Hitstat

09 November 2007

Matius Volume 7 - Minggu 1 Sabtu

Memperhatikan Kepentingan Orang Lain
Filipi 2:3b-4
... Hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

Apakah rendah hati itu? Rendah hati berarti mengesampingkan kedudukan bagi diri sendiri. Siapa yang masih menyisakan kedudukan bagi diri sendiri, selamanya tidak akan bisa rendah hati. Siapa yang berkata, aku mempunyai kekuasaan ini, aku seharusnya mendapatkan ini; ia selamanya tidak bisa rendah hati. Rendah hati adalah tidak menyisakan sedikit pun kedudukan bagi diri sendiri. Orang yang di mulut mengatakan perkataan yang rendah hati, belum tentu juga memiliki motivasi rendah hati. Waktu akan menguji dan membuktikan kerendahan hati kita.
Rasul Paulus mengatakan, “Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri” (Flp. 2:3b). Menganggap orang lain lebih utama daripada diri sendiri adalah tanda seseorang rendah hati; ini seperti “merek dagang” dari rendah hati. Betapa sulitnya menganggap orang lain lebih utama daripada diri sendiri!
Ada seorang bertanya kepada seorang beriman tua yang telah puluhan tahun melayani Tuhan, katanya, “Di antara kebajikan orang Kristen, jenis kebajikan apakah yang paling sulit?” Jawabnya, “Dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari dirinya sendiri” yang tercantum dalam Filipi 2:3. Memang benar, paling sulit untuk rendah hati! Dosa apakah yang membuat Lucifer mendapat julukan Iblis? Sombong! Karena ia ingin setara dengan Yang Mahatinggi, maka ia jatuh. Rendah hati adalah pekerti yang paling sulit dari segala kebajikan. Mungkin di atas bumi belum ada seorang pun yang bisa melakukannya. Kita masih bisa menemukan orang-orang yang mempunyai kekuatan, fasih lidah, bertalenta, tetapi sulit sekali menemukan orang yang benar-benar rendah hati. Kalau kita nampak akan kelemahan kita, kemudian melihat kasih karunia Allah di atas diri orang lain, maka pasti mau tidak mau kita akan menganggap orang lain lebih utama dari diri kita sendiri.

Mat. 18:1-14; Flp. 2:3-4

Mengapa murid-murid mengajukan pertanyaan tentang siapa yang terbesar dalam Kerajaan Surga? Karena mereka berharap Tuhan akan menunjuk salah satu di antara mereka sebagai yang terbesar. Inilah ambisi. Dari manakah asalnya ambisi? Ambisi berasal dari Satan yang bercokol dalam ego. Satan, yang awalnya bernama Lucifer, adalah malaikat tertinggi dan terdekat dengan Allah. Tetapi kesombongan dan ambisi Satan untuk menyamai Allah telah menyebabkan dia memberontak terhadap Allah. Ini menyebabkan kekacauan besar dalam penciptaan Allah sebermula dan menghasilkan penghakiman Allah terhadap Satan dan pengikut-pengikutnya. Sejak kejatuhan manusia, Satan bersembunyi di dalam ego manusia, dan terekspresi melalui ambisi untuk menjadi yang terbesar.
Berambisi untuk menjadi yang terbesar cukup menandakan bahwa seseorang tinggi hati. Kerendahan hati tidak hanya di hadapan Allah, juga di hadapan manusia. Filipi 2:4 mengatakan, “Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” Kerendahan hati membuat kita dengan sendirinya akan memikirkan bahkan mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri.
Dalam masyarakat, ambisi adalah masalah yang besar. Setiap orang, entah dalam lingkungan politik, perdagangan, atau pendidikan, mengejar kedudukan. Bahkan di antara murid-murid sekolah, ada banyak persaingan untuk menjadi yang pertama di kelas mereka. Keinginan untuk naik pangkat adalah ambisi. Bahkan dalam pekerjaan Tuhan pun ada ambisi. Dalam kehidupan gereja, mungkin ada beberapa saudara yang berambisi untuk menjadi pemimpin. Ambisi ini tersembunyi di dalam kita. Kita perlu berhati-hati terhadap ambisi.
Untuk memenangkan persaingan di dalam dunia, ambisi memang diperlukan, tetapi dalam hal melayani Tuhan, ambisi kita harus disalibkan. Kita tidak seharusnya berusaha menjadi yang pertama dalam pelayanan apa pun bagi Tuhan. Jika kita rendah hati, kasih karunia akan datang. Jika kita berambisi menjadi seorang pemimpin dalam pelayanan rohani, maka kasih karunia akan menyingkir, bahkan kita sendiri akan menjadi penghalang kasih karunia.

Doa:
Tuhan Yesus, belaskasihanilah aku agar nampak betapa banyaknya kelemahanku agar aku tidak meninggikan diri. Tanpa kasih karunia-Mu, tidak ada satu kelebihanpun padaku yang dapat kumegahkan. Ampunilah aku ya Tuhan, dan tanggulangilah setiap akar kesombongan di dalamku, sehingga hidup dan pelayananku terbebas dari ambisi yang menjerumuskan.

No comments: