Hitstat

22 November 2007

Matius Volume 7 - Minggu 3 Jumat

Melayani, Bukan Dilayani
Matius 20:26, 28
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, ... sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.

Segera setelah Tuhan mengungkapkan kematian dan kebangkitan-Nya untuk kali ketiga, ibu Yakobus dan Yohanes datang kepada-Nya memohon agar kedua anaknya boleh duduk di sebelah kanan-Nya dan di sebelah kiri-Nya dalam kerajaan. Sekalipun Tuhan telah mengatakan tentang penyaliban dan kebangkitan, pikiran mereka masih tertancap pada takhta (Mat. 20:17-21). Ibu anak-anak Zebedeus itu ialah bibi Tuhan, saudara perempuan ibu-Nya, karena itu terdapat hubungan alamiah antara mereka dengan Tuhan. Sering kali kita sama seperti Yakobus dan Yohanes. Berkali-kali kita mendengar tentang penyaliban dan kebangkitan, tetapi di dalam kita terdapat kedambaan akan takhta. Inilah ambisi akan kedudukan.
Bahkan sampai hari ini, begitu banyak ambisi dan persaingan terjadi di antara anak-anak Allah sehingga mengakibatkan Tubuh Kristus terpecah belah. Ada yang berebut kedudukan di dalam gereja dengan mengumpulkan pendukungnya masing-masing, ada pula yang karena merasa diri lebih hebat dan berkarunia lalu memisahkan diri dan membangun sekte baru. O, begitu banyak motivasi yang tersembunyi dan apa yang disebut masa depan rohani justru berasal dari ambisi. Menurut Matius 20:22-23, jika kita ingin duduk di takhta dalam kerajaan, kita harus siap meminum cawan penderitaan. Jawaban Tuhan terhadap permintaan egoistis ibu Yakobus dan Yohanes mewahyukan bahwa memikul salib adalah jalan untuk masuk ke dalam kerajaan (Kis. 14:22).
Dalam Matius 20:24 kita melihat adanya persaingan di antara murid-murid secara daging: “Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.” Inilah reaksi mereka setelah pengumuman konstitusi kerajaan, setelah begitu banyak wahyu tentang Kristus, setelah pengungkapan rahasia kerajaan. Mereka merasa kesal, bahkan marah, seolah-olah takut tidak ada sesuatu yang tertinggal untuk mereka. Alangkah kasihannya situasi ini!

Mat. 20:24-27; Luk. 22:24

Setelah menerima banyak wahyu, kedua belas murid masih dijenuhi oleh masalah kedudukan. Lukas 22:24 mengatakan bahwa murid-murid sedang memperjuangkan di antara mereka siapa yang akan menjadi yang terbesar. Petrus, Andreas, Yakobus, Yohanes, dan murid-murid lainnya berjuang untuk kedudukan. Injil Matius mencatat adanya persaingan di antara murid-murid itu untuk menyingkapkan kepada kita bahwa ambisi terhadap kedudukan juga ada di dalam kita. Walaupun kita sudah berada di dalam gereja, tidak berarti kita tidak berambisi. Ada orang mungkin berambisi menjadi pemimpin atau tokoh terkenal dalam gereja. Alangkah memalukan bila ada orang Kristen yang berambisi memperoleh kedudukan, kehormatan, dan kemuliaan manusia.
Bagi kehidupan kerajaan, kita harus mematikan ambisi terhadap kedudukan. Membicarakan kedudukan, membicarakan siapa yang lebih tinggi, itu saja sudah memalukan. Mencari kedudukan dalam kehidupan gereja bukanlah suatu kemuliaan, tetapi suatu aib. Jalan untuk hidup di dalam kerajaan adalah dengan rela melayani orang lain seperti seorang hamba, bukan memerintah atas orang lain.uhan berkata kepada murid-murid-Nya dalam Matius 20:26b-27: “Siapa saja yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan siapa saja yang ingin menjadi yang pertama di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.” Ini mutlak berlawanan dengan pikiran alamiah. Tuhan berkata, “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat. 20:8). Di sini Tuhan tidak berdiri pada kedudukan sebagai Anak Allah, tetapi sebagai Anak Manusia yang melayani bahkan dengan memberikan nyawa-Nya sebagai harga tebusan.
Banyak orang, khususnya beberapa orang muda hanya ingin dilayani, tapi mereka tidak pernah melayani. Mereka tidak membersihkan rumah; mereka tidak mencuci piring; mereka tidak memperhatikan pakaian mereka; bahkan tidak membereskan tempat tidur mereka. Mereka hanya suka makan, tidur, dan bersenang-senang. Ini berlawanan dengan keinsanian Yesus. Keinsanian Yesus adalah keinsanian yang melayani, bukan untuk dilayani. Untuk menjadi yang terbesar dalam kerajaan, kita harus belajar melayani orang lain.

Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah bila di dalam diriku masih terdapat banyak ambisi yang tersembunyi. Aku masih ingin mendapatkan kedudukan, dan ingin menjadi lebih tinggi dari yang lain. Tanggulangilah setiap ambisi di dalam diriku dan murnikanlah aku agar aku dapat melayani saudara-saudara seiman dalam ketulusan dan kesalehan.

No comments: