Hitstat

08 July 2007

Matius Volume 3 - Minggu 4 Senin

Allah Membenci Perceraian
Maleakhi 2:16a
Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel - juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam.

Seorang hamba Tuhan pernah memberikan sembilan butir nasihat bagi pasangan yang tengah menghadapi masalah dalam pernikahan mereka. Sembilan butir itu antara lain:
1. Jangan pernah menjadikan perceraian sebagai sebuah pilihan atau solusi. Perceraian bukanlah alternatif yang dapat diterima, sebab Allah dengan tegas melarangnya (Mal. 2:16; Mat. 5:32; Mrk. 10:9).
2. Jangan membanding-bandingkan pasangan Anda dengan orang lain. Pasangan Anda itu unik, karenanya pernikahan Anda juga unik. Biarkan Allah membuatnya menjadi sempurna, indah pada waktunya (Pkh. 3:11)
3. Ampunilah pasangan Anda, sebagaimana Kristus telah mengampuni Anda (Ef.4:32). Anda adalah seorang berdosa, demikian pula pasangan Anda. Relakanlah hati Anda untuk mengampuni, sebelum kepahitan itu terbangun.
4. Hentikan semua kritik. Kasih itu tidak mengkritik dan mencari-cari kesalahan (1 Kor. 13:4-5; Ef. 5:28). Sebaliknya, berusahalah untuk mengapresiasi dia.
5. Mulailah komunikasi yang baik dengan pasangan Anda (Ams. 25:11). Dengarkanlah, baik yang pasangan Anda katakan maupun yang tidak ia katakan. Runtuhkan tembok yang menghalangi komunikasi Anda dengannya.
6. Tolaklah semua bentuk hubungan yang bersifat pribadi di luar kerangka pernikahan Anda (Ef. 4:27). Jangan mencari sesuatu atau orang lain sebagai pengganti dari apa yang tidak Anda dapatkan dari pasangan Anda.
7. Percayai pasangan Anda. Pernikahan harus didasari oleh rasa percaya.
8. Lakukan sesuatu yang menyenangkan pasangan Anda, sesuatu yang Anda tahu akan membuat dia bahagia (1 Kor. 7:33).
9. Bersyukurlah kepada Allah setiap hari atas segala kebaikan yang dimiliki oleh pasangan Anda dan berdoalah baginya (1 Tes. 5:18). Hasilnya, semua kesan negatif terhadap pasangan Anda segera terhapus dari ingatan Anda.

Mat. 5:32; 19:1-12; Mrk. 10:1-12; Rm. 7:3; 1 Kor. 7:5

Allah membenci dan menentang perceraian. Sebaliknya, Iblis selalu berupaya merusak pernikahan melalui perceraian. Perintah baru Raja memulihkan perkawinan pada keadaan yang sebermula sebagaimana direncanakan oleh Allah (Mat. 19:4-6). Matius 5:32 mengatakan, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan istrinya kecuali karena zinah, ia menjadikan istrinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.” Di sini Tuhan Yesus ingin menegaskan bahwa ikatan perkawinan hanya dapat diputuskan oleh kematian (Rm. 7:3) atau perzinahan. Perzinahan memang menyakitkan, namun pihak yang terluka jangan mengambil kesempatan ini sebagai alasan untuk kawin lagi. Pihak yang dilukai hendaknya belajar memaafkan pasangannya. Namun jika pihak yang bersalah menolak untuk bertobat dan tetap hidup dalam dosa perzinahan, maka perceraian menjadi jalan terakhir yang tidak dapat dihindari.
Tidak ada pernikahan yang tidak memiliki masalah. Walau demikian, perceraian bukanlah solusi. Tidak satupun masalah dalam rumah tangga boleh menjadi alasan untuk bercerai. Gangguan mental, penyakit, masalah ekonomi, semua bukanlah syarat perceraian. Satu-satunya syarat perceraian ialah perselingkuhan/perzinahan, karena perbuatan itu bukan hanya dosa, terlebih telah merusak kesatuan semula. Secara fakta, di hadapan Allah keduanya telah bercerai dengan sendirinya, walaupun perceraian itu belum disahkan oleh pengadilan manusia.
Terkadang, perselisihan antara suami istri demikian hebat, sehingga salah satu pihak merasa tidak tahan lagi. Masing-masing pihak sudah kehilangan akal sehat dan mengedepankan emosi. Kalau sudah demikian, jalan apakah yang harus diambil? Haruskah bercerai? Tidak. Dalam keadaan demikian, kita perlu mengindahkan nasihat Paulus dalam 1 Korintus 7:5. Paulus mengatakan bahwa pasangan yang demikian perlu sepakat untuk berpisah sementara waktu sehingga masing-masing pihak dapat berdoa dengan tenang. Masing-masing pihak perlu datang kepada Tuhan dengan membawa perkara itu ke hadapan Tuhan dalam doa. Doa yang demikian akan menyelamatkan kedua belah pihak sehingga ikatan pernikahan itu dapat dipertahankan.

Doa:
Ya Allah, aku bersyukur atas penetapan-Mu yang kudus atas pernikahan bagi penggenapan tujuan kekal-Mu. Engkau menghendaki aku hidup dalam pengudusan, karena Engkau adalah Allah yang membenci perceraian. Ya Allah, jadilah Kepala di dalam keluargaku, sehingga tidak ada celah bagi Iblis untuk menghancurkan keluargaku.

No comments: