Hitstat

09 July 2007

Matius Volume 3 - Minggu 4 Selasa

Penetapan Sebermula Allah atas Pernikahan
1 Petrus 3:7
Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.

Dalam penetapan sebermula Allah, Ia menentukan seorang istri untuk seorang suami. Tetapi karena kelemahan dan kekerasan hati umat Israel, Musa memberikan izin kepada mereka untuk menerbitkan surat cerai. Namun sekarang, seiring dengan pengumuman undang-undang Kerajaan Surga, hukum mengenai perceraian ini telah diubah. Hukum yang mengatur masalah perkawinan dipulihkan kembali kepada penetapan dan tujuan Allah yang semula. Pada mulanya Allah tidak menciptakan dua atau tiga Hawa untuk seorang Adam. Yang ada hanyalah Adam seorang dan seorang Hawa. Di sini hanya ada seorang suami dan seorang istri. Tuhan Yesus, sebagai Raja Kerajaan Surgawi memulihkan masalah perkawinan kepada asal mulanya.
Dewasa ini telah terjadi banyak sekali perceraian. Tidak sedikit pula orang yang sengaja bercerai agar dapat menikah beberapa kali lagi. Kalau orang dunia dengan ringan melakukannya, anak-anak Allah tidak boleh demikian. Hal ini sangat serius! Bercerai dan kawin lagi berarti melakukan perzinahan.
Bagi orang-orang muda yang belum menikah, janganlah terjun ke dalam pernikahan secara sembarangan. Setiap orang harus berdoa kepada Tuhan dan memohon pimpinan-Nya yang jelas. Jangan sekali-kali terseret oleh nafsu daging dan keinginan kita. Pernikahan adalah suatu perkara yang membutuhkan banyak doa. Pernikahan menuntut kita mempersembahkan diri kepada Tuhan. Kita perlu mempersembahkan diri kita di atas mezbah sebagai kurban bakaran kepada Tuhan untuk pernikahan kita yang akan datang. Setelah kita mempersembahkan diri kepada Tuhan, jangan terburu-buru mengambil keputusan. Kita masih perlu mencari pimpinan Tuhan dan menunggu waktu Tuhan. Langkah-langkah ini akan menyelamatkan kita dari kemungkinan bercerai di kemudian hari.

Kej. 2:18; 1 Kor. 7:2; 1 Pet. 3:7; Rm. 16:3

Pernikahan adalah ketetapan Allah. Dalam kitab Kejadian, Allah berfirman bahwa “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja.” Ini tidak berarti penciptaan manusia itu tidak baik. Yang tidak baik ialah kalau manusia itu seorang diri saja. Karena itu, Allah lalu membangun seorang perempuan sebagai jodoh bagi Adam. Setelah Hawa dibangun, Allah membawanya ke hadapan Adam. Jadi kehadiran Hawa adalah untuk pernikahan. Allah menyebut Hawa sebagai “penolong” bagi Adam. Hawa diberikan kepada Adam agar ia mendapatkan bantuan. Allah menghendaki seorang suami dan seorang istri dapat saling membantu. Inilah tujuan pertama dari pernikahan yang ditetapkan oleh Allah.
Dalam hikmat-Nya, Allah menetapkan pernikahan agar manusia tidak berdosa. Pernikahan dapat mencegah dosa. Paulus mengatakan, demi mencegah perzinahan dan percabulan, hendaklah setiap laki-laki mempunyai istrinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri (1 Kor. 7:2). Dalam Surat 1 Korintus 7, Paulus tidak menghakimi kebutuhan seksual sebagai dosa. Sebaliknya, ia menunjukkan kepada kita bahwa baik laki-laki maupun perempuan harus menikah, karena hal itu dapat mencegah dosa. Sampai di sini kita dapat melihat dua aspek dari tujuan diadakannya pernikahan. Pertama, pernikahan adalah untuk saling menolong. Kedua, pernikahan diperlukan untuk mencegah perbuatan dosa.
Dalam 1 Petrus 3:7 Petrus mengatakan bahwa istri adalah “teman pewaris dari anugerah (kasih karunia).” Melalui pernikahan, Allah menghendaki suami dan istri bersama-sama melayani Dia. Melalui pernikahan, mereka menjadi teman pewaris dari anugerah di hadapan Allah, sebagaimana Priskila dan Akwila, sepasang suami istri yang giat melayani Tuhan (Rm. 16:3). Selain itu, dari pernikahan yang kudus akan dihasilkan keturunan-keturunan yang akan mewarisi anugerah. Dari sejarah gereja, kita menemukan bahwa banyak tokoh-tokoh rohani yang dilahirkan dari keluarga-keluarga yang saleh. Mereka mewarisi iman, kebenaran, dan kekudusan seperti orang tua mereka. Itulah sebabnya Allah sangat memandang penting masalah pernikahan di antara umat-Nya

Doa:
Tuhan Yesus, lindungilah aku dari kejatuhan ke dalam kecemaran dengan tidak menghormati perkawinan. Jagalah aku di dalam kemurnian dan kekudusan. Aku tidak mau kehilangan hak kesulunganku karena dosa perzinahan. Tuhan, Engkau adalah Allah yang kudus, juga api yang menghanguskan. Karuniakanlah bagiku hati yang takut akan Engkau.

No comments: