelanja; yang membuat hubungan kita dengan orang lain tidak munafik, tetapi tulus hati.
Bila sesuatu yang pahit diletakkan di dalam mulut seorang bayi, pasti segera dimuntahkannya. Ia tidak perlu diajar bagaimana menolak sesuatu yang pahit, karena di dalam hayat bayi itu ada satu sifat yang menolak benda-benda bercitarasa pahit. Demikian juga, di dalam hayat ilahi ada satu citarasa khusus yang menyebabkan kita menolak hal-hal yang bertentangan dengannya. Dari kombinasi perasaan hayat yang menolak atau menyetujui tindak tanduk kita itulah, maka kita mengenal Dia dalam hidup sehari-hari.

Wajib Hidup Seperti Kristus Hidup
1 Kor. 1:30; 11:1;
1 Ptr. 2:21

Satu Yohanes 2:6, "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." Berada di dalam Kristus adalah permulaan hidup orang Kristen; Allah yang melakukan hal ini, sekali untuk selamanya (1 Kor. 1:30). Tinggal di dalam Dia adalah kelanjutan hidup orang Kristen.
Selain mengenal Dia dalam hidup sehari-hari, tanda bahwa kita tinggal di dalam Dia adalah menempuh hidup seperti Kristus.
Tuhan telah membentangkan kehidupan-Nya yang menderita di depan kita, sehingga kita dapat mengikuti jejak-Nya. Ini tentu bukan sekadar meniru Dia dan hidup-Nya, melainkan lebih ditujukan kepada perlunya kita menikmati Dia sebagai kasih karunia dalam penderitaan kita. Semakin kita menikmati Dia sebagai kasih karunia, maka Ia sebagai Roh yang berhuni di batin kita dengan segala kekayaan hayat-Nya akan semakin mengembangbiakan (mereproduksikan) diri-Nya sendiri di dalam kita. Kita menjadi reproduksi (salinan) asli, bukan sekadar tiruan.
Orang Yahudi mengenal Allah secara obyektif, Ini berarti mereka tidak mempunyai pengalaman batiniah terhadap Allah. Tetapi sebagai orang yang telah dilahirkan dari Allah dan yang memiliki hayat Allah, kita mengenal Dia bukan hanya secara obyektif, tetapi juga secara subjektif (pengalaman).
Tindak tanduk maupun cara kita berbicara, harus mengemban satu tanda, yaitu tanda bahwa kita adalah orang-orang yang tinggal di dalam Allah. Kita jangan berbicara seperti orang-orang yang tidak percaya. Jika suami atau istri, anak-anak, tetangga, teman-teman sekelas, atau teman sekantor kita tidak dapat melihat tanda tersebut, maka perlu dipertanyakan apakah kita benar-benar tinggal di dalam Tuhan atau tidak? Tanda ini adalah satu petunjuk bahwa kita mengenal Tuhan bukan hanya secara teori tetapi benar-benar mengalami-Nya. Dengan demikianlah, orang akan melihat bahwa kita menempuh hidup sama seperti Kristus. Seperti yang dikatakan Paulus dalam Galatia 6:17, "Selanjutnya janganlah ada orang yang menyusahkan aku, karena pada tubuhku ada tanda-tanda milik Yesus."

No comments: