Hitstat

10 July 2007

Matius Volume 3 - Minggu 4 Rabu

Menanggulangi Dusta
Matius 5:34-35a
Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya.

Seorang gadis kecil menghampiri ibunya dan bertanya,”Manakah yang lebih buruk, Mama, berdusta ataukah mencuri?” Ibunya menjawab bahwa keduanya adalah dosa. Gadis kecil itu pun membenarkan jawaban ibunya. Tidak lama, ia berkata lagi, “Mama, menurutku berdusta itu jauh lebih buruk daripada mencuri.” “Mengapa demikian, anakku?” tanya ibunya. “Kalau seseorang mencuri suatu barang, ia dapat mengembalikannya atau menggantinya dengan sejumah uang; tetapi dusta itu selamanya.” Pendapat gadis kecil itu ada benarnya. Perkataan yang sudah terucap keluar tidak mungkin dapat ditarik kembali. Mustahil seseorang dapat menarik kembali perkataannya. Perkataan merupakan suatu masalah yang serius.
Dalam Matius 5:37, Tuhan mengatakan, “Jika ya, hendaklah kamu katakan: Ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: Tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat.” Umat kerajaan tidak perlu bersumpah. Perkataan kita haruslah sederhana dan benar: Jika ya, katakanlah ya; jika tidak, katakanlah tidak. Ketika kita mengatakan kata-kata yang berlebihan dari yang diperlukan, kata-kata itu bukan berasal dari kita, melainkan dari si jahat.
Dalam hubungan kita dengan orang lain, mungkin kita tidak banyak bicara. Namun dalam kehidupan pernikahan, antara suami dan istri mudah sekali berbicara berlebihan. Akibatnya, banyak masalah kemudian muncul. Oleh karena itu, biarlah kita belajar membatasi tutur kata kita. Si jahat selalu mencari kesempatan untuk mengekspresikan dirinya melalui pembicaraan kita yang berlebihan. Karena itu, jangan terlalu banyak bicara. Katakanlah sebanyak yang diperlukan dan jangan menyimpang jauh dari perkataan yang sehat. Kita perlu berdoa seperti pemazmur “Ya TUHAN, lepaskanlah aku dari pada bibir dusta, dari pada lidah penipu” (Mzm. 120:1-2).

Mat. 5:12, 34-37; 12:36-37; Mzm. 120:1-2

Yakobus 5:12 mengatakan, “Tetapi yang terutama, Saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi surga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman.” Kita tidak seharusnya bersumpah, karena kita bukanlah apa-apa dan tidak ada sesuatu pun yang berada di bawah kendali kita atau tergantung pada kita (Mat. 5:34-36). Bersumpah memperlihatkan bahwa kita bertindak berdasarkan diri sendiri dan melupakan Allah. Kita mengatakan, “Ya”, jika ya, dan mengatakan, “Tidak”, jika tidak, merupakan tindakan yang seturut dengan sifat ilahi Allah di dalam kita. Kita perlu belajar berbicara dalam kesadaran di hadapan Allah, menyangkal kehendak diri sendiri dan sifat dosa kita.
Apa yang dikatakan Yakobus dalam ayat ini mengingatkan kita kepada perkataan Tuhan Yesus dalam Matius 5:37, “ Jika ya, hendaklah kamu katakan: Ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: Tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat.” Perkataan kita harus sederhana dan benar. Kita tidak seharusnya mencoba meyakinkan orang lain dengan banyaknya kata-kata.
Dalam Matius 12:36-37 Tuhan berkata, “Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum. “ Kata Yunani untuk “sia-sia” adalah “argos”, tersusun atas dua kata: a berarti tidak dan ergon berarti pekerjaan. Perkataan yang sia-sia adalah perkataan yang tidak bekerja, tidak berfungsi, tidak berfaedah, tidak memiliki kegunaan yang positif, tidak berguna, tidak membangun, tidak menguntungkan, tidak menghasilkan sesuatu, dan kosong. Orang yang mengucapkan perkataan semacam itu harus mempertanggungjawabkannya satu persatu kelak pada hari penghakiman. Kita harus melihat bahwa seluruh dunia dipenuhi dengan perkataan yang sia-sia. Semua perkataan semacam itu dapat “membunuh” kerohanian kita. Bahkan di kalangan anak-anak kita yang masih kecil pun terdapat banyak perkataan yang sia-sia. Menyadari hal ini, marilah kita mulai sekarang belajar mengekang dan membatasi perkataan kita.

Doa:
Ya Tuhan, terangilah aku dalam hal tutur kataku, sehingga aku diselamatkan dari kematian rohani, dari banyak kesulitan di kemudian hari, dan dari dosa. Tuhan, pakailah aku sebagai pelayan-Mu yang jujur, yang melayani di atas jalan yang lurus. Singkirkanlah penyakit dusta di dalamku sampai ke akar-akarnya. Aku mau berguna di tangan-Mu.

No comments: