Hitstat

17 August 2010

PP SPIA Minggu 3 - Selasa

Kis. 14:23
Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka.

1 Ptr. 5:1
Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak.

Rawatan Pagi
Menurut ekonomi Perjanjian Baru Allah, tidak ada kepemimpinan yang permanen, resmi, atau bersifat kedudukan di antara umat Allah pada hari ini. Adalah hikmat Allah tidak memiliki seorang penatua di dalam satu gereja melainkan memiliki sejumlah penatua. Ada beberapa yang mungkin membayangkan bagaimana kepenatuaan bisa dipraktekkan jika tidak ada penatua yang utama. Kasus, Petrus, Yakobus, Barnabas, dan Paulus menunjukkan bahwa semua penatua memiliki status yang sama, tetapi pada satu waktu tertentu, atau di dalam satu perkara tertentu, ada yang mungkin memiliki kapasitas yang lebih tinggi daripada yang lainnya dan karena demikian ia akan mengambil pimpinan. Pada waktu lainnya atau di dalam perkara lainnya, ada saudara lainnya yang mungkin memiliki kapasitas yang paling besar; karena itu, ia akan menjadi pemimpin pada waktu itu. Melalui kepenatuaan yang bersifat jamak ini, maka tidak ada penatua yang pasti/permanen dan kemutlakan kekepalaan Kristus harus dihormati, dipelihara, dan dihargai. (Crucial Principles for the Christian Life and the Church Life, hal. 77-78)

Pembacaan Hari ini
Pekerjaan dari para penatua ini, tidak tergantung hanya kepada satu orang di tempat mana pun. Memiliki pendeta di dalam satu gereja itu alkitabiah, tetapi sistem kependetaan sekarang ini sangat tidak alkitabiah; ini adalah penemuan manusia.
Di dalam Kitab Suci, kita melihat bahwa selalu ada lebih dari seorang penatua atau penilik di dalam satu gereja lokal. Bukanlah kehendak Allah bahwa seorang kaum beriman harus keluar secara individu dari semua kaum beriman lainnya untuk menduduki satu tempat utama yang istimewa, sedangkan yang lainnya secara pasif tunduk kepada kehendaknya. Jika pengelolaan seluruh gereja tergantung kepada seseorang, maka betapa mudah baginya untuk menjadi angkuh, menganggap dirinya sendiri lebih tinggi daripada yang lainnya dan menekan saudara-saudara lainnya (3 Yohanes). Allah telah menentukan beberapa penatua bersama-sama untuk mengambil bagian di dalam pekerjaan gereja supaya tidak seorang pun individu yang bisa melakukan hal-hal menurut kesenangannya sendiri, memperlakukan gereja sebagai miliknya yang spesial dan meninggalkan kesan kepribadiannya di atas semua kehidupan dan pekerjaannya. Menaruh tanggung jawab di tangan beberapa saudara, bukannya di tangan seseorang secara individu adalah jalan Allah untuk menjaga gereja-Nya terhadap kejahatan-kejahatan sebagai akibat dari penguasaan seorang pribadi yang kuat. Allah bertujuan bahwa beberapa saudara harus bersatu untuk memikul tanggung jawab di dalam gereja, sehingga di dalam hal mengendalikan urusan-urusannya pun mereka harus bergantung satu sama lain dan tunduk satu sama lain. Jadi, secara pengalaman, mereka akan menemukan kesempatan untuk memberikan ekspresi yang praktis terhadap kebenaran tentang Tubuh Kristus. Bila mereka saling menghormati dan saling mengandalkan terhadap pimpinan dari Roh itu, maka tidak ada seorang pun yang akan mengambil tempat sang Kepala, melainkan setiap orang akan menghormati yang lainnya sebagai sesama anggota, dan elemen saling/kebersamaan yang adalah keistimewaan khusus gereja akan terpelihara. (Watchman Nee, The Normal Christian Church Life, hal. 49-50)
Tidak peduli kedudukan atau fungsinya, setiap anggota itu berhubungan langsung dengan Kepala; setiap anggota memiliki pendirian yang sama. Tidak ada perantara anggota-anggota.
Di satu pihak, kita jangan pernah menjadi seorang perantara di antara umat Allah dan Tuhan itu sendiri. Kita perlu membiarkan umat Tuhan menerima perintah-perintah secara langsung dari Tuhan. Oleh belas kasihan Tuhan, di berbagai waktu di sepanjang tahun, bila ada kaum saleh datang kepada saya untuk bersekutu, saya tidak pernah memberikan satu keputusan, satu pesan, atau satu perintah kepada mereka. Sebaliknya, saya selalu memberi tahu mereka, “Anda perlu pergi kepada Tuhan. Berdoalah untuk mencari pimpinan Tuhan secara langsung.” Di lain pihak, kita jangan pernah mengambil seseorang lainnya sebagai seorang perantara di antara kita dengan Tuhan. Karena kebanyakan kaum beriman itu lemah, maka mereka lebih suka untuk bergantung kepada orang lain daripada pergi secara langsung kepada Tuhan.
Oleh belas kasihan Tuhan, sejak permulaan dari pemulihan Tuhan di antara kita selama lima puluh tahun yang lalu, Tuhan telah menunjukkan kebenaran kepada kita bahwa setiap anggota itu berhubungan secara langsung kepada Kepala. (Crucial Principles for the Christian Life and the Church Life, hal. 78-79)

Bacaan Lainnya: Crucial Principles for the Christian Life and the Church Life, bab 6; The Normal Christian Church Life, bab 3

No comments: