Hitstat

01 December 2005

Wahyu Volume 6 - Minggu 1 Kamis

Peperangan Di Sorga (1)
Wahyu 12:7-8
“Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga.”

Ada dua hal yang segera terjadi setelah anak laki-laki itu diangkat, “(Dan) perempuan itu lari ke padang gurun,... Maka (dan-TL.) timbullah peperangan di sorga…” Kata “dan” digunakan dua kali segera sesudah pengangkatan itu terjadi. Ini menunjukkan terangkatnya anak laki-laki menyebabkan larinya perempuan itu ke padang gurun dan timbulnya peperangan di sorga.
Keterangkatan ini bukan sekadar masalah beberapa individu yang diangkat, tetapi adalah untuk mengakhiri peperangan yang telah berlangsung selama beberapa abad dan generasi, antara ular tua-naga besar melawan Allah. Kekuatan naga itu makin lama makin besar. Tetapi, begitu anak laki-laki itu terangkat ke takhta dan terjadi peperangan di sorga, naga itu bukan hanya tidak dapat menjadi lebih besar lagi, malahan dilemparkan ke bumi. Tidak ada lagi kedudukan untuk naga itu di sorga.
Keterangkatan anak laki-laki inilah yang membuat Mikhael (penghulu malaikat) dan malaikat-malaikatnya dapat memulai peperangan melawan naga itu, si Iblis (sebelum Iblis jatuh, ia juga penghulu malaikat). Nama Mikhael sangatlah berarti. Mikhael berarti, “Siapakah yang seperti Allah?” Ini adalah pertanyaan yang sangat bagus. Maksud Iblis adalah menjadi seperti Allah, tetapi Mikhael bertanya, “Siapakah yang seperti Allah?” Ini mengguncangkan kekuasaan Iblis. Seolah-olah Mikhael memberi tahu Iblis, “Kau ingin seperti Allah? Kau tidak mungkin bisa!” Inilah yang diwahyukan oleh nama Mikhael kepada kita.

Peperangan Di Sorga (2)
Why. 12:7-8; 1 Ptr. 3:7; Mat. 22:14

Allah ingin menghasilkan anak laki-laki melalui perempuan itu untuk mengalahkan musuh-Nya dan mendatangkan kerajaan-Nya. Sekarang, naga itu masih aktif di sorga karena anak laki-laki belum dilahirkan.
Dalam Alkitab, perempuan melambangkan orang yang lebih lemah, sedang laki-laki melambangkan orang yang lebih kuat (1 Ptr. 3:7). Dalam ayat 2, anak itu masih berada di dalam perempuan itu, namun Alkitab tidak menyebutnya ‘seorang bayi’, melainkan ‘seorang anak laki-laki’, menunjukkan bagian yang lebih kuat di dalam perempuan itu. Sepanjang sejarah, di antara umat Allah selalu ada beberapa orang yang lebih kuat. Inilah yang akan menjadi anak laki-laki.
Pada zaman Nuh, ada orang-orang lain milik Allah selain Nuh. Namun, Nuh adalah seorang yang lebih kuat. Pada zaman Israel, terdapat ratusan ribu orang yang milik Allah, namun hanya sedikit di antara mereka yang lebih kuat, contoh Elia dan Yeremia. Dalam Perjanjian Baru, meskipun ada ribuan bahkan jutaan orang Kristen, namun yang lebih kuat tidak banyak. Karena itu kita perlu terdorong untuk menjadi orang-orang yang lebih kuat.
Ada yang berkata, jika kita tidak memiliki kuantitas (jumlah), kita tidak mungkin memiliki kualitas (mutu). Kualitas berasal dari kuantitas. Misalkan, Allah memiliki seratus ribu orang. Jika satu persen di antara orang-orang itu kuat, maka Ia memiliki seribu orang yang kuat. Ia memanggil banyak orang, namun yang dipilih-Nya hanya sedikit. Seperti yang tercantum dalam Matius 22:14, “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”
Berapa banyaknya kita berbagian dalam anugerah Allah akan menentukan apakah kita akan menjadi orang yang kuat di antara umat Allah. Kita harus menengadah kepada Tuhan agar kita diperkaya, diperkuat, makin lama makin solid, sehingga bisa bertumbuh dari perempuan itu menjadi bagian yang lebih kuat. Tetapi tak peduli betapa kuatnya kita, janganlah memisahkan diri dari perempuan itu sebelum waktunya. Jika kita berbuat demikian, kita akan gugur. Berhati-hatilah, janganlah menjadi “terlalu kuat”. Jika kita terlalu kuat, kita akan terlalu dini melepaskan diri dari perempuan itu. Tinggallah dalam perempuan itu sebagai bagian dari anak laki-laki hingga saat bersalin tiba.

Penerapan:
Seringkali ketika kita mendapatkan sedikit kesuksesan, kita lupa bahwa itu semua adalah berkat dan rahmat Tuhan. Hal ini membutakan mata sehingga kita sombong. Saudara saudari, janganlah membiarkan diri kita terjebak Iblis, kita harus ingat selalu makna nama ‘Mikhael’. Karena tidak ada yang seperti Allah, maka kita selamanya harus bergantung pada Allah.

Pokok Doa:Tuhan Yesus, tolong selamatkan aku dari kesombongan atas kesuksesan di dunia atau pun dalam gereja. Tuhan, aku hanya ingin meninggikan diri-Mu sebagai satu-satunya Allah yang benar.

No comments: