Hitstat

24 July 2007

Matius Volume 4 - Minggu 1 Rabu

Tidak Mencari Kemuliaan dan Pujian Manusia
Matius 6:4
Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

Melakukan perbuatan baik secara tersembunyi memang sangat berlawanan dengan kecenderungan alamiah kita. Menurut kecenderungan alamiah kita, semakin banyak orang yang tahu bahwa kita telah melakukan suatu kebaikan, semakin baik. Mengapa demikian? Karena setiap manusia pada dasarnya membutuhkan pengakuan dari orang lain. Semakin banyak beroleh pengakuan, semakin banyak pula beroleh kemuliaan. Inilah ekspresi dari ego, ekspresi dari ciptaan lama.
Jika orang Kristen ingin menempuh kehidupan rohani yang bertumbuh, ia harus bekerja sama dengan Allah dalam hal menyangkal dirinya sendiri. Penebusan Allah menuntut kita menyingkirkan ciptaan lama dengan tuntas. Kehendak Allah dan keinginan jiwa kita tidak bisa berdampingan. Jika orang Kristen ingin mengikuti Tuhan, ia harus menentang keinginannya sendiri. Semua minat, kecenderungan, dan kesukaan kita harus dimatikan. Kita harus dengan senang menerima setiap perkara yang begitu bertentangan dengan keinginan alamiah kita demi untuk menanggulangi hayat jiwa kita.
Memikul salib berarti disalibkan. Setiap kali kita dengan tenang menerima sesuatu yang menimpa kita, sesuatu yang bertentangan dengan keinginan alamiah kita, kita menancapkan satu paku lagi untuk memaku kuat-kuat hayat jiwa kita. Semua kemuliaan hampa harus disalibkan. Keinginan kita untuk dipandang, dihormati, disanjung, ditinggikan, dan diapresiasi orang, harus disalibkan. Keinginan kita untuk memamerkan diri perlu disalibkan. Semua hiasan luaran untuk menarik pujian manusia perlu disalibkan. Semua peninggian diri dan bangga diri perlu disalibkan. Mengapa Allah menuntut kita demikian? Agar kita belajar tunduk kepada Allah dan hidup di dalam-Nya; karena hanya dengan cara inilah perjalanan rohani kita dapat bergerak maju.

Mat. 6:3-4; 2 Kor. 3:10; 2 Tim. 2:10

Kemuliaan apakah yang seharusnya kita dambakan? Kemuliaan yang sia-sia? Bukan. Kemuliaan yang melebihi segala-galanya (2 Kor. 3:10). Kemuliaan ini juga adalah kemuliaan yang kekal (2 Tim. 2:10). Kemuliaan yang melebihi segala-galanya ini bersumber dari Allah dan hanya dapat dilihat oleh Allah. Sebaliknya, kemuliaan yang diberikan oleh manusia, yang dapat dilihat oleh banyak orang hari ini, adalah kemuliaan yang sia-sia dan sementara. Orang yang suka bila disanjung-sanjung karena perbuatan baiknya, seolah-olah sangat mulia, namun sebenarnya kakinya tengah berpijak pada kesia-siaan. Ingatlah, tidak ada kemuliaan yang berasal dari manusia yang berlangsung selama-lamanya. Semua itu adalah kemuliaan yang sia-sia, yang dalam sekejap segera berlalu. Karena itu, janganlah kita mencari kemuliaan manusia, sebaliknya marilah kita mencari kemuliaan Allah, kemuliaan yang kekal dan yang melebihi segala-galanya.
Siapakah yang seharusnya memuji kita? Selain Tuhan, siapa pun tidak sepatutnya memuji kita! Kalau orang memuji kita karena perbuatan baik yang kita pamerkan, itu berarti kita telah direndahkan oleh Allah. Apakah kita masih menginginkan itu? Kalau kita mengharapkan kelak Tuhan berkata kepada kita, “Hai hamba-Ku yang baik...”, berharap pada hari itu menerima mahkota, maka tidak seharusnya kita mencari pujian manusia atau tamak akan sanjungan orang. Roh kita seharusnya dikendalikan dan dibatasi oleh surga, sehingga tidak lagi suka membanggakan diri secara daging demi mendapatkan pujian dan kemuliaan manusia yang sia-sia.
Dalam hal memasukkan uang ke dalam kotak persembahan, kita wajib melakukannya secara tersembunyi di hadirat Bapa surgawi kita. Janganlah menuliskan nama kita di amplop persembahan dengan harapan orang lain akan mengetahui bahwa kitalah si pemberi itu. Tuhan Yesus berkata, “Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu” (Mat. 6:3-4). Dilihat Bapa lebih penting dan bernilai daripada dilihat manusia!

Doa:
Ya Bapa, bawalah aku masuk ke dalam pengalaman akan salib sehingga semua keinginan diri dan cara hidup yang sia-sia tersingkir. Bapa, ajarlah aku hanya mencari pujian dan hormat dari-Mu, bukan dari orang-orang di sekelilingku, karena aku tahu hanya dengan jalan ini aku dapat mengikuti Tuhan dan melayani-Nya di jalan yang benar.

No comments: