Hitstat

04 July 2007

Matius Volume 3 - Minggu 3 Kamis

Berdamai dengan Saudara
Bilangan 14:18a
TUHAN itu berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman.

Setelah kita percaya Tuhan, kita harus mempunyai kebiasaan meminta maaf dan segera berdamai dengan orang lain. Kalau kita bersalah kepada seseorang, kita harus belajar segera meminta maaf kepadanya. Sebaliknya, apabila seseorang bersalah kepada kita, kita wajib mengampuni dan mencari jalan untuk berdamai dengannya. Di satu pihak, kita harus mengaku dosa di hadapan Allah, di pihak lain, kita juga harus berdamai dengan manusia. Jika kita tidak berbuat demikian, hati nurani kita di hadapan Allah mudah sekali menjadi keras sehingga terang Allah sukar menyinari diri kita. Karena itu, kita harus mempunyai kebiasaan segera meminta maaf dan berdamai dengan sesama agar kita memiliki satu hati nurani yang peka di hadapan Allah.
Ada seorang pekerja Tuhan yang sering bertanya kepada orang lain demikian, “Akhir-akhir ini, kapan terakhir kalinya Anda minta maaf kepada orang lain?” Kalau waktu terakhir kali kita minta maaf kepada orang sudah sangat lama, bahkan sudah terpaut beberapa tahun, itu berarti hati nurani kita tidak beres. Jika kita bersalah kepada orang lain, tetapi tidak mempunyai perasaan apa-apa, itu membuktikan bahwa hati nurani kita tidak normal dan tidak beres. Jadi, dengan melihat jangka waktu sejak kita minta maaf untuk terakhir kalinya kepada orang lain sampai sekarang, dapatlah diketahui beres tidaknya hubungan kita dengan Allah. Jika waktunya terpautnya lama, itu membuktikan roh kita kekurangan terang; jika terpautnya pendek, yaitu akhir-akhir ini kita masih meminta maaf kepada orang lain, itu membuktikan perasaan hati nurani kita cukup peka. Bila kita ingin hidup dalam terang Allah, kita perlu satu hati nurani yang berperasaan, dan bila kita ingin memiliki hati nurani yang berperasaan, perlulah kita senantiasa menghakimi dosa. Kita harus mengaku dosa kepada Allah, kita juga harus minta maaf atau berdamai dengan orang lain.

Bil. 14:18a; Mat. 5:23-24

Dalam Matius 5:23-24, Tuhan Yesus mengatakan, “Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.” Kata “sesuatu...terhadap engkau” dalam Matius 5:23 pasti mengacu kepada suatu kesalahan akibat kemarahan atau kegusaran dalam Matius 5:22. Menurut Matius 5:24, kita harus berdamai dengan saudara kita lebih dulu agar ingatan kita akan kesalahan itu dapat disingkirkan dan hati nurani kita terbebas dari rasa bersalah. Kemudian kita dapat datang dan mempersembahkan persembahan kita kepada Tuhan dan bersekutu dengan Dia dengan hati nurani yang bersih.
Raja dari Kerajaan Surga tidak mungkin membiarkan dua saudara, yang belum berdamai satu sama lain, mengambil bagian dalam realitas kerajaan atau pemerintahan dalam manifestasi kerajaan. Ketika kita datang untuk bersekutu dengan Tuhan, namun pada saat yang sama kita merasa bahwa ada seorang saudara mendakwa kita, persekutuan kita dengan Tuhan pasti terganggu. Kita perlu berhenti sejenak, pergi kepada saudara itu, dan berdamai dengan dia. Kemudian kita dapat kembali meneruskan persekutuan kita dengan Tuhan. Persembahan kita memang dikehendaki Allah, tetapi kita harus berdamai dulu dengan orang lain. Kalau kita tidak dapat berdamai dengan orang lain, kita tidak dapat mempersembahkan persembahan di hadapan Allah.
Kalau kita berdosa kepada seseorang, merugikannya, membuat hatinya tidak terima, membuat dia mengeluh di hadapan Allah karena kita, niscayalah persekutuan rohani dan jalan rohani kita akan terputus di hadapan Allah. Semua persembahan yang kita persembahkan di atas mezbah menjadi tidak berguna, tidak disukai Allah. Kita wajib belajar memuaskan tuntutan keadilan Allah, juga memuaskan tuntutan keadilan saudara. Setelah kita berbuat hingga ke taraf yang demikian, barulah kita dapat mempersembahkan persembahan kita kepada Allah dengan hati nurani yang bersih dan diperkenan oleh-Nya.

Doa:
Tuhan Yesus, terangi setiap pelanggaran dan dosa yang kuperbuat setiap kali aku datang kepada-Mu. Aku tidak mau memiliki sekatan di dalam diriku terhadap saudara-saudaraku. Aku tidak mau persekutuanku dengan Tuhan terputus karena perkara ini. Pulihkan aku terus, sehingga aku tidak berada di dalam kegelapan. Amin

No comments: