Hitstat

18 October 2005

Wahyu Volume 4 - Minggu 3 Selasa

Permulaan Ciptaan Allah (1)
Wahyu 3:14
“Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah.”

Sebelumnya, Tuhan mengingatkan gereja di Laodikia bahwa Dialah sang Amin, yang pasti menggenapi firman-Nya, karena itu, mereka tidak perlu mendengarkan pendapat umum. Yang perlu mereka lakukan adalah memegang firman-Nya. Dia juga adalah Saksi yang setia dan benar. Walaupun kita tidak setia, Dia tetap setia.
Dalam ayat 14, Tuhan juga menyebut diri-Nya sebagai “… permulaan (sumber) dari ciptaan Allah”, menunjukkan bahwa Dialah asal usul semua ciptaan Allah (Yoh. 1:3; Kol. 1:16-17). Cara Tuhan memperkenalkan diri-Nya sedemikian menyiratkan bahwa Dialah sumber yang tidak berubah, dan selalu ada selamanya. Seolah-olah Tuhan ingin berkata kepada gereja di Laodikia bahwa mereka bisa merosot karena meninggalkan Tuhan, sang Sumber.
Ketika kita menyadari bahwa Tuhan Yesus adalah “permulaan ciptaan Allah,” hidup dan cara pandang kita akan berubah. Adam adalah manusia pertama dan permulaan ciptaan lama. Saat dia jatuh, semua manusia yang termasuk di dalam dia, yang mempunyai sifatnya, juga turut jatuh. Allah telah membereskannya di atas salib. Kini Kristus adalah permulaan ciptaan baru Allah. Itulah sebabnya kita harus terus berlanjut di dalam Kristus. Kita tidak seharusnya terus menambahkan ke dalam hidup kita, hal-hal milik ciptaan lama yang terpisah dari Kristus. Sebaliknya kita harus terus belajar melekat pada sang Sumber untuk menghadapi setiap peristiwa dalam hidup kita.

Permulaan Ciptaan Allah (2)
Why. 1:8; 3:14; 21:6; 2 Kor. 5:17

Kita perlu melihat bahwa sasaran Allah bukanlah mengembangkan ciptaan lama. Allah benar-benar telah menolak ciptaan lama. Dalam pandangan manusia, Adam adalah permulaan ciptaan, tetapi dalam pandangan Allah, kebangkitan Kristus itulah permulaan ciptaan. Karena itu, Alkitab menyebutkan bahwa Kristuslah Alfa dan Omega, Yang awal dan Yang akhir. Dalam hal ini, Alkitab sama sekali tidak menyinggung Adam sebagai permulaan ciptaan.
Ketika manusia oleh iman bersatu dengan Tuhan Yesus dalam kematian dan kebangkitan-Nya, Ia memberikan kepadanya hayat (kehidupan) yang baru. Hayat baru ini mencakup semua sifat, naluri, dan kemuliaan ciptaan baru Allah. Inilah yang dijelaskan dalam 2 Korintus 5:17, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”.
Tidak ada apa pun yang baik dalam daging dan daging tidak dapat memuaskan diri Allah. Karena alasan itulah, Ia menunjukkan kepada kita pentingnya lahir kembali dan menjadi ciptaan baru. Tetapi apa yang kita lakukan? Kita berharap dengan menerima hayat baru, kita dapat menyembuhkan daging kita. Kita mengira, “Sebelum menerima hayat baru, daging kita mungkin rusak, tetapi sekarang, setelah menerima hayat baru, daging kita dapat belajar dan diperbaiki.” Meskipun kita tidak mengatakan hal ini, tetapi inilah yang kita praktekkan. Jika kita tahu bagaimana pandangan Allah terhadap daging, bagaimana mungkin kita bergantung pada daging, ataupun berharap daging kita perlahan-lahan berubah menjadi baik? Satu hal yang pasti: Allah hanya mengakui ciptaan baru. Dia tidak melihat tempat lain untuk daging kecuali kematian. Itulah sebabnya di atas salib, Tuhan telah membereskan daging kita.
Oleh sebab itu, kita harus berhati-hati. Kita jangan menganggap kita sudah mengetahui kebenaran ini. Pertanyaannya adalah apakah kita sudah mengalami kebenaran ini dan mempraktekkannya? Jika kita tahu bahwa Kristus adalah permulaan ciptaan baru Allah, kita akan menyadari, tidak ada perkara apa pun yang bisa sesuai dengan hati Allah jika tidak diprakarsai oleh Kristus sendiri. Apa pun yang kita prakarsai berasal dari ciptaan lama.

Penerapan:
Bagaimana kita dapat mengatakan bahwa kita adalah ciptaan baru, jika kita tetap berpegang pada “keinginan daging, dan keinginan mata, serta keangkuhan hidup” yang berasal dari ciptaan lama (1 Yoh. 2:16)? Janganlah meninggalkan “sang Sumber” kita. Ikatkan diri “menjadi satu roh dengan Tuhan” ( 1 Kor. 6:17) dengan selalu berseru kepada nama-Nya.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampuni kami karena begitu mudah bertindak tanpa terlebih dahulu menunggu perintah Kristus, Kepala ciptaan baru. Ampuni kami juga karena begitu mudah berjalan menurut kekuatan kami. Oh Tuhan, kami masih mencoba untuk melakukan permintaan Allah dengan diri kami sendiri yang berasal dari ciptaan lama. Celikkan mata kami agar kami segera menyadari kebobrokan ciptaan lama kami, sehingga kami segera bersandar sepenuhnya kepada Tuhan.

No comments: